Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sibling Rivalry (Pengertian, Aspek, Ciri, Penyebab dan Cara Mengatasi)

Sibling rivalry atau persaingan antar saudara kandung adalah suatu persaingan atau kompetisi berupa perasaan permusuhan, kecemburuan, kemarahan, dan kebencian antara saudara kandung, kakak atau adik, dalam memperebutkan kasih sayang dan perhatian orang tua. Sibling rivalry terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih yang dirasakan sejak anak usia tiga tahun.

Sibling Rivalry (Pengertian, Aspek, Ciri, Penyebab dan Cara Mengatasi)

Sibling rivalry merupakan rasa cemburu antara anak dalam satu keluarga, yang terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan mereka. Permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang menimbulkan ketegangan di antara mereka dan bila tidak diintervensi hal ini akan berakibat fatal bahkan dapat berlanjut meski keduanya mulai beranjak dewasa.

Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat, karena kehadiran adik dianggap menyita waktu dan perhatian orang tua. Ciri khas yang sering muncul pada sibling rivalry, yaitu: egois, suka berkelahi, memiliki kedekatan yang khusus dengan salah satu orang tua, mengalami gangguan tidur, kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut perhatian lebih banyak.

Berikut definisi dan pengertian sibling rivalry atau persaingan saudara kandung dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Cholid (2004), sibling rivalry adalah perasaan permusuhan, kecemburuan, dan kemarahan antar saudara kandung, kakak atau adik bukan sebagai teman berbagi tapi sebagai saingan.
  • Menurut Chaplin (2001), sibling rivalry adalah suatu kompetisi antara saudara kandung adik dan kakak laki-laki, adik dan kakak perempuan dengan kakak laki-laki atau sebaliknya. 
  • Menurut Lusa (2010), sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. 
  • Menurut Sadarjoen (2005), sibling rivalry adalah persaingan antar saudara kandung dalam memperebutkan kasih sayang dan perhatian orang tua yang telah dirasakan anak sejak usia 3 tahun. 
  • Menurut Shaffer (2007), sibling rivalry adalah suatu kompetisi, kecemburuan dan kebencian antara saudara kandung, yang sering kali muncul saat hadirnya saudara yang lebih muda.

Aspek-aspek Sibling Rivalry 

Menurut Papilia, dkk (2008), sibling rivalry atau persaingan saudara kandung terdiri dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Konflik 

Konflik adalah peristiwa sosial yang melibatkan oposisi dan adanya perbedaan pendapat. Perilaku tersebut seperti melawan, menolak dan memprotes. Konflik terjadi apabila dua atau lebih individu berhubungan dalam perilaku yang berlawanan.

b. Cemburu 

Cemburu pada saudara kandung muncul ketika terjadi ketidak-puasan pada salah satu anak kepada orang tuanya yang memperlakukan anak-anaknya berbeda satu sama lain. Karena anak-anak sangat tergantung pada orang tua dalam hal kasih sayang, perhatian dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya sehingga anak-anak tidak suka bila harus membagi kasih sayang orang tuanya dengan siapapun. Perilaku tersebut seperti iri hati dan dengki.

c. Kekesalan 

Terkadang perasaan kesal seperti sebal dan marah pada orang tua dilampiaskan kepada saudaranya (adik/kakak). Hal tersebut terjadi karena ketidak-berdayaan melawan orang tuanya. Jika hal tersebut berkenaan dengan perlakuan orang tua yang menurutnya memberikan posisi spesial pada saudaranya. Dilain hal, kekesalan dapat tertumpah pada saudaranya apabila ia mendapat dirinya sebagai pihak yang tidak memiliki hal yang sama dengan saudaranya.

Ciri-ciri Sibling Rivalry 

Menurut Shaffer (2007), terdapat beberapa ciri khas yang terjadi pada sibling rivalry atau persaingan saudara kandung, yaitu sebagai berikut:

  1. Berperilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan, atau kebencian). Perasaan kesal dan marah akibat perlakuan yang berbeda dari orang tua dilampiaskan kepada saudaranya (adik/kakak). Kecemburuan terhadap saudara kandung dapat ditunjukkan melalui perilaku agresif tersebut seperti memukul, mencakar, melukai, dan berusaha mengalahkan saingannya (saudaranya), melempar barang, menyerang orang tua dan sebagainya. 
  2. Kompetisi atau semangat untuk bersaing (tidak suka mengalah). Persaingan saudara ini mengakibatkan salah satu atau antar saudara kandung berusaha menang dari saudaranya atau tidak suka mengalah dari saudaranya. Anak-anak bersaing dan menganggap kelebihan mereka sebagai cara untuk mendapatkan perhatian. 
  3. Perasaan iri dengan mencari perhatian. Biasanya ditunjukkan dengan mencari perhatian secara berlebihan seperti salah satu anak menyakiti dirinya sendiri saat melihat orang tua memuji saudaranya agar orang tua mengalihkan perhatian kepadanya. Anak juga menunjukkan dengan sikap sebaliknya yaitu anak menjadi penurut dan patuh hal ini dilakukan untuk memperebutkan perhatian orang tua.

