Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sikap Optimisme - Pengertian, Aspek, Ciri-ciri dan Manfaat

Optimisme adalah suatu keyakinan, kepercayaan dan harapan yang ada dalam diri individu terhadap segala sesuatu akan berjalan menuju arah kebaikan. Sikap optimis dapat membantu seseorang untuk mengatasi berbagai masalah dan frustrasi dengan cara memandang persoalan menjadi lebih positif sehingga menjadikan seseorang cepat keluar dari permasalahan yang dihadapi.

Sikap Optimisme - Pengertian, Aspek, Ciri-ciri dan Manfaat

Optimisme merupakan kepercayaan bahwa kejadian di masa depan akan memiliki hasil yang positif, orang yang optimis memiliki ekspektasi yang baik pada masa depan dalam kehidupannya dan mempunyai cara berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.

Optimisme adalah harapan baik yang dimiliki seseorang terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan seseorang meskipun sedang dalam tertimpa suatu masalah. Seseorang yang optimis akan memandang kegagalan sebagai proses pengembangan diri yang akan berakibat baik dimasa depan dan memandang pengalaman baik sebagai sesuatu yang pantas untuk didapatkan.

Pengertian Optimisme 

Berikut definisi dan pengertian optimisme dari beberapa sumber buku:

  • Menurut Goleman (2002), optimisme adalah harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa masalah dan frustasi.
  • Menurut Safarina (2016), optimisme adalah suatu keyakinan tentang segala yang terjadi saat ini merupakan hal baik yang akan memberikan harapan dimasa depan sesuai apa yang kita angankan. Saat menghadapi suatu kesulitan, seseorang yang optimis yakin bahwa kesulitan baik bagi pengembangan diri dan dibaliknya pasti ada kesempatan untuk mencapai harapan. 
  • Menurut Lopez dan Snyder (2003), optimisme adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa sesuatu akan berjalan menuju ke arah kebaikan. Sikap optimis menjadikan seseorang keluar dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi.
  • Menurut Seligman (2008), optimisme adalah bagaimana individu bersikap positif terhadap suatu keadaan. Optimisme merupakan keyakinan seseorang yang positif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupanya di masa datang atau yang saat ini sedang dialaminya.
  • Menurut Chang (2002), optimisme adalah kecenderungan stabil untuk percaya bahwa hal-hal yang baik akan terjadi dari pada yang buruk. Optimis dapat membantu dalam memandang persoalan secara lebih positif, sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.

Aspek-aspek Optimisme

Menurut Hatifah dan Nirwana (2014), optimisme dalam diri seseorang terdiri dari dua aspek utama, yaitu:

a. Keyakinan dalam hati 

Keyakinan sangat berkaitan erat dengan keimanan. Seseorang yang berputus asa adalah mereka yang lemah akan keimanannya. Iman yang kuat dapat memberikan kekuatan batin bagi seseorang untuk memandang secara positif masa depan. Seseorang yang memiliki iman yang kuat memiliki pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan.

b. Berpikir positif

Berpikir yang diberi tambahan kata positif, dapat diartikan bukan sekedar berpikir yang menggunakan akal, tetapi lebih memerankan perasaan, salah satunya adalah prasangka. Pikiran akan menjadi suatu kekuatan mental apabila pikiran itu positif, tidak dikotori beragam nafsu, dan angan-angan yang negatif. Sehingga kemampuan berpikir positif dapat mendukung seseorang dalam memandang suatu masa depan dengan harapan positif.

Menurut Seligman (2008), sikap optimisme memiliki tiga aspek, yaitu:

a. Permanence 

Aspek permanence memiliki makna bahwa seseorang menyikapi suatu peristiwa buruk ataupun baik memiliki penyebab yang menetap maupun sementara. Individu yang optimis akan memandang peristiwa yang buruk akan bersifat sementara dalam kehidupannya. Peristiwa buruk juga di pandang sebagai sesuatu yang bisa ditempuh dengan waktu yang tidak lama. Sebaliknya, peristiwa baik akan dipandang sebagai peristiwa yang bersifat menetap. Peristiwa baik juga akan dipandang berasal dari dalam individu yang optimis.

b. Pervasiveness 

Aspek pervasiveness memiliki makna bahwa seseorang yang optimis akan menelusuri suatu penyebab permasalahan hingga akar-akarnya. Individu yang optimis tidak akan memberikan alasan-alasan yang universal sebagai penyebab dari kegagalannya, namun alasan dari setiap kegagalan bisa dijelaskan secara spesifik mengenai penyebabnya.

c. Personalization 

Aspek personalization menjelaskan setiap penyebab dari suatu kegagalan berasal dari internal (diri individu) atau eksternal (orang lain). Individu yang memiliki optimisme akan memandang peristiwa baik berasal dari dalam diri individu tersebut. Sebaliknya, setiap peristiwa yang berujung kegagalan berasal dari luar dirinya atau faktor eksternal.

