Kecemasan Sosial (Pengertian, Aspek, Karakteristik dan Gejala)
Kecemasan sosial (social anxiety) adalah perasaan takut, malu dan khawatir secara berlebihan ketika berada di lingkungan sosial tertentu karena kehadiran orang-orang lain sehingga muncul prasangka bahwa orang lain akan menilai negatif terhadap dirinya atas apa yang akan dilakukan atau dikatakan.
Menurut American Psychiatric Association (1994), kecemasan sosial merupakan suatu ketakutan yang menetap terhadap sebuah (atau lebih) situasi sosial yang terkait berhubungan dengan performa sehingga membuat individu harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina.
Kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran orang-orang lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Gangguan kecemasan sosial merupakan salah satu gangguan mental yang paling umum. Kecemasan sosial sering kali bersifat kronis dan tak henti-hentinya, serta dapat memiliki konsekuensi negatif yang cukup besar pada kualitas hidup.
Berikut definisi dan pengertian kecemasan sosial dari beberapa sumber buku:
- Menurut Brecht (2000), kecemasan sosial adalah rasa takut dan khawatir yang berlebihan jika seseorang berada bersama orang lain dan merasa cemas pada situasi sosial karena khawatir akan mendapatkan penilaian buruk bahkan evaluasi dari orang lain dan sebaliknya akan merasa aman jika sedang sendirian.
- Menurut La Greca dan Lopez (1998), kecemasan sosial adalah perasaan cemas sosial terutama yang dapat digeneralisasi secara nyata sehingga dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman pada individu yang disebabkan karena harus berhadapan dengan orang yang tidak dikenali sehingga berdampak pada kekhawatiran akan mendapat penghinaan.
- Menurut Atkinson & Richards (1996), kecemasan sosial adalah perasaan takut akan situasi sosial dan interaksi dengan orang lain yang dapat secara otomatis membawa merasa sadar diri, pertimbangan, evaluasi, dan kritik.
- Menurut Rakhmat (2004), kecemasan sosial adalah perasaan malu dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena adanya prasangka bahwa orang lain menilai negatif terhadap dirinya sehingga menjadikan seseorang berpikir bahwa orang lain sedang melihat dan menilai dirinya dengan hal-hal yang negatif atau buruk disebabkan sesuatu yang dikatakan atau sesuatu yang sedang dilakukan.
- Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2009), kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran orang-orang lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial.
Aspek-Aspek Kecemasan Sosial
Menurut La Greca dan Lopez (1998), terdapat tiga aspek dalam kecemasan sosial, yaitu sebagai berikut:
a. Fear of negative evaluation
Fear of negative evaluation atau ketakutan terhadap penilaian negatif merupakan suatu kekhawatiran untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang dapat membuat individu tersebut malu atau merasa hina. Individu merasa bahwa orang lain akan memperhatikan setiap gerak-gerik yang ia lakukan. Ia juga akan cenderung fokus terhadap dirinya sendiri, mengoreksi dan mengevaluasi kemampuan sosial yang dimilikinya pada saat berinteraksi dengan orang lain.
b. Social avoidance and distress-new
Social avoidance and distress-new merupakan penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan dengan orang asing/baru. Situasi ini adalah dimana individu merasa gugup saat berbicara dan tidak mengerti mengapa hal tersebut dapat terjadi. Individu akan merasa malu pada saat dekat dengan orang lain, gugup pada saat bertemu dengan orang yang dikenal maupun yang tidak dikenalnya, merasa khawatir saat mengerjakan sesuatu di depan orang lain hingga menghindari kontak mata dan situasi sosial tersebut.
c. Social avoidance and distress-general
Social avoidance and distress-general merupakan penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal. Situasi ini terjadi pada saat bagaimana kemampuan seorang individu membangun sebuah relasi. Individu akan merasa tidak nyaman untuk mengajak orang lain karena takut adanya penolakan, merasa sulit untuk bertanya dan merasa malu ketika melakukan pekerjaan kelompok.
Karakteristik Kecemasan Sosial
Menurut Buttler (2008), karakteristik individu yang menunjukkan kecemasan sosial adalah sebagai berikut:
a. Menghindari situasi yang menyulitkan/rumit (subtle kinds of avoidance)
Avoidance/menghindar adalah tidak melakukan sesuatu karena takut jika melakukan sesuatu akan membuat diri sendiri cemas. Beberapa situasi sulit/rumit yang dihadapi antara lain sebagai berikut:
- Menunggu orang yang dikenal sampai datang sebelum masuk ke ruangan yang di dalamnya banyak terdapat orang yang tidak dikenal.
