Nyeri Kepala (Cephalgia) - Definisi, Mekanisme, Jenis, Pemicu dan Pengobatan
Nyeri kepala (cephalgia) adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian kepala termasuk bagian wajah dan tengkuk leher yang ditandai dengan nyeri seperti diikat, berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadi secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi.
Istilah cephalgia berasal dari bahasa Yunani, yaitu cephalo yang artinya kepala dan algos yang berarti nyeri. Sehingga cephalgia atau nyeri kepala adalah rasa nyeri yang timbul dari kepala atau leher bagian atas tubuh. Nyeri kepala dapat menimbulkan gangguan pada pola tidur, pola makan, menyebabkan depresi sampai kecemasan pada penderitanya.
Nyeri kepala berasal dari jaringan dan struktur yang mengelilingi otak karena otak itu sendiri tidak memiliki saraf yang menimbulkan sensasi nyeri (serat nyeri). Penyebab nyeri kepala banyak sekali, meskipun kebanyakan adalah kondisi yang tidak berbahaya (terutama bila kronik dan kambuhan).
Berikut definisi dan pengertian nyeri kepala dari beberapa sumber buku:
- Menurut Mansjoer (2002), nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher.
- Menurut Goadsby (2002), nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan didaerah kepala atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.
- Menurut Kusuma (2012), nyeri kepala adalah nyeri yang ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun berat, nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadi secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi.
- Menurut Sjahrir, dkk (2013), nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa tidak enak pada daerah kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher.
Mekanisme Nyeri Kepala
Menurut Prabawani (2011), rasa nyeri kepala dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Adapun penjelasan dari ke tiga stimulus nyeri adalah sebagai berikut:
- Mekanik. Spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan (iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri sensitive mekanik.
- Termal. Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan, memar jaringan, dll.
- Kimia. Ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang dirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeable terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.
Jenis-jenis Nyeri Kepala
a. Nyeri Kepala Migren
Menurut Mansjoer (2002), migren adalah nyeri kepala yang berulang yang idiopatik, dengan serangan nyeri yang berlangsung 4 - 72 jam, biasanya sesisi, sifatnya berdenyut, intensitas nyeri sedang – berat, diperhebat oleh aktivitas fisik rutin, dapat disertai nausea, fotofobia dan fonofobia dan lokasi nyeri lebih sering pada bifrontal. Faktor pemicu yang memulai serangan pada migren di antaranya adalah; anggur merah, coklat, bau yang tajam, cahaya berkedip-kedip, alkohol, kefein, nikotin dan makanan yang banyak mengandung gula murni, stress emosi dan daur tidur yang tidak teratur.
b. Nyeri Kepala Cluster
Nyeri kepala cluster merupakan suatu sindroma nyeri kepala neurovaskuler yang khas dan dapat disembuhkan, walaupun insidennya jauh lebih jarang daripada migren dan lebih sering terjadi pada laki–laki daripada perempuan. Tipe episodik adalah tipe tersering dan ditandai dengan 1 sampai 3 serangan singkat nyeri periorbita per hari selama periode 4 sampai 8 minggu (cluster) diikuti oleh interval bebas nyeri yang lamanya rata-rata 1 tahun. Nyeri memiliki karakteristik konstan, parah, tidak berdenyut dan unilateral serta sering terbatas pada mata atau sisi wajah. Awitan biasanya 2 sampai 3 jam setelah tidur dan berkaitan dengan tidur rapid eye movement (REM).
c. Nyeri Kepala Kontraksi Otot (Tension Headache)
Nyeri kepala kontraksi otot atau karena ketegangan menimbulkan nyeri akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi, dan leher yang disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium. Nyeri ditandai dengan rasa kencang seperti pita disekitar kepala dan nyeri tekan didaerah oksipito servikalis. Nyeri kepala tipe ini sangat sering terjadi. Bentuk akut berkaitan dengan keadaan-keadaan stress temporer, rasa cemas atau kelelahan yang umumnya berlangsung 1 atau 2 hari. Nyeri kepala karena tegang kronik lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki dan biasanya bersifat bilateral, terus menerus (terjadi baik siang maupun malam dan berlangsung beberapa bulan sampai tahun), tumpul tidak berdenyut dan sering disertai oleh rasa cemas, depresi dan perasaan tertekan.