Faktor Penyebab Sibling Rivalry 

Menurut Sains (2009), secara umum terdapat dua faktor penyebab terjadinya sibling rivalry atau persaingan saudara kandung, yaitu: 

  1. Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang dalam diri anak itu sendiri seperti temperamen, sikap masing-masing anak mencari perhatian orang tua, perbedaan usia atau jenis kelamin, dan ambisi anak untuk mengalahkan anak yang lain. 
  2. Faktor eksternal. Faktor yang disebabkan karena orang tua yang salah dalam mendidik anaknya, seperti sikap membanding-bandingkan, dan adanya anak emas di antara anak yang lain.

Sedangkan menurut Lusa (2010), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sibling rivalry atau persaingan saudara kandung, adalah sebagai berikut:

  1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
  2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka. 
  3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/bayi.
  4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
  5. Anak frustrasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran. 
  6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka. 
  7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran. 
  8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
  9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
  10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya. 
  11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya. 
  12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.

Cara Mengatasi Sibling Rivalry 

Menurut Priatna dan Yulia (2006), terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengatasi perilaku sibling rivalry atau persaingan saudara kandung, yaitu sebagai berikut:

a. Doronglah anak untuk saling mengungkapkan rasa sayang dan menanamkan rasa saling memiliki 

Anak tidak bisa hanya disuruh menyayangi tapi mereka harus diajarkan dan dikondisikan bagaimana cara menyayangi. Selain itu tanamkan rasa saling memiliki. Misalnya kakak membantu adik membereskan mainan atau adik membantu kakak mencuci sepeda, dan lain sebagainya. Sehingga menimbulkan rasa saling memiliki antara kakak dan adik, bukannya rasa persaingan. Ingatkan bahwa saudara kandung adalah teman yang mereka miliki selamanya. Hal tersebut juga dapat menimbulkan rasa aman dan rasa diterima dalam diri mereka sehingga hal tersebu juga dapat menumbuhkan rasa persaudaraan di antara mereka.

b. Jangan membanding-bandingkan namun hargai keunikan anak 

Minimalkan perbedaan antara anak, jangan dibandingkan kelebihan atau kekurangan anak yang satu dengan yang lainnya. Sering kali orang tua melakukan hal ini tanpa sadar. Tiap anak mempunyai kelebihan, kekurangan dan keunikannya masing-masing. Hargailah perbedaan itu dan jangan membanding-bandingkannya. Selain itu, tiap anak memiliki keunikan tersendiri. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing oleh karena itu tidak suka dibandingkan dengan anak yang lain.

c. Pupuklah harga diri anak 

Tingkatkan terus harga diri anak dengan bakat atau kelebihan masing-masing. Anak-anak bisa menjadi iri jika kakak atau adiknya lebih berhasil atau disukai orang lain. Untuk menaikkan harga diri anak, yang dapat dilakukan adalah menggali potensi atau kelebihan masing-masing anak sehingga tidak ada anak yang iri dan berkecil hati karena tidak merasa memiliki suatu kelebihan yang patut dipuji-puji orang lain.

d. Kenali temperamen anak 

Tidak semua anak mudah ditangani. Ada anak sangat penurut dan mudah diatur, dilain pihak ada anak yang cenderung memberontak. Oleh karena itu orang tua perlu menggali temperamen masing-masing anak.

e. Ajarkan anak untuk mengatasi konflik 

Konflik bukan ditiadakan, namun sebagai sarana berdamai kembali, saling memaafkan, dan menyelesaikan masalah. Anak-anak harus diajarkan untuk mengatasi konflik tidak harus saling bertengkar.

f. Buatlah peraturan yang jelas untuk ditaati 

Anak harus mengetahui dan mematuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga. Misalnya: 

  1. Tidak boleh saling memukul saat bertengkar. 
  2. Tidak boleh saling mengejek atau mengeluarkan kata-kata kasar. 
  3. Jika meminjam barang milik orang lain harus seizin si empunya dan mengembalikan ke tempat semula setelah selesi meminjam.

g. Bersikap adil terhadap setiap anak 

Usahakan supaya orang tua bersikap adil terhadap masing-masing anak karena rasa cemburu atau iri sangat mudah dipicu dari rasa diperlakukan tidak adil oleh orang tua. Jika memang orang tua merasa harus membedakan perlakuan kepada anak yang berkebutuhan khusus misalnya maka orang tua harus memberikan penjelasan yang masuk akal kepada anak bahwa dia tidak dibedakan. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa adil tidak selalu harus sama banyak, tapi harus sesuai kebutuhan.

Daftar Pustaka

  • Cholid, N.S. 2004. Mengenali Stress Anak & Reaksinya. Jakarta: Buku Populer Nirmala.
  • Chaplin, J.P. 2001. Kamus lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Lusa. 2010. Sibling Rivalry. Online: www.lusa.web.id.
  • Sadarjoen, S.S. 2005. Konflik Marital: Pemahaman Konseptual dan Alternatif Solusinya. Bandung: Refika Aditama.
  • Shaffer, D.R., & Kipp. K. 2007. Development Psychology: Childhood And Adolescence. Canada: Cengange Learning.
  • Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
  • Priatna, C dan Yulia, A. 2006. Mengatasi Persaingan Saudara Kandung pada Anak-Anak. Jakarta: Elex Media Koputindo.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Sibling Rivalry (Pengertian, Aspek, Ciri, Penyebab dan Cara Mengatasi). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/05/sibling-rivalry.html