Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Model Pembelajaran Team Based Learning (TBL)

Team Based Learning (TBL) atau pembelajaran berbasis tim adalah strategi pembelajaran aktif berbasis kelompok yang saling bekerja sama mempelajari dan menerapkan konsep pelajaran. Aktivitas pada Team Based Learning (TBL) adalah kerja individual (individual work), kerja tim (teamwork), dan umpan balik cepat (immediate feedback) yang dilakukan dengan format terstruktur dari persiapan pra-kelas, tes kesiapan individu dan kelompok, dan latihan aplikasi.

Model Pembelajaran Team Based Learning (TBL)

Team Based Learning (TBL) merupakan model pembelajaran inovatif yang dikembangkan pertama kali oleh Larry Michaelsen pada tahun 2002. Model pembelajaran ini merupakan strategi pendidikan yang bertumpu pada kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada mahasiswa dan terstruktur untuk meningkatkan proses pembelajaran. TBL dirancang untuk memberikan konseptual dan pengetahuan prosedur kepada mahasiswa dengan baik. Pembelajaran TBL mengubah pengalaman kelas dari hanya memperoleh materi dan konsep dalam format kuliah ceramah menjadi menerapkan konsep dan isi materi pembelajaran dalam format pembelajaran tim.

Konsep Team Learning berawal dari ide dasar bahwa kelompok mahasiswa yang terdiri dari 5 hingga 7 orang dapat menjadi tim belajar yang efektif karena keterkaitan antar mereka merupakan kekuatan utama yang dapat saling mendukung dalam proses pembelajaran. Sasaran yang hendak dicapai dalam metode Team Based Learning (TBL) adalah berusaha untuk memperbaiki metode pembelajaran satu arah yang telah ada saat ini. Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir di dalam menanggapi permasalahan dan mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bekerja sama yang lebih baik.

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran Team Based Learning (TBL) dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Mayona dan Irawati (2009), Team Based Learning (TBL) adalah strategi pedagogik yang menggunakan kelompok siswa bekerja bersama-sama dalam tim untuk mempelajari bahan mata pelajaran. Sasaran utama Team Based Learning adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk melatih konsep mata pelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
  • Menurut Parmele, dkk (2012), Team Based Learning (TBL) adalah pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran dengan kelompok kecil yang menyediakan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan konsep melalui tahap aktivitas-aktivitas, meliputi kerja individual (individual work), kerja tim (teamwork), dan umpan balik cepat (immediate feedback).
  • Menurut Clair, dkk (2012), Team Based Learning (TBL) adalah strategi pedagogis dengan menggunakan aktivitas grup atau kelompok siswa yang bekerja sama dalam tim selama proses pembelajaran dalam mempelajari dan menerapkan konsep pelajaran. Tim dibentuk secara permanen pada awal pembelajaran dan bertanggung jawab terhadap hubungan kedua upaya mereka secara individu dan kelompok/tim.
  • Menurut Park, dkk (2015), Team Based Learning (TBL) adalah strategi pembelajaran dan pengajaran berbasis kelompok dan berpusat pada mahasiswa yang menggunakan format terstruktur dari persiapan pra-kelas, tes kesiapan individu dan kelompok, dan latihan aplikasi. 

Elemen Team Based Learning (TBL) 

Dalam pembelajaran Team Based Learning, aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa lebih banyak digunakan untuk kegiatan kelompok seperti menyelesaikan lembar kerja atau tes tes yang diberikan guru. Hasil dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan guru dapat digunakan untuk membuat kelompok yang lebih terstruktur.

Menurut Michaelsen dan Sweet (2008), elemen atau aspek-aspek utama dalam model pembelajaran Team Based Learning (TBL) adalah sebagai berikut:

a. Group 

Grup atau tim harus dibentuk dan dikelola secara benar. TBL membutuhkan instruktur untuk mengawasi dalam pembentukan kelompok sehingga dapat mengelola tiga variabel penting, yaitu: 

  1. Memastikan bahwa kelompok memiliki sumber daya yang memadai untuk mandiri dalam menyelesaikan tugas mereka dan memiliki kemampuan yang setara di seluruh kelompok. 
  2. Menghindari kenggotaan dari latar belakang yang sama. 
  3. Memastikan bahwa kelompok-kelompok memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi tim belajar.