Sedangkan menurut McGinnis (1995), sikap optimisme terdiri dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: 

  1. Mempunyai pengendalian atas perasaan-perasaan dalam diri yang bersifat negatif. Merupakan kemampuan pada diri seseorang dalam mengendalikan dorongan perasaan negatif saat terdapat stimulus negatif menghampirinya dan mampu mengalihkan pada hal-hal yang lebih positif. 
  2. Menganggap dirinya sebagai seseorang yang mampu dan bisa dalam memecahkan masalah. Merupakan bentuk keyakinan terhadap kemampuan yang ada pada diri sendiri dengan melakukan usaha penyelesaian.
  3. Merasa mempunyai pengendalian atas dirinya dimasa depan. Merupakan kemampuan pada diri seseorang dalam melakukan prediksi positif tentang dirinya dimasa depan dan meyakininya.
  4. Merasa gembira bahkan ketika sedang berada pada posisi tidak bisa merasa bahagia. Merupakan bentuk respon emosi yang tetap positif dan mampu mempertahankannya meskipun dilanda suatu masalah.
  5. Menerima perubahan-perubahan yang ada dalam hidupnya. Merupakan kemampuan pada diri seseorang untuk memandang positif setiap kejadian dan mampu menerimanya dengan baik.

Ciri-Ciri Sikap Optimisme 

Menurut Seligman (2008), seseorang yang optimis percaya bahwa kegagalan hanyalah suatu kemunduran yang bersifat sementara dan penyebabnya pun terbatas, mereka juga percaya bahwa hal tersebut muncul bukan diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya, melainkan diakibatkan oleh faktor luar. 

Menurut McGinnis (1995), ciri-ciri seseorang memiliki sikap optimisme antara lain, yaitu sebagai berikut:

  1. Jarang terkejut oleh kesulitan. Hal ini dikarenakan orang yang optimis berani menerima kenyataan dan mempunyai penghargaan yang besar pada hari esok. 
  2. Mencari pemecahan sebagian permasalahan. Orang optimis berpandangan bahwa tugas apa saja, tidak peduli sebesar apapun masalahnya bisa ditangani kalau kita memecahkan bagian-bagian dari yang cukup kecil. Mereka membagi pekerjaan menjadi kepingan-kepingan yang bisa ditangani.
  3. Merasa yakin bahwa mampu mengendalikan atas masa depan mereka. Individu merasa yakin bahwa dirinya mempunyai kekuasaan yang besar sekali terhadap keadaan yang mengelilinginya. Keyakinan bahwa individu menguasai keadaan ini membantu mereka bertahan lebih lama setelah lain-lainnya menyerah.
  4. Memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur. Orang yang menjaga optimisnya dan merawat antusiasmenya dalam waktu bertahun-tahun adalah individu yang mengambil tindakan secara sadar dan tidak sadar untuk melawan entropy (dorongan atau keinginan) pribadi, untuk memastikan bahwa sistem tidak meninggalkan mereka. 
  5. Menghentikan pemikiran yang negatif. Optimis bukan hanya menyela arus pemikirannya yang negatif dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih logis, mereka juga berusaha melihat banyak hal sedapat mungkin dari segi pandangan yang menguntungkan.
  6. Meningkatkan kekuatan apresiasi. Yang kita ketahui bahwa dunia ini, dengan semua kesalahannya adalah dunia besar yang penuh dengan hal-hal baik untuk dirasakan dan dinikmati. 
  7. Menggunakan imajinasi untuk melatih sukses. Optimis akan mengubah pandangannya hanya dengan mengubah penggunaan imajinasinya. Mereka belajar mengubah kekhawatiran menjadi bayangan yang positif.
  8. Selalu gembira bahkan ketika tidak bisa merasa bahagia. Optimis berpandangan bahwa dengan perilaku ceria akan lebih merasa optimis.
  9. Merasa yakin bahwa memiliki kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk diukur. Optimis tidak peduli berapapun umurnya, individu mempunyai keyakinan yang sangat kokoh karena apa yang terbaik dari dirinya belum tercapai. 
  10. Suka bertukar berita baik. Optimis berpandangan, apa yang kita bicarakan dengan orang lain mempunyai pengaruh yang penting terhadap suasana hati kita. 
  11. Membina cinta dalam kehidupan. Optimis saling mencintai sesama mereka. Individu mempunyai hubungan yang sangat erat. Individu memperhatikan orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan, dan menyentuh banyak arti kemampuan. Kemampuan untuk mengagumi dan menikmati banyak hal pada diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat yang membantu mereka memperoleh optimisme. 
  12. Menerima apa yang tidak bisa diubah. Optimis berpandangan orang yang paling bahagia dan paling sukses adalah yang ringan kaki, yang berhasrat mempelajari cara baru, yang menyesuaikan diri dengan sistem baru setelah sistem lama tidak berjalan. Ketika orang lain membuat frustrasi dan mereka melihat orang-orang ini tidak akan berubah, mereka menerima orang-orang itu apa adanya dan bersikap santai. Mereka berprinsip ubahlah apa yang bisa anda ubah dan terimalah apa yang tidak bisa anda ubah.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Optimisme 