Faktor Pemicu Nyeri Kepala
Menurut Papdi (2012), terdapat beberapa faktor yang dianggap sebagai pemicu terjadinya nyeri kepala, antara lain yaitu sebagai berikut:
- Obat. Penggunaan obat yang berlebihan yaitu mengkonsumsi obat berlebihandapat memicu sakit kepala bertambah parah setiap diobati.
- Stress. Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, stress bias menyebabkan pembuluh darah di bagian otak mengalami penegangansehingga menyebabkan sakit kepala.
- Masalah tidur. Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit kepala, karenasaat tidur seluruh anggota tubuh termasuk otak dapat beristirahat.
- Kegiatan berlebihan. Kegiatan yang berlebihan dapat mengakibatkan pembuluh darah di kepala dan leher mengalami pembengkakan, sehingga efek dari pembengkakan akan terasa nyeri.
- Rokok. Kandungan di dalam rokok yaitu nikotin yang dapat mengakibatkan pembuluh darah menyempit, sehingga menyebabkan sakit kepala.
- Kebisingan. Kebisingan di suatu area yang melebihi nilai ambang batas 85 dB dengan suara yang gaduh dan waktu kerja 8 jam/hari secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan pekerjaan. Sehingga kebisingan merupakan salah satu bentuk stressor.
- Cahaya Matahari. Kejadian nyeri kepala secara spesifik terjadi setelah terkena sinar matahari dengan frekuensi selalu pada musim panas dan beberapa kali pada musim dingin serta kejadian nyeri kepala tidak pernah muncul kecuali terkena paparan sinar matahari.
- Lapar. Melewatkan makan dan puasa dilaporkan sebagai pemicu migrain lebih dari 56% dalam studi berbasis populasi dan 40% sampai 57% dalam studi di klinik sub-spesialisasi. Pada penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa 50 persen dari penderita migren, mendapatkan nyeri kepala setelah 16 jam tanpa makanan.
Penyembuhan Nyeri Kepala
Berbagai pilihan pengobatan yang tersedia untuk manajemen nyeri kepala primer, termasuk intervensi farmakologis dan non farmakologis. Pilihan pengobatan tergantung pada diagnosis pasien, morbiditas, tingkat kecacatan dan preferensi. Menurut Scoot (2011) manajemen farmakologi nyeri kepala mempunyai dua jenis, yaitu:
a. Abortive treatment (diambil sesuai yang diperlukan)
- Analgesia sederhana, misalnya parasetamol (migrain dan tension-type headaches).
- Dosis tinggi obat anti inflamasi non steroid, misalnya aspirin, ibuprofen, dan naproxen (migrain dan nyeri kepala tipe tegang), diklofenak dan asam tolfenamic (migrain).
- 5HT-agonis reseptor (triptans), misalnya sumatriptan dan zolmitriptan (tension-type headaches dan migrain), rizatriptan, naratriptan, almotriptan, eletriptan, frovatriptan (migrain).
b. Preventif treatment (diminum setiap hari)
- Beta blockers, misalnya; propranolol, metoprolol, atenolol (migrain).
- Kalsium channel blockers, misalnya; verapamil (cluster nyeri kepala).
- Antidepresan trisiklik, misalnya; amitriptyline (migrain).
- Antikonvulsan, misalnya; natrium valproate, topiramate, gabapentin (migrain).
- Obat lainnya, misalnya; prednisolon, lithium karbonat dan ergotamine tartrat (nyeri kepala cluster), methysergide (migrain dan nyeri kepala cluster).
Manajemen gaya hidup dapat membantu pasien dengan nyeri kepala episodic, seperti sebagai migren atau nyeri kepala tipe tegang. Manajemen mencakupi identifikasi pemicu, mengoptimalkan tidur, olahraga teratur, reduksi stress dan menjamin keteraturan makan. Adapun tindakan non-farmakologi yang dapat digunakan dalam menangani nyeri kepala antara lain yaitu:
- Distraksi. Distraksi adalah teknis memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.
- Guided imagery. Guided imagery adalah suatu tekhnik yang menggunakan imajinasi individu dengan imajinasi terpimpin untuk mengurangi stress,nyeri . Guided imagery dapat digunakan pada berbagai keadaan antara lain: mengurangi stress dan rasa nyeri, kesulitan tidur, alergi dan asma pusing, migraine, hipertensi dan keadaan lain.
- Teknik relaksasi nafas. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.