Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Perilaku Prososial (Pengertian, Aspek, Tahapan dan Faktor yang Mempengaruhi)

Perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang mempunyai akibat sosial secara positif, dan menguntungkan orang lain baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis, menciptakan perdamaian dan meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama, tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolongnya.

Perilaku Prososial (Pengertian, Aspek, Tahapan dan Faktor yang Mempengaruhi)

Perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Perilaku prososial mencakup tindakan berbagi (sharing), kerjasama (cooperation), menyumbang (donating), menolong (helping), kejujuran (honesty), kedermawanan (generousity) serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

Berikut definisi dan pengertian perilaku prososial dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Baron dan Byrne (2005), perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolongnya. 
  • Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2015), perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya. Bentuk yang paling jelas dari prososial adalah perilaku menolong. 
  • Menurut Sears (2009), perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan orang lain yang mempunyai konsekuensi sosial yang positif sehingga akan menambah kebaikan fisik maupun psikis.
  • Menurut Dahriani (2007), perilaku prososial adalah perilaku yang mempunyai tingkat pengorbanan tertentu yang tujuannya memberikan keuntungan bagi orang lain baik secara fisik maupun psikologis, menciptakan perdamaian dan meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama, namun tidak ada keuntungan yang jelas bagi individu yang melakukan tindakan. 
  • Menurut Arifin (2015), perilaku prososial adalah tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain, baik secara fisik maupun secara psikologis, dan perilaku tersebut merupakan perilaku yang lebih banyak memberikan keuntungan kepada orang lain daripada dirinya sendiri.

Aspek-Aspek Perilaku Prososial 

Menurut Mussen, dkk (2002), bentuk-bentuk perilaku prososial dalam dibedakan menjadi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: 

  1. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain baik suka maupun duka. Sharing diberikan bila penerima menunjukkan kesukaran sebelum ada tindakan, meliputi dukungan variabel dan fisik. 
  2. Menolong (helping), yaitu kesediaan untuk menolong orang lain yang sedang berada dalam kesulitan. Menolong meliputi membantu orang lain, memberitahu, menawarkan bantuan kepada orang lain atau melakukan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain. 
  3. Berderma (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang lain yang membutuhkan. 
  4. Kerja sama (cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain guna tercapainya suatu tujuan. Kerja sama biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menenangkan. 
  5. Bertindak jujur (honesty), yaitu kesediaan seseorang untuk bertindak dan berkata apa adanya, tidak membohongi orang lain dan tidak melakukan kecurangan terhadap orang lain.

Tahapan Perilaku Prososial 

Menurut Arifin (2015), ketika seseorang memberikan pertolongan, biasanya didahului oleh adanya proses psikologis hingga keputusan menolong. Adapun proses atau tahapan perilaku prososial yang terjadi pada seseorang adalah sebagai berikut: 

  1. Menyadari keadaan darurat atau tahap perhatian. Untuk sampai pada perhatian terkadang sering terganggu oleh adanya hal-hal lain, seperti ketergesaan, mendesaknya kepentingan lain, dan sebagainya. 
  2. Menginterpretasikan keadaan darurat. Apabila pemerhati menginterpretasi suatu kejadian sebagai sesuatu yang membuat orang membutuhkan pertolongan maka kemungkinan besar akan diinterpretasikan sebagai korban yang perlu pertolongan. 
  3. Mengasumsikan bahwa ia bertanggung jawab untuk menolong. Ketika individu memberikan perhatian kepada beberapa kejadian eksternal dan menginterpretasikannya sebagai suatu situasi darurat, perilaku personal akan dilakukan hanya jika orang tersebut mengambil tanggung jawab untuk menolong. Apabila tidak muncul asumsi ini, korban akan dibiarkan tanpa diberikan pertolongan. 
  4. Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan. Bahkan, individu yang sudah mengasumsikan adanya tanggung jawab tidak ada hal berarti yang dapat dilakukan, kecuali orang tersebut mengetahui cara menolong. 
  5. Mengambil keputusan untuk menolong. Meskipun sudah sampai ke tahap bahwa individu merasa bertanggung jawab memberi pertolongan kepada korban, masih ada kemungkinan ia memutuskan tidak memberi pertolongan. Berbagai kekhawatiran dapat timbul yang menghambat terlaksananya pemberian pertolongan. Pertolongan pada tahap akhir ini dapat dihambat oleh rasa takut (sering merupakan rasa takut yang realitas) terhadap adanya konsekuensi negatif yang potensial.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial 

Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2015), terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku perilaku prososial, yaitu sebagai berikut:

  1. Selfgain, yaitu harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan. 
  2. Personal Values and Norms, yaitu nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik. 
  3. Empathy, yaitu kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan pengambilalihan peran. Jadi prasyarat untuk mampu melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran.

Sedangkan menurut Mahmudah (2010), terdapat beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap timbulnya sikap atau perilaku prososial pada seseorang, yaitu sebagai berikut: 

a. Situasi sosial 

Situasi sosial akan mempengaruhi seseorang menolong atau tidak. Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara besarnya kelompok atau pemerhati terhadap perbuatan menolong. Karena dalam situasi kelompok besar terjadi apa yang disebut diffusion of responsibilty (kekaburan tanggung jawab).

b. Karakteristik orang yang terlibat 

Terdapat beberapa hal mendasar yang mempengaruhi tindakan prososial seseorang berkaitan dengan hal ini, yaitu:

  1. Persamaan antara penolong dan orang yang ditolong. Semakin banyak persamaan akan memperpendek jarak sosial antara keduanya. Makin sedikit jarak sosial makin mudah orang untuk menolong. 
  2. Kedekatan hubungan. Orang pada umumnya akan lebih cepat atau mudah memberi pertolongan kepada orang lain yang memiliki kedekatan hubungan.
  3. Daya tarik korban. Korban yang memiliki daya tarik lebih memungkinkan untuk mudah ditolong, karena daya tarik tersebut dapat menimbulkan rasa senang. Dari rasa ini akan menimbulkan motivasi positif untuk mendekati atau menolong.

c. Faktor-faktor internal 

Mediator internal adalah faktor perantara yang ada dalam individu yang bersangkutan. Hal tersebut antara lain mencakup tiga hal, yaitu: 

  1. Mood, yaitu dorongan yang besar pada orang itu untuk menolong. 
  2. Empati, ada hubungan antara besarnya empati pada perilaku menolong. Makin besar rasa empati maka keinginan menolong akan menjadi besar. 
  3. Arousan, yaitu dorongan atau keinginan pada orang tertentu yang muncul dengan aktivitas untuk berbuat menolong.

d. Latar belakang kepribadian 

Latar belakang kepribadian juga menentukan sikap seseorang untuk berperilaku prososial. Terdapat tiga hal yang berkaitan dalam hal tersebut, yaitu: 

  1. Orentasi nilai. Seorang individu yang di dalam pribadinya telah tertanam jiwa ringan tangan akan lebih suka menolong orang lain yang sedang membutuhkan. 
  2. Pemberian atribut. Kecenderungan orang yang paling dominan untuk lebih berperilaku prososial, menolong orang yang dikenal baik daripada dengan orang tak dikenal. 
  3. Sosialisasi. Di samping hal tersebut di atas, peningkatan melalui sosialisasi juga menumbuhkan sifat menolong atau sikap prososial. Contohnya adalah setiap mengajarkan sifat ringan tangan kepada anak-anak sekolah sejak dini.

Daftar Pustaka

  • Baron, R.A., dan Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
  • Dayakisni, T., & Hudaniah. 2015. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press.
  • Sears. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Dahriani, Adria. 2007. Perilaku Prososial terhadap Pengguna Jalan (Studi Fenomenologis pada Polisi Lalu Lintas). Semarang: Universitas Diponegoro.
  • Arifin, B.S. 2015. Psikologi Sosial. Bandung: Pustaka Setia.
  • Mussen, dkk. 2002. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Arcan.
  • Mahmudah, Siti. 2010. Psikologi Sosial. Malang: UIN Maliki Press.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Perilaku Prososial (Pengertian, Aspek, Tahapan dan Faktor yang Mempengaruhi). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/02/perilaku-prososial.html