- Melakukan berbagai hal sendirian saat di dalam pesta, tujuannya untuk menghindari berbicara atau melakukan pembicaraan dengan orang lain.
- Pergi menjauh saat melihat seseorang yang dapat membuat cemas.
- Menghindari pembicaraan tentang permasalahan persoalan/pribadi.
- Tidak makan di tempat umum.
b. Perilaku yang aman (safety behaviors)
A safety behavior atau perilaku yang aman adalah melakukan segala sesuatu yang dapat membuat aman. Termasuk alam perilaku aman adalah mencoba untuk tidak menarik perhatian. Beberapa perilaku aman yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:
- Melatih apa yang akan dibicarakan, mengecek kembali setiap perkataan agar menjadi benar.
- Berbicara dengan sangat lambat, atau menjadi pendiam, atau berbicara secara cepat tanpa mengambil nafas.
- Menyembunyikan tangan atau wajah, menyimpan tangan di mulut.
- Memegang celana atau melihat ke lutut untuk mengatur getaran.
- Membiarkan rambut menutupi wajah, menggunakan pakaian yang dapat menutupi sebagian tubuh.
- Tidak mengganggu lelucon orang lain.
- Tidak membicarakan tentang diri sendiri atau tentang mengekspresikan opini.
- Tidak mengatakan sesuatu yang akan menjadi kontroversi atau selalu setuju dengan pendapat orang lain.
- Menggunakan pakaian yang tidak mencolok.
- Selalu berdekatan dengan orang yang aman atau berada di tempat yang aman.
- Menghindari kontak mata.
c. Menjauhi masalah (dwelling on the problem)
Kecemasan sosial dapat datang kapan saja, sebagian karena sifat atau perilaku orang lain dapat diprediksi dan sebagian karena rasa takut itu dapat muncul secara tiba-tiba. Antisipasi dari orang yang mengalami kecemasan sosial untuk tidak terlalu terlibat masalah adalah dengan memikirkan apa yang akan dilakukannya bila terjadi masalah di masa yang akan datang. Ketakutan dan kecemasan membuat seseorang menjadi sulit untuk melihat ke masa depan dan untuk mengikuti berbagai kegiatan serta menikmati setiap kegiatan. Orang dengan kecemasan sosial fokus terhadap apa kesalahan yang mungkin akan dilakukannya dan selalu mengasumsikan apa reaksi orang lain terhadap dirinya dan selalu mengingat-ingat setiap kesalahan yang pernah dilakukannya.
d. Self Esteem, self confidence and feelings of inferiority
Kecemasan sosial menjadikan seseorang merasa berbeda dengan orang lain, selalu berpikir negatif merasa lebih buruk dari orang lain, merasa aneh, sehingga itu akan mempengaruhi self-esteem dan kepercayaan diri. Orang dengan kecemasan sosial akan merasa minder dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Karena merasa bahwa orang lain tidak menyukainya dan berpikir bahwa orang lain berpikir negatif tentang dirinya. Orang yang memiliki kecemasan sosial akan berpikir orang lain akan mengabaikan atau tidak memedulikan dirinya, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial mengartikan setiap pandangan dan perbincangan orang lain terhadap dirinya adalah tanda bahwa dirinya adalah orang yang buruk. Orang yang memiliki kecemasan sosial menjadi selalu mengevaluasi diri dengan cara yang negatif dan selalu melihat kelemahan diri, sehingga orang yang memiliki kecemasan sosial hidup dalam ketakutan.
e. Hilang semangat dan depresi, frustrasi dan kebencian (demoralizatoin and depression, frustasion and resentment)
Merasa frustrasi terhadap kepribadian diri sendiri, sehingga kecemasan sosial membuat putus asa. Orang yang memiliki kecemasan sosial juga dapat merasa demoralisasi atau depresi seperti orang yang marah dan benci saat menemukan orang lain sangat mudah melakukan sesuatu yang menurut dirinya sangat sulit dilakukan.
f. Effect performance
Kesulitan terbesar orang yang mengalami kecemasan sosial adalah saat kecemasan sosial mengganggu kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk merencanakan kegiatan. Secara singkat kecemasan sosial dapat menghentikan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat dilakukan dan menghilangkan kemampuan yang dimiliki dan selanjutnya dapat mempengaruhi karier, hubungan pribadi, pertemanan, kerja dan kehidupan sehari-harinya.
