Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict)

Konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict adalah situasi tidak menyenangkan yang terjadi karena konflik peran pada individu dimana terjadi perselisihan antara pekerjaan dan tanggung jawab dalam keluarga tidak memiliki kecocokan waktu dan kinerja yang sesuai sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan yang berakibat pada tekanan pada individu karena mengalami kesulitan dalam mengelola keduanya.

Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict)

Work-family conflict merupakan suatu bentuk konflik antar-peran (inter-role conflict) yang terjadi ketika individu mencoba untuk memenuhi atau menyeimbangkan tuntutan dari dua peran yang berbeda (pekerjaan dan keluarga). Work-family conflict terjadi ketika ekspektasi yang berhubungan dengan peran tertentu tidak sesuai dengan kebutuhan dari peran lain, sehingga performa dari peran tersebut kurang efisien.

Work-family conflict adalah suatu kondisi yang menimbulkan konflik antar peran dimana terdapat tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga yang saling bertentangan satu sama lain dalam berbagai hal. Timbulnya sebuah konflik biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya.

Berikut definisi dan pengertian konflik pekerjaan keluarga (work-family conflict) dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Frone, Russell dan Cooper (1997), work-family conflict adalah konflik peran yang terjadi pada karyawan, di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan.
  • Menurut Zanden (1993), work-family conflict adalah suatu situasi yang tidak menyenangkan yang dapat bersumber dari individu, peran pasangannya, lingkungan sosial sehingga cenderung dihindari atau berusaha dicari jalan keluarnya. 
  • Menurut Greenhaus dan Beutell (1985), work-family conflict adalah jenis interrole conflict (tekanan berlawanan yang berasal dari individu itu sendiri pada peran yang berbeda) dimana beberapa pekerjaan dan tanggung jawab dalam keluarga tidak memiliki kecocokan waktu dan kinerja yang sesuai. 
  • Menurut Netemeyer, Boles, dan McMurriani (1996), work-family conflict adalah perselisihan yang muncul pada individu ketika waktu dan keadaan hanya dikhususkan untuk memenuhi tanggung jawab profesional (pekerjaan) sehingga waktu yang diberikan untuk tanggung jawab pada keluarga hanya terbatas, sehingga individu akan mengalami kesulitan dalam mengelola keduanya. 
  • Menurut Susanto (2010), work-family conflict adalah konflik yang terjadi pada individu akibat menanggung peran ganda, baik dalam pekerjaan (work) maupun keluarga (family), di mana karena waktu dan perhatian terlalu tercurah pada satu peran saja, sehingga tuntutan peran lain tidak bisa dipenuhi secara optimal.

Jenis dan Bentuk Work-Family Conflict 

Menurut Greenhaus dan Beutell (1985), konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Konflik karena waktu (time-based conflict) 

Time-based conflict (konflik karena waktu) adalah konflik yang terjadi karena waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran lainnya, meliputi pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Dalam hal ini, menyusun jadwal merupakan hal yang sulit dan waktu terbatas saat tuntutan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memerankan keduanya tidak sesuai. Contohnya yaitu ketika seorang wanita menghabiskan waktu bekerja lebih lama akan mengganggu waktunya dalam mengatur perannya sebagai ibu atau istri di rumah. Waktu bekerja yang lebih lama otomatis akan mengurangi kuantitas dan kualitas peran yang harus dijalankannya di rumah.

b. Konflik karena ketegangan (strain-based conflict) 

Strain-based conflict (konflik karena ketegangan) mengacu kepada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang dihasilkan oleh salah satu peran membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan perannya yang lain. Sebagai contoh, seorang ibu yang seharian bekerja, ia akan merasa lelah, dan hal itu membuatnya sulit untuk duduk dengan nyaman menemani anak menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Ketegangan peran ini bisa termasuk stres, tekanan darah meningkat, kecemasan, keadaan emosional, dan sakit kepala. Contohnya yaitu ketika seorang wanita pekerja yang memiliki beban kerja yang sangat berat menimbulkan stres yang akan mengganggu peran atau tugas yang harus dijalankannya di rumah.

c. Konflik karena perilaku (behavior-based conflict) 

Behavior-based conflict (konflik karena perilaku) adalah konflik yang muncul ketika pengharapan dari suatu perilaku yang berbeda dengan pengharapan dari perilaku peran lainnya. Behavior-based conflict merupakan konflik yang muncul ketika perilaku tertentu yang diwajibkan oleh salah satu peran bertentangan dengan norma-norma perilaku peran lain. Ketidaksesuaian perilaku individu ketika bekerja dan ketika di rumah yang disebabkan perbedaan aturan perilaku seorang wanita karier biasanya sulit menukar antara peran yang dia jalani satu dengan yang lain. Contohnya yaitu seorang pekerja wanita yang harus bekerja dengan cepat saat di tempat kerja akan terbawa cara kinerjanya tersebut saat berperan menjadi ibu atau istri di rumah.

