Model Pembelajaran Simulasi
Model pembelajaran simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara meniru atau merekayasa situasi sebenarnya untuk menggambarkan atau menunjukkan suatu proses, kondisi atau benda tertentu yang sedang dipelajari disertai dengan penjelasan lisan. Metode simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan) dengan cara memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya.
Simulasi pada dasarnya merupakan suatu teknik permainan dalam pembelajaran yang diangkat dari realitas kehidupan. Simulasi dirancang dalam situasi tiruan untuk mewakili situasi sesungguhnya dari materi yang sedang dipelajari. Ini artinya bahwa metode simulasi digunakan untuk materi-materi tertentu yang memang membutuhkan peniruan untuk membantu siswa memahami hakikat yang sebenarnya. Tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang sesuatu konsep atau prinsip atau dapat juga untuk melatih kemampuan memecahkan masalah sosial yang bersumber dari realitas kehidupan.
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran simulasi dari beberapa sumber buku:
- Menurut Sa'ud (2005), metode simulasi adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
- Menurut Sudjana (2013), metode simulasi adalah metode pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses.
- Menurut Ali (2003), metode simulasi adalah suatu metode penyajian materi pelajaran yang dilakukan dengan cara merekayasa situasi lingkungan pembelajaran dan mendorong siswa untuk berperilaku menirukan peristiwa tertentu seperti halnya yang terjadi dalam dunia kehidupan nyata.
- Menurut Sumantri dan Permana (2002), metode simulasi adalah cara penyajian pengajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
- Menurut Djamarah (2006), metode simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Tujuan Metode Simulasi
Metode simulasi adalah metode penyelenggaraan pembelajaran yang dirancang untuk menggambarkan suatu fenomena, peristiwa, atau untuk mempraktikkan keterampilan tertentu melalui tingkah laku tiruan. Sebagai bagian dari metode pembelajaran aktif, tujuan metode simulasi diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Hamalik (2002), tujuan model pembelajaran menggunakan metode simulasi adalah sebagai berikut:
- Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.
- Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pelaku drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
- Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.
- Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
Adapun menurut Sumantri dan Permana (2002), tujuan dari metode simulasi antara lain yaitu sebagai berikut:
- Melatih keterampilan tertentu yang bersifat praktis bagi kehidupan sehari-hari.
- Membantu mengembangkan sikap percaya diri peserta didik.
- Mengembangkan persuasi dan komunikasi.
- Melatih peserta didik memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah.
- Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari.
- Meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan peserta didik dalam mempelajari situasi yang hampir serpa dengan kejadian yang sebenarnya.
Prinsip-prinsip Metode Simulasi
Menurut Uno (2007), terdapat beberapa prinsip yang harus dijalankan oleh guru atau fasilitator dalam menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran, yaitu:
- Penjelasan, untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu guru hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.
- Mengawasi (refereeing), simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru harus mengawasi proses simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.
- Melatih (coaching), dalam simulasi pemain akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru harus memberikan saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang sama.
- Diskusi, dalam refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu setelah selesai simulasi selesai guru mendiskusikan beberapa hal, seperti: (a) seberapa jauh simulasi sudah sesuai dengan situasi nyata (real word); (b) kesulitan-kesulitan; (c) hikmah apa yang dapat diambil dari simulasi; dan (d) bagaimana memperbaiki/meningkatkan kemampuan simulasi, dll.
Jenis-jenis Metode Simulasi
Menurut Sanjaya (2006) dan Nata (2009), model pembelajaran dengan metode simulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
b. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
c. Role Playing
Role playing atau permainan peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari metode simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual. Dalam proses pelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompoknya masing-masing dengan mekanisme pelaksanaan yang diarahkan guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya.
d. Peer teaching
Peer teaching adalah metode simulasi yang digunakan guru dalam memberikan pengalaman mengajar bagi para calon guru. Tujuannya adalah agar dengan pengalaman mengajar tiruan ini, diharapkan ia dapat memiliki pengalaman tentang cara mengajar yang sesungguhnya. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
Langkah-langkah Metode Simulasi
Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran menggunakan metode simulasi dilakukan melalui beberapa tahapan atau langkah-langkah yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan Simulasi
- Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
- Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
- Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang disediakan.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeran simulasi.
b. Pelaksanaan Simulasi
- Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
- Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
- Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapatkan kesulitan.
- Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
c. Penutup Simulasi
- Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.
- Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
Sedangkan menurut Winataputra (2001), langkah-langkah yang dijalankan dalam pelaksanaan metode simulasi adalah sebagai berikut:
a. Tahap Orientasi
- Menyajikan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
- Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan.
- Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.
b. Tahap Latihan bagi Siswa
- Membuat skenario yang berisi aturan peranan, langkah, pencatatan, bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
- Menugaskan para pemeran dalam simulasi.
- Mencoba secara singkat suatu episide.
c. Tahap Proses Simulasi
- Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut.
- Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performa si pemeran.
- Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional.
- Melanjutkan permainan/simulasi.
d. Tahap Pemantapan (debriefing)
- Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama simulasi.
- Memberikan ringkasan mengenai kesulitan–kesulitan dan wawasan para peserta.
- Menganalisis proses.
- Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
- Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
- Menilai dan merancang kembali simulasi.
Peranan Guru dalam Metode Simulasi
Menurut Dahlan (1984), peran atau fungsi guru/fasilitator dalam pelaksanaan metode simulasi adalah sebagai berikut:
- Menjelaskan (Explaining). Peserta didik sebagai pemegang peran perlu memahami garis besar berbagai aturan dari kegiatan atau peralatan yang diperlukan, atau tentang implikasi dari setiap tindakan yang ia lakukan. Dalam hal ini guru dapat menjelaskan sekedarnya kepada peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap pokok kegiatan simulasi serta implikasi-implikasinya akan menjadi lebih jelas setelah pesrta didik melakukannya sendiri atau setelah dilakukan diskusi.
- Mewasiti (refereeing). Guru harus membentuk kelompok-kelompok dan membagi peserta didik dalam kelompok atau peran sesuai dengan kemampuan dan keinginan peserta didik. Selain itu guru harus mengawasi partisipasi peserta didik dalam permainan simulasi.
- Melatih (Ciaching). Guru juga harus bertindak sebagai seorang pelatih yang memberikan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik agar mereka dapat berperan dengan baik.
- Memimpin diskusi (discussing). Selama permainan berlangsung guru akan memimpin kelas dalam suasana diskusi, misalnya membicarakan tanggapan peserta didik dan kesukaran yang dijumpai, cara-cara untuk menguji kebenaran permainan dan bagaimana permainan simulasi itu dinyatakan dengan kehidupan yang sebenarnya.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan metode simulasi.
a. Kelebihan metode simulasi
Menurut Anitah (2007) dan Sanjaya (2006), kelebihan atau keunggulan metode simulasi yaitu:
- Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya.
- Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran.
- Dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual).
- Dapat membina hubungan personal yang positif.
- Dapat membangkitkan imajinasi, Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.
- Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
- Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
- Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
- Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematik.
- Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
- Dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam bermain atau berakting.
- Memupuk daya cipta peserta didik.
- Mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata.
b. Kekurangan metode simulasi
Menurut Sanjaya (2006), kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran menggunakan metode simulasi yaitu:
- Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dengan kenyataan di lapangan.
- Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
- Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
- Biaya pengembangannya tinggi dan perlu waktu lama.
- Fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperoleh serta mahal harga dan pemeliharaannya.
Daftar Pustaka
- Sa'ud, U.S. 2005. Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
- Ali, Muhammad. 2003. Guru Dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
- Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
- Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
- Djamarah, S.B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
- Uno, H.B. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta: Bumi Aksara.
- Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
- Nata, Abuddin. 2009. Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Perdana Media Group.
- Dahlan, M.D. 1984. Model-model mengajar. Bandung: Diponegoro.
- Anitah, Sri, W, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
- Winataputra, Udin S. 2001. Model-model pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka.