Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Antisosial (Pengertian, Bentuk, Ciri dan Faktor Penyebab)

Antisosial (antisocial personality disorder) adalah sebuah gangguan sikap dan perilaku yang cenderung tidak mempertimbangkan keberadaan orang lain dan tidak mematuhi norma-norma sosial yang berlaku secara umum di masyarakat. Seseorang yang antisosial ditandai dengan perilaku tidak bertanggung-jawab, mengkritik tatanan sosial, tidak ada sikap menolong ke arah perbaikan sosial, hingga melanggar tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.

Antisosial (Pengertian, Bentuk, Ciri dan Faktor Penyebab)

Antisosial merupakan perilaku gangguan kepribadian dramatik, emosional atau tidak menentu yang melibatkan pola ketidakpedulian yang sangat kuat terhadap pelanggaran hak-hak orang lain. Perilaku ini ditandai dengan kurangnya perhatian untuk standar moral atau hukum dalam budaya lokal, bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain, sikap yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.

Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun karena penyimpangan ini dikategorikan sebagai penyimpangan ringan dari tatanan sosial yang umum diterima bersama, secara umum perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia sekolah. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal dan pekerjaan.

Berikut definisi dan pengertian antisosial dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Durand (2006), antisosial adalah perilaku yang ditandai riwayat tidak mau mematuhi norma-norma sosial. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang bagi kebanyakan orang tidak diterima dan cenderung tidak bertanggung jawab serta pembohong.
  • Menurut Mappiare (2006), antisosial adalah suatu kondisi pribadi dimana individu mementingkan kekuasaan diri sendiri dan cenderung merugikan lingkungan masyarakatnya, hal tersebut terlihat dari perilaku secara agresif merusak, mengkritik tatanan sosial, diam tidak menolong sama sekali ke arah perbaikan sosial masyarakat. 
  • Menurut Nevid dkk (2005), antisosial adalah sebuah gangguan perilaku yang ditandai dengan perilaku tidak bertanggungjawab serta kurangnya penyesalan untuk kesalahan mereka. 
  • Menurut Berger (2003), antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya.

Bentuk-bentuk Antisosial 

Menurut Soekanto (2006), secara umum perilaku antisosial dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 

  1. Antikonformitas. Antikonformitas suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau sekelompok individu. Sebagai contohnya adalah mencuri, membunuh, membuat keributan, dan mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat. 
  2. Aksi antisosial. Aksi antisosial sebuah aksi yang menempatkan kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok tertentu diatas kepentingan umum. Contohnya adalah, tidak mau mengikuti kegiatan gotong royong di masyarakat, memanipulasi data keuangan sebuah organisasi demi kepentingan diri sendiri, dan lain-lain.
  3. Dendam antisosial (Antisocial grudge). Antisosial grudge atau juga dendam antisosial, yaitu rasa dendam atau sakit hati terhadap masyarakat maupun terhadap aturan sosial tertentu sehingga menimbulkan perilaku menimpang.

Sedangkan menurut Millon dan Davis (2000), gangguan kepribadian antisosial dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 

  1. Antisosial pencemburu/iri (varian murni), ditandai selalu menyangkal, merasa kekurangan, tamak, loba, serakah, iri, dengki, cemburu, mencari ganti rugi dan selalu ingin mendapat daripada member. 
  2. Antisosial penjaga reputasi (ciri narsisitik), ditandai tidak mau dianggap cacat, rapuh, tak terkalahkan, tidak dapat diganggu gugat, bersikeras ketika statusnya dipertanyakan, dan tidak mau diremehkan. 
  3. Antisosial pengambil risiko (ciri historik), ditandai tidak takut, berani, suka berpetualang, sembrono, membabi-buta, implusif, dan tidak peduli bahaya/risiko. 
  4. Antisosial nomadis (ciri skizoid, avoidant), ditandai bernasib sial/buruk, dianggap tidak penting, tidak diinginkan, gelandangan/tunawisma, dan impulsif namun tidak berdaya. 
  5. Antisosial pendengki (ciri sadistik, paranoid), ditandai suka berkelahi, penuh dendam, kejam, sangat jahat, brutal, mengantisipasi pengkhianatan dan hukuman, temperamen kasar dan tidak berperasaan, dan tidak merasa takut dan bersalah.