Adapun menurut Frone, Russell dan Cooper (1997), berdasarkan sumber konflik yang terjadi, work-family conflict dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut:

a. Konflik pekerjaan (work interference with family) 

Work interference with family adalah konflik yang terjadi ketika aktivitas pekerjaan mengganggu tanggung jawab individu dalam lingkungan keluarga. Misalnya, individu membawa pulang pekerjaan dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan mengorbankan waktu keluarga. Efek mood dan stres yang dialami di lingkungan pekerjaan juga membuat individu tidak fokus dalam menyelesaikan tuntutan perannya di lingkungan keluarga. Selain itu, pertumbuhan karier individu dalam pekerjaannya akan menyebabkan individu meningkatkan komitmennya dalam memenuhi tuntutan pekerjaan sehingga tuntutan keluarga tidak terpenuhi secara maksimal.

b. Konflik Keluarga (family interference with work) 

Family interference with work adalah konflik yang terjadi ketika peran dan tanggung jawab dalam keluarga mengganggu aktivitas pekerjaan. Misalnya, individu yang membatalkan rapat penting karena anaknya sedang sakit. Selain itu, disebutkan bahwa perbedaan gender juga merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemunculan konflik keluarga. Mengingat bahwa mengasuh anak biasanya dilakukan oleh wanita, maka keberadaan istri yang bekerja dapat lebih memicu terjadinya konflik keluarga.

Faktor yang Mempengaruhi Work-Family Conflict 

Menurut Michel dkk (2011), terdapat beberapa faktor yang menjadi latar belakang terjadinya work-family conflict, yaitu sebagai berikut:

a. Stresor peran (role stressors) 

Stresor pada pekerjaan dan keluarga merupakan hasil daripada tekanan yang dimiliki peran pada masing-masing domain. Banyak individu yang akhirnya menyerah pada tekanan yang ada dalam usahanya untuk memenuhi beragam espektasi dari masing-masing peran. Salah satu penyebabnya adalah ketika tekanan peran yang ada dalam kerangka stressor (konflik peran, ambiguitas peran, kelebihan peran dan tuntutan waktu) dihadapi, tenaga individu akan lebih banyak terkuras. Manusia memiliki energi serta waktu yang terbatas, sehingga ketika stressor peran pada salah satu domain mengalami peningkatan akan menghasilkan konflik yang lebih besar.

b. Keterlibatan peran (role involvement) 

Keterlibatan kerja dan keluarga mengacu pada tingkat keterikatan psikologis atau kaitan terhadap peran di pekerjaan dan keluarga. Individu yang memiliki keterikatan peran tinggi memiliki ketertarikan kognitif terhadap peran tertentu. Ketertarikan peran yang tinggi membuat seseorang melihat peran tersebut sebagai hal terpenting dan pusat dari kehidupannya. Tingginya keterlibatan psikologis terhadap suatu peran tertentu dapat membuat sulit untuk terikat dalam kegiatan peran saingannya, misalnya keterlibatan pada pekerjaan dapat membuat keterikatan pada perannya di keluarga berkurang.

c. Dukungan sosial (social support) 

Dukungan sosial merujuk pada bantuan peran, kekhawatiran emosional, informasi dan penilaian fungsi lain yang berfungsi untuk meningkatkan perasaan penting dalam diri seseorang. Dukungan sosial dari domain pekerjaan dapat datang dari beberapa sumber seperti rekan kerja, supervisor dan organisasi itu sendiri. Dukungan sosial untuk domain keluarga dapat datang dari pasangan atau seluruh keluarga. Dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya work-family conflict yang dialami oleh seseorang. Dukungan sosial yang didapatkan dari salah satu domain dapat memimpin kepada berkurangnya waktu, perhatian dan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan peran tersebut.

d. Karakteristik kerja (work characteristic) 

Karakteristik kerja terdiri dari beberapa hal dalam domain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan peran. Beberapa hal tersebut antara lain durasi peran (pekerjaan dan kepemilikan organisasi), karakteristik peran (tipe pekerjaan, otonomi pekerjaan, variansi tugas, dan gaji), serta pengaruh organisasi terhadap peran tersebut (alternatif jadwal kerja dan seberapa jauh organisasi tersebut responsif terhadap keluarga). Tingginya status dalam pekerjaan serta gaji yang semakin tinggi mengindikasikan tanggung jawab yang lebih besar, stres yang lebih besar sehingga menyulitkan untuk menjaga keseimbangan dalam kedua peran yang dimiliki baik di rumah ataupun pekerjaan. Karakter yang dimiliki oleh pekerjaan dan organisasi mempengaruhi bagaimana individu dapat menjalankan perannya dan seberapa besar tanggung jawab dan waktu yang dibutuhkan. Karakteristik pekerjaan yang menuntut tanggung jawab serta perhatian yang besar dapat mempengaruhi bagaimana individu menjalankan perannya di rumah.

Daftar Pustaka

  • Frone, M.R., Russell, M., & Cooper, M.L. 1997. Relation of Work Family Conflict to Health Outcomes: A Four-Year Longitudinal Study of Employed Parents. Journal of Occupational and Organizational Psychology.
  • Zanden, J.W.V. 1993. Sociology, The Core. New York: Mc. Graw-Hill Inc.
  • Greenhaus, J.H., & Beutell, N.J. 1985. Sources of Conlict Between Work and Family Roles. The Academy of Management Review, Vol.10, No.1.
  • Netemeyer, R.G., Boles, J.S. & Mc Murrian, R. 1996. Development and Validation of Work-Family Conflict and Family-Work Conflict Scales. Journal of Applied Psychology, Vol.81.
  • Susanto. 2010. Analisis Pengaruh Konflik Kerja-Keluarga terhadap Kepuasan Kerja Pengusaha Wanita di Kota Semarang. Jurnal Aset, Vol.12, No.1.
  • Michele, K.K., Carlson, D.S. 2000. Work Family Conflict In The Organization: Do Life Role Values Make a Difference?. Journal of Management.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/01/konflik-pekerjaan-keluarga-work-family-conflict.html