Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Model Pembelajaran POGIL (Definisi, Tujuan, Siklus dan Tahapan)

POGIL adalah singkatan dari Process Oriented Guided Inquiry Learning, yaitu sebuah teknik atau metode pembelajaran kolaboratif berbasis inkuiri dimana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar untuk mendorong penguasaan konsep, pengembangan keterampilan, pemikiran, pemecahan masalah, komunikasi, dan tanggung jawab individu sehingga siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Model Pembelajaran POGIL (Definisi, Tujuan, Siklus dan Tahapan)

Pada model pembelajaran POGIL, siswa di kelas bekerja dalam suatu kelompok belajar yang kegiatannya dirancang khusus untuk meningkatkan konten disiplin dan pengembangan keterampilan pada proses pembelajaran. Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran POGIL berorientasi pada tiga komponen pokok yaitu pembelajaran koolaboratif (dalam konteks pembelajaran kooperatif), inkuiri terpandu (guided inquiry) dimana inkuiri terpandu adalah pembelajaran yang berbasis inkuiri, dimana guru menyediakan bahan-bahan, alat-alat dan masalah yang harus diselidiki melaui metakognisi.

POGIL merupakan pembelajaran inkuiri yang berorientasi proses dan berpusat pada siswa dalam suatu pembelajaran aktif yang menggunakan kelompok belajar. Pembelajaran POGIL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkronstruksi pemahamannya di dalam kelompok diskusi. Karakteristik model pembelajaran POGIL yaitu siswa terlibat aktif dan berfikir di dalam kelas, siswa menggambar kesimpulan dengan menganalisis data, model atau contoh serta dengan mendiskusikan ide, siswa bekerja sama dalam tim yang dikelola sendiri guna memahami konsep dan memecahkan masalah, siswa merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan untuk memperbaiki kinerja, siswa juga berinteraksi dengan guru yang berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran.

Berikut definisi dan pengertian modal pembelajaran POGIL dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Warsono dan Harjianto (2013), modal pembelajaran POGIL adalah teknik pembelajaran kolaboratif, dimana peserta didik secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dalam suatu kelompok-kelompok kecil. 
  • Menurut Ningsih dkk (2012), modal pembelajaran POGIL adalah model pembelajaran aktif yang menggunakan belajar dalam tim, aktivitas guided inquiy untuk mengembangkan pengetahuan. 
  • Menurut Hanson (2006), modal pembelajaran POGIL adalah pembelajaran inkuiri yang berorientasi proses dan berpusat pada siswa dalam suatu pembelajaran aktif yang menggunakan kelompok belajar, aktivitas guided inquiry untuk mengembangkan pengetahuan, pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, memecahkan masalah, metakognisi, dan tanggung jawab individu. 
  • Menurut Widyaningsih, Haryono, dan Saputro (2012), modal pembelajaran POGIL adalah pembelajaran bekerja dalam kelompok belajar yang mendorong penguasaan konsep dan pengembangan keterampilan, pemikiran, pemecahan masalah, komunikasi, manajemen, dan penilaian.
  • Menurut Rosidah (2013), modal pembelajaran POGIL adalah model pembelajaran yang didesain dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil guna menciptakan interaksi antara siswa dengan guru sebagai fasilitator.

Tujuan Model Pembelajaran POGIL 

Pembelajaran POGIL melatih siswa melakukan kegiatan seperti ilmuwan yang memiliki kemampuan komunikasi yang kolaboratif dan mandiri, sehingga dapat mengembangkan keterampilan dasar siswa dengan pembelajaran dengan proses interaktif tentang berpikir secara hati-hati, mendiskusikan ide, mencerahkan pemahaman, melatih kemampuan, mencerminkan kemajuan, dan mengevaluasinya.

Menurut Hanson (2006), tujuan penerapan model pembelajaran POGIL antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Mengembangkan keterampilan proses pada area belajar (learning), berpikir (thinking) dan menyelesaikan masalah (problem solving). 
  2. Membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
  3. Meningkatkan interaksi antar siswa dan interaksi antar guru dan siswa. 
  4. Menumbuhkan sikap positif terhadap sains. 
  5. Mengaitkan pembelajaran dengan teknologi informasi. 
  6. Mengembangkan keterampilan komunikasi dan kinerja dalam kelompok.