Tanda-tanda Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial merupakan salah satu bentuk dari gangguan mental yang ditandai oleh ketakutan yang ekstrim dan konsisten ketika bertindak dengan cara yang memalukan, bertemu orang baru, adanya pengawasan dalam berbagai kinerja dan/atau situasi interaksional. Menurut Ingman (1999), beberapa simtom atau tanda-tanda gejala seseorang yang mengalami kecemasan sosial antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Simtom fisik
Simtom fisik yang dialami oleh orang-orang dengan kecemasan sosial yaitu : (1) keringat yang berlebihan, (2) detak jantung yang berdebar-debar, (3) wajah memerah, (4) bergetar, (5) sakit perut, (6) mati rasa, dan (7) pusing.
b. Simtom tingkah laku
Orang dengan kecemasan sosial juga akan mengalami simtom tingkah laku, seperti (1) tidak berani/sedikit melakukan kontak mata, (2) penundaan, (3) cara bicara tidak lancar, (4) gelisah, dan (5) menolak interaksi sosial.
c. Simtom Kognitif
Orang dengan kecemasan sosial tidak hanya mengalami simtom fisik ataupun simtom tingkah, tetapi juga akan mengalami simtom kognitif. Simtom kognitif tersebut, yaitu (1) kesadaran diri yang tinggi dan (2) kewaspadaan yang berlebihan.
Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial
Terdapat beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab atau mempengaruhi kecemasan sosial pada seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor biologis
Seorang dapat mewarisi kerentanan biologis menyeluruh untuk mengembangkan kecemasan atau kecenderungan biologis menjadi sangat terhambat secara sosial. Eksistensi kerentanan psikologis menyeluruh seperti tercermin pada perasaan atas berbagai peristiwa, khususnya peristiwa yang sangat menimbulkan stres, mungkin tidak dapat dikontrol dan dengan demikian akan mempertinggi kerentanan individu.
b. Cara berpikir (thinking style)
Cara berpikir dalam hal ini adalah bahwa individu yang mengalami kecemasan sosial akan lebih cenderung sulit mengendalikan pikiran atau kurang berpikir logis saat berada diposisi yang membuat tidak nyaman karena cara berpikirnya telah dikuasai oleh rasa cemas yang membuatnya sulit.
c. Stress
Ketika dalam keadaan stres, seseorang mungkin mengalami serangan panik yang tak terduga pada sebuah situasi sosial yang selanjutnya akan dikaitkan (dikondisikan) dengan stimulus-stimulus sosial. Individu kemudian akan menjadi sangat cemas tentang kemungkinan untuk mengalami alarm (serangan panik) lain (yang dipelajari) ketika berada dalam situasi-situasi sosial yang sama atau mirip.
d. Trauma dan konflik
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalah-pahaman serta adanya ketidak-pedulian orang tua terhadap anaknya dapat menyebabkan ketidak-nyamanan serta kecemasan pada anak saat berada di dalam rumah. Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
e. Lingkungan yang tidak baik
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk di mata masyarakat. Keadaan itu dapat menyebabkan munculnya kecemasan.
f. Pengaruh Neurochemicals
Cairan kimia yang berpengaruh terhadap gejala-gejala kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan cairan kimia serotonin di otak dapat menjadi faktor kecemasan sosial. Serotonin dan neurotransmitter membantu untuk memberikan rasa nyaman dan emosi. Orang yang mengalami kecemasan sosial memiliki perasaan sangat sensitif yang diakibatkan karena kelebihan cairan serotonin.
Daftar Pustaka
- American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. Washington: American Psychiatric Association
- Brecht, G. 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres. Jakarta: Prenhallindo.
- La Greca, A.M., dan Lopez, N. 1998. Social Anxiey Among Adolescents: Linkages with Peer Relations and Friendshipis. Journal of Abnormal Child Psychology.
- Atkinson, R., Richard, A., & Hilgard, E. 1996. Introduction to Psychology. New York: Harcourt Brace College Publishers.
- Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
- Butler, Gillian. 2008. Overcoming Social Anxiety and Shyness: A self-help using Cognitive Behavioral Techniques. New York: Basic Book
- Ingman, A.K. 1999. An Examination of Social Anxiety, Social Skills, Social Adjustment, and Self-Construal In Chinese And American Students At An American University. Virginia: Blacksburg.