Kelompok harus berisi campuran mahasiswa dengan karakteristik yang berbeda sehingga proses belajar lebih mudah. Tujuannya di sini adalah untuk membekali kelompok dengan cara mengisi kelompok dengan anggota yang akan memberikan perspektif yang berbeda untuk tugas yang diberikan. Waktu adalah faktor kunci dalam pengembangan tim. Setiap buku dinamika kelompok menjelaskan bahwa kelompok perlu waktu untuk berkembang menjadi tim berkinerja tinggi, karna itulah mahasiswa harus dalam kelompok yang sama untuk keseluruhan program TBL.

b. Akuntabilitas 

TBL menuntut mahasiswa untuk bertanggung jawab kepada instruktur dan rekan satu tim. Individu mahasiswa secara kualitas dan kuantitas bertanggung jawab masing-masing. Selanjutnya, tim juga harus bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka. Persiapan pra-kelas merupakan tanggung jawab individu terhadap kelompok, kurangnya persiapan juga menghambat pengembangan kekompakan karena mahasiswa yang memiliki persiapan akan membenci teman-teman mereka yang tidak memiliki persiapan. Sebaliknya, tidak jarang untuk pada sesi pra-RAT anggota kelompok belajar bersama antara mahasiswa yang memiliki skor tinggi bersama dengan anggota tim yang mungkin jika tidak memiliki persiapan pra-kelas.

c. Feed back 

Umpan balik langsung adalah kunci pokok dalam proses pembelajaran TBL, terdapat dua alasan mengapa umpan balik menjadi sangat penting pada proses TBL. Pertama, umpan balik adalah sangat penting untuk mempelajari konten pembelajaran dan penyampaian gagasan yang tidak hanya menurut intuisi tetapi berdasarkan dokumentasi dalam literatur dan penelitian. Kedua, umpan balik langsung memiliki dampak yang luar biasa pada pengembangan kelompok.

d. Desain Tugas 

Tugas kelompok harus didesain agar pembelajar dapat berlangsung dengan baik dan mendukung perkembangan tim. Aspek yang paling mendasar dari merancang tugas tim adalah memastikan bahwa mereka benar-benar membutuhkan interaksi kelompok. Di sebagian besar kasus, tugas tim akan menghasilkan interaksi jika mereka memerlukan tim untuk membuat keputusan, membahas materi yang melibatkan satu tim dalam menyelesaikan masalah yang kompleks, dan memungkinkan tim untuk membuat laporan diskusi mereka dalam bentuk sederhana.

Karakteristik Team Based Learning (TBL) 

Menurut Michaelsen (2002), model pembelajaran Team Based Learning (TBL) memiliki beberapa karakteristik sendiri yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang lain, yaitu: 

  1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
  2. Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah.
  3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah.
  4. Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.
  5. Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Bekerja dalam suatu kelompok merupakan bagian penting dari kegiatan belajar aktif. Pembentukan kelompok secara cepat dan efisien, pada saat bersamaan, variasi komposisi serta besaran kelompok di dalam kelas merupakan hal yang sangat penting guna menunjang proses pembelajaran aktif.

Standar pendekatan pada Team Based Learning (TBL) terdiri dari tim yang gigih yang bertahan sepanjang masa. Sebuah proses penjaminan kesiapan yang memastikan bahwa siswa memahami paparan awal materi yang dipelajari di luar waktu kelas. Kunci untuk menciptakan dan menerapkan tugas kelompok yang efektif berdasarkan kepada kriteria 4S, yaitu: 

  1. Significant, siswa secara individu dan kelompok seharusnya bekerja pada masalah, kasus, atau pertanyaan yang bermakna.
  2. Same Problem, tes yang dikerjakan siswa secara individu (IRAT) dan tim (TRAT) adalah sama. 
  3. Specific Choice, siswa secara individu dan kelompok seharusnya menggunakan konsep membuat pilihan secara spesifik. 
  4. Simultaneously Report, jika memungkinkan, siswa memberikan report/laporan hasil dari pilihan jawaban yang dipilih, kegiatan ini biasanya dilakukan di akhir pembelajaran dengan siswa mempresentasikan jawaban yang telah dikerjakan.

Langkah-langkah Team Based Learning (TBL) 

Menurut Michaelsen, dkk (2008), langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan dalam proses pembelajaran menggunakan metode Team Based Learning (TBL) adalah sebagai berikut:

a. Tahapan Persiapan (Pra-Kelas) 

Sebelum proses belajar dikelas dimulai secara individu dan mandiri, siswa diharapkan belajar tentang isi materi pembelajaran secara berulang-ulang, berdiskusi dengan teman sebaya, dan mencari bahan belajar yang akan diaplikasikan pada proses pembelajaran TBL. Pada TBL siswa diharapkan mengambangkan dengan lebih baik pengetahuan yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan di bahas di kelas karena mereka harus membuat kesimpulan bagaimana dan kapan materi yang mereka pelajari dapat digunakan didunia nyata.

b. Pertemuan pertama kelas (Readiness Assurance) 

Pada tahapan awal pembelajaran di kelas dengan menggunakan TBL dikenal dengan proses Readiness Assurance Process(RAP). Kunci utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Team Based Learning adalah Readiness Assurance Process (RAP). RAP memiliki lima komponen utama, yaitu sebagai berikut: 