Siklus Pembelajaran POGIL 

Menurut Warsono dan Harjianto (2013), model pembelajaran POGIL terdiri dari lima siklus utama, yaitu sebagai berikut:

a. Orientasi (Orientation) 

Tahap orientasi mempersiapkan siswa untuk belajar dengan memotivasi, menciptakan minat, dan rasa ingin tahu, serta membuat koneksi berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Adanya identifikasi tujuan pembelajaran dan kriteria keberhasilan bertujuan untuk lebih memfokuskan siswa, membuat topik yang akan dibahas menjadi penting untuk siswa pelajari, siswa memiliki pemahaman tentang apa yang akan dipelajari, dan membangun pemahaman siswa dari pengetahuan sebelumnya.

b. Eksplorasi (Exploration) 

Pada tahap ini para siswa mengembangkan pemahamannya tentang konsep dengan cara menanggapi serangkaian pertanyaan yang akan memandunya pada suatu proses untuk mengeksplorasi model atau suatu tugas yang harus diselesaikan. Pada tahap ini, siswa diberikan suatu bahan pembelajaran untuk didiskusikan. Bahan pembelajaran tersebut membimbing mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan tersebut dapat berupa tabel data, grafik, diagram, simulasi komputer, demonstrasi suatu informasi, atau kombinasinya untuk membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dalam tahap ini, para siswa berusaha untuk menjelaskan atau memahami bahan ajar, dengan cara mengemukakan, mengajukan pertanyaan dan menguji hipotesis.

c. Penemuan Konsep (Conceptual Formation) 

Pada tahap ini melibatkan penemuan konsep, pada tahap eksplorasi siswa tidak menghasilkan konsep secara eksplisit. Para siswa secara efektif dipandu dan didorong untuk mengeksplorasi, kemudian membuat kesimpulan dan membuat prediksi. Setelah siswa terlibat dalam fase ini, informasi tambahan dan nama konsepnya dapat diperkenalkan. Instruktur boleh saja mengemukakan nama konsepnya, tetapi harus siswa sendiri yang menemukan pola-pola konsep tersebut. Kegiatan lain dirancang agar pada fase ini melibatkan pembentukan konsep. Siswa belajar melalui upaya menjawab serangkaian pertanyaan yang memandunya untuk mengeksplorasi representasi konsep, mengembangkan dan memahaminya, dan mengidentifikasi relevansi dan tingkat kepentingan konsep.

d. Aplikasi (Aplication) 

Pada tahap aplikasi, siswa diberikan latihan berupa studi masalah ataupun studi kasus penelitian untuk menguatkan dan memperluas pemahaman, serta memberikan kesempatan pada siswa mengembangkan kepercayaan diri mereka dengan memberikan latihan yang sederhana dan familiar. Studi masalah membimbing siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan suatu permasalahan yang lebih nyata. Studi kasus penelitian membimbing siswa mengembangkan pemahamannya dengan memberikan isu-isu terbaru, pertanyaan atau sebuah hipotesis.

e. Penutup (Closure) 

Kegiatan berakhir dengan validasi hasil, refleksi dan penilaian kinerja oleh siswa. Validasi diperoleh dengan melaporkan hasil kerja kepada teman dan guru untuk mendapatkan umpan balik mengenai isi dan kualitas. Pada refleksi siswa, diminta merenungkan apa yang telah mereka pelajari, menggabungkan pengetahuan dan penghargaan untuk kinerja mereka. Penilaian diri adalah kunci keberhasilan dalam belajar karena menghasilkan perbaikan secara terus menerus.

Langkah-langkah Pembelajaran POGIL 

Menurut Hanson (2006), langkah-langkah atau tahapan dalam proses pembelajaran POGIL dalam setiap siklusnya adalah sebagai berikut:

a. Orientasi 

Merupakan langkah untuk mempersiapkan siswa untuk belajar secara fisik dan psikis. Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan guru adalah: 

  1. Memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti aktivitas belajar. 
  2. Menentukan tujuan pembelajaran. 
  3. Menentukan kriteria hasil belajar siswa, yang menunjukkan apakah seorang siswa telah mencapai tujuan pembelajaran atau belum.
  4. Menciptakan ketertarikan siswa (student interest in science). 
  5. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan membuat hubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya baik melalui pengalaman maupun pengamatan yang mereka telah lakukan. 
  6. Menyajikan narasi, ilustrasi, demonstrasi atau video yang dapat diobservasi oleh siswa untuk memulai mempelajari hal baru, yang kemudian harus di analisis oleh siswa. Pada tahap ini, setelah melakukan observasi siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil observasi, mengklasifikasikan, membuat inferensi (deduksi atau kesimpulan berdasarkan hasil observasi) ataupun melakukan pengukuran. 