Ciri-ciri Antisosial 

Menurut Setiadi dan Kolip (2011), ciri-ciri diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 

  1. Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum, ditunjukkan dengan perilaku melanggar hukum yang dapat maupun yang tidak dapat mengakibatkan penahan, seperti merusak bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan hukum mencuri atau menganiaya orang lain. 
  2. Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain, ditunjukkan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin penganiayaan terhadap teman atau anak-anak. 
  3. Asosial juga disebut individualis atau penyendiri, sering merasa mereka tidak punya kaitan dengan masyarakat dan budaya umum, atau justru mereka atau justru mereka bahwa masyarakat atau budaya yang umum yang menghindari mereka. Terkadang, seseorang yang asosial dengan sengaja menolak hubungan sosial karena mereka merasa mereka lebih baik atau hebat dari orang lain. 
  4. Introvert atau ketertutupan, seseorang yang introvert lebih suka kegiatan yang menyendiri seperti membaca, kesenian dan menulis. Mereka tidak menemukan kebahagiaan dalam interaksi kelompok. Orang introvert biasanya pendiam, sensitif, gampang terprovokasi, dan memiliki sedikit teman dari pada kerumunan orang. Introvert adalah pribadi yang bersifat menyendiri dan biasanya lebih pendiam dan tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu kelompok atau lebih suka menyendiri di rumah dari pada harus berkumpul dengan orang lain, atau berjam-jam duduk di depan komputer, tapi tidak semua introver bersikap seperti itu tidak semua introver yang suka berkelompok dan membicarakan sesuatu dengan temannya walaupun kebanyakan hanya suka membicarakan atau melakukan hal-hal yang dianggap bermanfaat atas berbagai alasan.

Sedangkan menurut Bresseert (2017), ciri-ciri perilaku antisosial dapat dilihat atau ditandai dengan tindakan sebagai berikut: 

  1. Gagal menyesuaikan diri dengan norma sosial, sehubungan dengan perilaku yang sah seperti yang ditunjukkan oleh tindakan yang dilakukan berulang kali yang merupakan dasar penangkapan. 
  2. Ketidaktaatan, seperti yang ditunjukkan oleh pembohong berulang, penggunaan alias, atau menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan. 
  3. Impulsif atau kegagalan untuk merencanakan ke depan. 
  4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik berulang-ulang atau serangan. 
  5. Dengan sembarangan mengabaikan keamanan diri sendiri atau orang lain. 
  6. Ketidaktanggung jawab secara konsisten, seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan berulang untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau menghormati kewajiban finansial. 
  7. Kurangnya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh bersikap acuh tak acuh terhadap atau merasionalisasi karena telah menyakiti, menganiaya, atau mencuri dari yang lain.

Faktor Penyebab yang Mempengaruhi Antisosial 

Menurut Setiadi dan Kolip (2011), terdapat beberapa penyebab yang dianggap berpengaruh terhadap timbulnya perilaku antisosial pada individu, yaitu: 

  1. Adanya norma atau nilai sosial yang tidak sesuai atau sejalan dengan keinginan masyarakat, sehingga terjadi kesenjangan budaya termasuk pola pikir masyarakat.
  2. Kurang siapnya pola pemikiran masyarakat untuk menerima perubahan dalam tatanan masyarakat, hal ini terjadi karena adanya perubahan sosial yang menuntut semua komponen untuk berubah mengikuti tatanan yang baru. Dalam perubahan ada komponen yang siap, namun sebaliknya komponen yang tidak siap ini justru akan bersikap antisosial karena tidak sepakat dengan perubahan yang terjadi. Misalnya perusakan terhadap telepon umum. 
  3. Ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau menerima bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kecemburuan sosial,. Perbedaan-perbedaan dimaknai sebagai suatu permasalahan yang dapat mengancam stabilitas masyarakat yang sudah tertata. 
  4. Adanya ideologi yang dipaksa untuk masuk ke dalam lingkungan masyarakat, hal ini akan menimbulkan keguncangan budaya bagi masyarakat yang belum siap untuk menerima ideologi baru tersebut.

Menurut Kartono (1998), sikap antisosial pada diri seseorang juga dipengaruhi oleh kondisi di luar diri seseorang, seperti: 

  1. Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku antisosial, contohnya kondisi disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, orang tua yang masih berusia remaja, ukuran keluarga.
  2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, contohnya: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang memahami kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja. Walaupun demikian faktor yang berpengaruh di sekolah bukan hanya guru dan sarana serta prasarana pendidikan saja. Lingkungan pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya.
  3. Faktor lingkungan sekitar, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan antisosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan remaja yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan antisosial.

Daftar Pustaka

  • Durand, Mark. 2006. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
  • Nevid, Jeffrey S, dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
  • Berger, K.S. 2003. The Developing Person Through Childhood and Adolescence. Worth Publishers.
  • Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
  • Millon & Davis. 2000. The Antisocial Personality, in Personality Disorder in Modern Life. New York: John Wiley & Sons Inc.
  • Setiadi, E.M., dan Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.
  • Bressert, Steve. 2016. Antisocial Personality Disorder Symptoms. Online: psychcentral.com.
  • Kartono, Kartini. 1998. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Antisosial (Pengertian, Bentuk, Ciri dan Faktor Penyebab). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/03/antisosial.html