  1. Tugas membaca (assigned reading). Sebelum awal pembelajaran di kelas siswa ditugaskan untuk mempelajari konsep tentang materi yang akan dipelajari. Tahap ini dilakukan pada saat preparation (Pra-kelas).
  2. Tes Individu/IRAT(individual Readiness Assurance Test). Kegiatan pertama yang dilakukan di kelas adalah irat (tes kesiapan individu) atas materi yang telah ditugaskan untuk dibaca (Assigned Reading) pada saat pra-kelas. Tes yang diberikan pada saat IRAT ini berupa tes pemahaman konsep siswa. Pembukaan tambahan selama tes individu membantu menguatkan memori siswa tentang apa yang mereka pelajari selama individual study (studi individu) mereka.
  3. Tes Tim/ TRAT (Team Readiness Assurance Test). Ketika siswa telah melakukan tes individu (IRAT), siswa menyerahkan hasil jawaban mereka. Kemudian, siswa berkumpul bersama timnya untuk melaksanakan tes tim. Siswa bersama timnya mengambil soal tes tim dan mengerjakan tes tersebut bersama kelompoknya dan kelompok harus mencapai kesepakatan tentang jawaban atas setiap pertanyaan tes. Hasil yang diperoleh pada tim tes ini digunakan untuk membentuk kelompok baru. 
  4. Written Appeals. Pada tahapan ini siswa diberikan kesempatan untuk melihat ke bahan bacaan rujukan atau modul pelajaran untuk menjawab pertanyaan yang masih tertinggal atau yang belum diselesaikan. 
  5. Instructor Feedback. Bagian terakhir dari RAP adalah instructor feedback. Feedback (timbal balik) ini langsung dilakukan guru setelah proses written appeals dan guru sebagai instruktur menjelaskan konsep konsep yang masih belum dipahami secara jelas oleh siswa. Selain dilaksanakan di akhir tahapan RAP, feedback (timbal balik) harus sering diberikan oleh guru dalam pembelajaran agar tidak terjadi kesalahan konsep yang diterima oleh siswa.

c. Application of Course Concepts 

Application-Oriented Activities Pada tahapan ini siswa diberi kegiatan yang berorientasi pada pemecahan masalah matematika. Pada tahapan ini siswa diberi LKS terkait pemecahan masalah siswa yang dikerjakan bersama kelompoknya.

Manfaat Team Based Learning (TBL) 

Menurut Mayona dan Irawati (2009), model pembelajaran Team Based Learning (TBL) memiliki beberapa manfaat bagi siswa, antara lain yaitu:

  1. Menciptakan diskusi secara interaktif pada persoalan yang aktual. Pada pembelajaran TBL guru berperan sebagai fasilitator, dapat dilakukan penerapan beberapa metode seperti simulasi, dengan proses ini diharapkan dapat mengasah siswa berpikir secara logis dan analitis serta melatih siswa untuk mengembangkan pemikiran mengenai fenomena persoalan yang terjadi. 
  2. Menggunakan gambaran nyata mengenai proses-proses yang terjadi dalam tahapan pengelolaan melalui berbagai media seperti audio-visual, poster, foto, gallery mapping dll.
  3. Mengembangkan proses belajar dalam kelompok, dapat dilakukan dengan metode diskusi kelompok kecil, belajar kooperatif, dan gallery session sehingga siswa dapat mengenal prinsip-prinsip bekerja sama. 
  4. Siswa mampu belajar untuk mencari bukti dari konsep teori pada kejadian yang nyata di lapangan, khususnya pada proses belajar di akhir pelajaran di kelas.

Daftar Pustaka

  • Mayona, EL., dan Irawati, I. 2009. Penerapan Model Team Based Learning pada Mata Kuliah Pengantar Pengelolaan Pembangunan. Bandung: Itenas.
  • Parmele, D,. dkk. 2012. Team Based Learning: A Practical Guide. Amee Guide Medical Teacher No.65.
  • Clair, Katherine St. dkk. 2012. Team-Based Learning in a Statistical Literacy Class. Journal of Statistics Education, Vol.20, No.1.
  • Park, S.J., dkk. 2015. Effects of Problem Based Learning on the Learning Attitudes, Critical Thinking Disposition and Problem Solving Skills of Nursing Students: Infant Care. Advanced Science and Technology Letters, Vol.103. 
  • Michaelsen, L.K., dan Sweet, Michael. 2008. The Essential Elements of Team-Based Learning. Willey InterScience.
  • Michaelsen, L.K., dkk. 2002. Team-Based Learning: A Transformative use of Small Groups. Westport, CN: Praeger.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Model Pembelajaran Team Based Learning (TBL). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/05/model-pembelajaran-team-based-learning.html