b. Eksplorasi 

Pada bagian ini guru memberikan siswa rencana atau seperangkat penugasan atau kegiatan yang akan siswa lakukan, sebagai panduan bagi siswa mengenai apa yang akan dilakukan, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada tahap ini siswa memiliki kesempatan untuk: 

  1. Menentukan variabel yang dibutuhkan dan akan dianalisis berdasarkan hasil observasi pada tahap sebelumnya. 
  2. Mengusulkan hipotesis (menyatakan hubungan antar variabel). 
  3. Merancang percobaan untuk menguji hipotesis. 
  4. Mengumpulkan data berdasarkan rancangan percobaan yang telah dibuat.
  5. Memeriksa/menganalisis data atau informasi.
  6. Mendeskripsikan hubungan antar variabel berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui percobaan. Sebagai hasil dari langkah eksplorasi, diharapkan siswa dapat menemukan, memperkenalkan atau membentuk konsep. 

c. Pembentukan Konsep 

Sebagai hasil dari langkah eksplorasi, diharapkan siswa dapat menemukan, memperkenalkan atau membentuk konsep. Tahap ini dilakukan dengan guru memberikan pertanyaan yang dapat menuntun siswa untuk berpikir kritis dan analitis dihubungkan dengan apa yang telah siswa lakukan pada bagian eksplorasi. Pertanyaan-pertanyaan ini berfungsi untuk membantu siswa mendefinisikan latihan, membimbing siswa kepada informasi, menuntun siswa untuk membuka hubungan dan simpulan yang tepat, dan membantu siswa untuk mengonstruksi kemampuan kognitif melalui pembelajaran.

d. Aplikasi 

Ketika konsep telah diidentifikasi melalui langkah-langkah sebelumnya, maka perlu untuk memperkuat dan memperluas pemahaman mengenai konsep tersebut. Pada tahap ini, siswa menggunakan konsep baru dalam latihan, masalah dan bahkan situasi penelitian. Latihan (exercise) memberikan kesempatan siswa untuk membangun kepercayaan diri dengan memberikan masalah sederhana atau konteks yang familiar. Masalah berupa transfer pengetahuan baru ke konteks yang belum familiar, mensintesis dengan pengetahuan lainnya dan menggunakan pengetahuan tersebut dengan cara berbeda untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konteks dunia nyata. Research question berupa mengembangkan pembelajaran dengan memunculkan isu-isu baru, pertanyaan atau hipotesis.

e. Penutup 

Aktivitas pembelajaran diakhiri dengan siswa memvalidasi hasil yang telah mereka capai, merefleksikan apa yang telah dipelajari dan mengakses performance mereka dalam belajar. Validasi dilakukan dengan melaporkan hasil yang mereka peroleh dengan rekan satu kelas dan guru, untuk mengetahu perspektif mereka mengenai konten dan kualitas konten. Pada bagian ini juga siswa diminta untuk melakukan self assessment, dengan mengisi lembar penilaian diri. Self assessment merupakan kunci untuk meningkatkan performance siswa. Ketika mereka tahu yang mereka lakukan baik, maka mereka akan mempertahankan bahkan akan mengembangkan hal positif tersebut.

Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran POGIL 

Peran guru pada model POGIL bukanlah sebagai ahli yang bertugas untuk mentransfer pengetahuan, melainkan sebagai pembimbing siswa dalam proses pembelajaran, menuntun siswa untuk mengembangkan keterampilan, serta membantu siswa dalam menemukan atau mengembangkan pemahamannya sendiri dari proses yang telah mereka lakukan.

Menurut Hanson (2006), dalam model pembelajaran POGIL, guru memiliki empat peran utama, yaitu: pemimpin (leader), monitoring/assesor, fasilitator dan evaluator. Adapun penjelasan dari masing-masing peran guru tersebut adalah sebagai berikut: 

  1. Pemimpin (leader). Guru menciptakan perangkat pembelajaran, mengembangkan dan menjelaskan skenario pemelajaran, menentukan tujuan pembelajaran (mencakup seluruh kompetensi dasar), dengan mendefinisikan perilaku yang diharapkan muncul setelah siswa mengikuti pembelajaran dan menentukan kriteria kesuksesan.
  2. Monitoring (assesor). Guru mengatur sirkulasi pembelajaran di kelas dan mengakses performansi dan prestasi siswa baik secara individual maupun tim, dan memperolah informasi tentang capaian pemahaman siswa, miskonsepsi dan kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran. 
  3. Fasilitator. Informasi yang diperoleh dari monitoring kemudian digunakan oleh guru untuk merancang cara untuk memperbaiki kelemahan yang ada atau meningkatkan prestasi siswa yang dinilai telah cukup baik. Kegiatan ini menunjukkan fungsi guru sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, guru bertugas untuk menimbulkan konflik kognitif pada siswa, baik melalui pertanyaan, memberikan analogi, menyajikan video, atau kegiatan sederhana, agar menumbuhkan motivasi siswa dan siswa mengetahui apa yang mereka butuhkan selama pembelajaran.
  4. Evaluator. Peran ini dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran. Hasil evaluasi diberikan kepada tiap individu dan tim, mengenai prestasi belajar, capaian terhadap tujuan pembelajaran, efektivitas kegiatan yang dilakukan siswa dan poin-poin umum mengenai kegiatan yang telah dilakukan.

Menurut Barthlow (2011), model pembelajaran POGIL secara khusus didesain dengan memasukkan unsur pembelajaran kooperatif, dimana pembelajaran kooperatif telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan proses dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran dengan model POGIL menuntut siswa bekerja dalam sebuah tim yang beranggotakan maksimal empat orang dengan tiap orang memiliki peran berbeda dalam kelompoknya. Peran-peran yang ada untuk tiap anggota kelompok yaitu: manajer (ketua kelompok), juru bicara (spokesperson), notulen (recorder), dan strategy analyst. Adapun penjelasan dari masing-masing peran siswa tersebut adalah sebagai berikut: 

  1. Manajer (Ketua Kelompok). Berpartisipasi aktif, menjaga tim tetap fokus selama proses pembelajaran, mendistribusikan pembagian tugas, menyelesaikan jika terjadi konflik internal kelompok, dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok bekerja. 
  2. Juru bicara (Spokesperson), Notulen (recorder). Berpartisipasi aktif, menyampaikan sudut pandang dan kesimpulan, menyampaikan laporan dalam diskusi kelas Berpartisipasi aktif, mencatat instruksi dan apa saja yang telah dilakukan oleh tim, dan mempersiapkan laporan akhir, dokumentasi dan berkonsultasi dengan anggota kelompok lainnya.
  3. Strategy Analyst. Berpartisipasi aktif, mengidentifikasi dan mencatat metode dan strategi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, mengidentifikasi dan membuat catatan apa yang telah dilakukan kelompok dengan baik (apakah sesuai dengan rancangan strategi atau butuh untuk diperbaiki), mencatat tentang yang telah ditemukan mengenai pencapaian konten dan prestasi tim.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran POGIL 

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran POGIL. Menurut Hanson (2006), beberapa kelebihan atau keunggulan yang dimiliki model pembelajaran POGIL antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Dapat mengembangkan pemahaman, pertanyaan untuk memancing berpikir kritis dan analitik, penyelesaian masalah, melaporkan hasil pengamatan, metakognisi dan tanggung jawab individu. 
  2. Siswa lebih aktif terlibat dan berpikir di kelas maupun dilaboratorium. 
  3. Mampu menarik kesimpulan dari suatu analisis data. 
  4. Mampu bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep dan menyelsaikan masalah sehingga ikatan antar siswa menjadi lebih kuat. 
  5. Siswa mampu merefleksikan apa yang telah dipelajari dan meningkatkannya. 
  6. Dapat berinteraksi dengan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran secara intensif.

Sedangkan menurut Huda (2013), kelemahan atau kekurangan dari model pembelajaran POGIL diantaranya adalah sebagai berikut: 

  1. Memerlukan banyak waktu yang dihabiskan.
  2. Kecenderungan menekan peserta didik yang pasif dan membiarkan peserta yang akif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas.
  3. Hanya cocok diterapkan mata pelajaran yang di dalamnya bagianbagian serta keterampilan atau praktik saja.

Daftar Pustaka

  • Warsono dan Harjianto. 2013. Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rosdakarya.
  • Ningsih, dkk. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Semarang: Jurnal Unnes Physics Education Journal.
  • Hanson, D.M. 2006. Instructor's Guide to Process-Oriented Guided-Inquiry Learning. New York: Pacific Crest.
  • Widyaningsih, Sri dan Saputro, H. 2012. Model MFI dan POGIL Ditinjau dari Kreativits Siswa Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal inkuiri.
  • Rosidah. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran POGIL Berbantuan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang (UNNES).
  • Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran Isu-isu Metodis dan Paragdimatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Model Pembelajaran POGIL (Definisi, Tujuan, Siklus dan Tahapan). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/05/model-pembelajaran-pogil.html