Menurut Seligman (2008), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap optimisme pada diri seseorang, yaitu sebagai berikut: 

  1. Dukungan Sosial. Adanya dukungan yang cukup dapat membuat individu lebih optimis karena merasa yakin bahwa bantuan akan selalu tersedia bila dibutuhkan. 
  2. Kepercayaan diri. Individu yang yang memiliki keyakinan yang tinggi dengan apa yang ada pada dirinya, serta yakin dengan kemampuannya akan mempunyai optimis yang tinggi. 
  3. Harga diri. Individu dengan harga diri tinggi selalu termotivasi untuk mrnjaga pandangan yang positif tentang dirinya dan mencari aset-aset personal yang dapat mengimbangi kegagalan, sehingga selalu berusaha lebih keras dan lebih baik pada usaha-usaha berikutnya.
  4. Akumulasi Pengalaman. Pengalaman-pengalaman individu dalam menghadapi masalah atau tantangan terutama pengalaman sukses yang dapat menumbuhkan sikap optimis ketika menghadapi tantangan berikutnya.

Manfaat dan Fungsi Optimisme 

Menurut Ubaedy (2007), sikap optimisme pada diri seseorang memiliki fungsi dan manfaat, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Sebagai energi positif (dorongan). Esensi menjadi orang optimis adalah menghindarkan diri dari kondisi batin yang terpuruk, hanyut, dan larut ke dalam realitas buruk. Studi sejumlah pakar kesehatan mental menunjukkan bahwa yang optimis jauh dari berbagai penyakit distres, depresi, dan lain-lain.
  2. Sebagai perlawanan. Tingkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau hambatan yang dihadapi terkait dengan tingkat keoptimisannya. Orang dengan optimisme kuat biasanya punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, orang dengan optimisme rendah (pesimis), biasanya punya tingkat perlawanan yang lebih lemah, cenderung lebih mudah menyerah pada realitas ketimbang memperjuangkan. 
  3. Sebagai sistem pendukung. Optimisme juga berfungsi sebagai sistem pendukung. Apabila seseorang mengingatkan keberhasilan, maka ia berpikir akan berhasil, memiliki kemauan untuk berhasil, mempunyai sikap yang dibutuhkan untuk berhasil, dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.

Daftar Pustaka

  • Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
  • Safarina, N.A. 2016. The Relationship Between Pride And Optimism With Subjective Well-Being In Psychology Magister Students of University of Medan Area. Medan: Analitika.
  • Lopez, & Snyder, C.R. 2003. Positive Psychological Assessment a Handbook of Models & Measures. Washington DC: APA.
  • Seligman, M. 2008. The Optimistic Child. Bandung: Mizan.
  • Chang, E.C. 2002. Optimism & Pessimism: Implications for Theory, Research, and Practice. Washington: American Psychological Association.
  • Hatifah, S., & Nirwana, D. 2014. Pemahaman Hadist tentang Optimisme. Jakarta: Studia Insania.
  • McGinnis, A.L. 1995. Kekuatan Optimis. Jakarta: Mitra Utama.
  • Ubaedy. A.N. 2007. Optimis Kunci Meraih Sukses. Jakarta: Perspektif Media Komunikatif.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Sikap Optimisme - Pengertian, Aspek, Ciri-ciri dan Manfaat . Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/10/sikap-optimisme.html