Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pembelajaran Kooperatif - Pengertian, Tujuan, Unsur, Karakteristik dan Jenis

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah suatu model pembelajaran dengan pendekatan atau strategi penggunaan kelompok-kelompok kecil (maksimal 5 orang) dengan struktur anggota yang heterogen, sehingga terjadi saling ketergantungan positif, adanya tanggung jawab perorangan dan komunikasi yang intensif antara anggota kelompok dengan tujuan memaksimalisir proses belajar.

Pembelajaran Kooperatif - Pengertian, Tujuan, Unsur, Karakteristik dan Jenis

Pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian strategi khusus yang dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif salah satunya bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong dalam memahami materi dan tugas belajar yang dihadapi.

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan belajar kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas untuk anak-anak berbakat maupun kelas dengan tingkat kecerdasan rata-rata.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif 

Berikut definisi dan pengertian pembelajaran kooperatif dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Isjoni (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. 
  • Menurut Sugiyanto (2010), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 
  • Menurut Rohman (2009), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok. 
  • Menurut Solihatin dan Raharjo (2007), pembelajaran kooperatif adalah suatu perilaku bersama dalam membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja dipengaruhi oleh setiap anggota kelompok. 
  • Menurut Isjoni dan Ismail (2008), pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan atau serangkaian strategi yang khas dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran. 
  • Menurut Hartono (2008), pembelajaran kooperatif adalah suatu penggunaan pembelajaran kelompok-kelompok kecil sehingga para siswa bekerja sama untuk memaksimalisir belajar mereka.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif 

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan temannya untuk mengemukakan pendapat secara berkelompok. Menurut Isjoni (2009), fungsi dan tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Hasil belajar akademik 

Pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu 

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial 

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif 

Menurut Rusman (2011) dan Suprijono (2011), unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence) 

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan pada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu untuk mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Beberapa cara saling membangun ketergantungan positif adalah sebagai berikut: 

  1. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk mencapai tujuan. 
  2. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. 
  3. Mengatur sedemikian rupa sehingga peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu. 
  4. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Personal Responsibility) 

Tanggung jawab perseorangan artinya setiap siswa akan akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Unsur ini merupakan konsekuensi dari unsur yang pertama. Oleh karena itu, keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah sebagai berikut: 

  1. Kelompok belajar jangan terlalu besar. 
  2. Melakukan assesmen terhadap setiap siswa. 
  3. Memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada peserta didik di depan kelas. 
  4. Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok.
  5. Menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya. 
  6. Menugasi peserta didik mengajar temanya.

c. Interaksi Tatap Muka (Face to face Promotive Interaction) 

Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. Inti dari unsur ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

Ciri-ciri interaksi tatap muka adalah sebagai berikut:

  1. Saling membantu secara efektif dan efisien. 
  2. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
  3. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. 
  4. Saling mengingatkan. 
  5. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. 
  6. Saling percaya. 
  7. Saling memotivasi untuk keberhasilan bersama.

d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication) 

Partisipasi dan komunikasi melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran1. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidak-setujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, dan cara menyampaikan gagasan dan ide-ide dianggapnya baik dan berguna.

e. Pemrosesan Kelompok (Group Processing) 

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif 

Menurut Sanjaya (2006), karakteristik pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim, didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerja sama, dan keterampilan bekerja sama. Adapun penjelasan untuk masing-masing karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 

  1. Pembelajaran secara tim. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. 
  2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang akan dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain-lain. 
  3. Kemauan untuk bekerja sama. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pandai membantu yang kurang pandai. 
  4. Keterampilan bekerja sama. Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif 

Menurut Isjoni (2009), terdapat beberapa jenis pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Mencari Pasangan (Make a Match) 

Salah satu keunggulan Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Make a Match dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Sebelum pembelajaran dimulai guru menyediakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. Siswa mendapatkan satu kartu dan harus mencari kartu pasangan dalam batas waktu yang ditentukan guru.

b. Bertukar Pasangan 

Prosedur teknik bertukar pasangan diawali dengan siswa mendapat satu pasangan yang ditunjuk guru. Guru memberikan tugas dan mengerjakannya dengan pasangannya, setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. Kedua pasangan tersebut saling bertukar pasangan. Siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain. Pasangan bisa ditunjuk oleh guru atau berdasarkan Teknik Mencari Pasangan.

c. Berpikir Berpasangan Berempat (Think Pair Share) 

Think Pair Share seperti namanya Thinking, diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran. Selanjutnya, Pairing yaitu guru memberi kesempatan siswa untuk bekerja berpasangan. Hasil diskusi berpasangan dibicarakan dengan pasangan lain, tahap ini disebut Sharing. Memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model ini adalah memberi pastisipasi siswa secara optimal.

d. Berkirim Salam dan Soal 

Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan siswa. Siswa membuat pertanyaan sendiri dan mengerjakan soal yang dibuat oleh temannya. Masing-masing siswa saling mengirimkan salam berupa soal yang telah dibuat sendiri, dan mengerjakan soal yang dibuat oleh teman yang lain.

e. Kepala Bernomor (Numbered Heads) 

Pembelajaran dengan kepala bernomor diawali dengan numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jumlah konsep yang akan dipelajari. Tiap-tiap anggota kelompok diberikan nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya. Guru memberikan materi untuk didiskusikan dalam kelompok. Guru memberi pertanyaan dengan memanggil nomor yang sama pada semua kelompok dan memberikan kesempatan untuk menjawab. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.

f. Kepala Bernomor Terstruktur 

Teknik kepala bernomor terstruktur prosedurnya hampir sama dengan Numbered Heads. Teknik ini dalam pelaksanaannya lebih terstruktur. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jumlah konsep yang akan dipelajari. Tiap-tiap anggota kelompok diberikan nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya. Guru memberikan materi untuk didiskusikan dalam kelompok. Siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompok.

g. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) 

Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok dan pemberian tugas atau permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi selesai, dua anggota kelompok sebagai duta meninggalkan kelompok dan bertamu kepada kelompok lain. Dua anggota yang tidak bertugas sebagai duta, mempunyai kewajiban menerima tamu dari kelompok lain. Selesai menyelesaikan tugas, semua kembali ke kelompoknya masing-masing dan membahas hasil kerja yang telah dilakukan. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

h. Keliling Kelompok 

Teknik keliling kelompok diawali dengan membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil. Guru memberikan permasalahan untuk didiskusikan masing-masing kelompok. Selesai berdiskusi kelompok-kelompok saling berkunjung ke kelompok lain untuk melihat pekerjaan kelompok yang lain. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pengalaman anggota lain.

i. Kancing Gemerincing 

Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing merupakan teknik dimana siswa yang mendapatkan chips atau koin berfungsi sebagai tiket untuk berbagi informasi pada diskusi. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.

j. Keliling Kelas 

Model pembelajaran kooperatif keliling kelas diawali dengan kerja siswa dalam kelompok. Selesai berdiskusi, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja kelompok masing-masing, kemudian semua anggota kelompok lain berkeliling untuk melihat hasil kerja dari semua kelompok yang telah dipamerkan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memamerkan hasil kerja dan melihat hasil kerja orang lain.

k. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside Outside Circle) 

Pembelajaran dengan Inside Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Kelas dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok lingkaran besar (luar) dan lingkaran kecil (dalam). Atur kedua kelompok lingkaran sehingga saling berhadapan. Guru memberikan tugas untuk didiskusikan berpasangan. Selesai berdiskusi, kelompok bergerak berlawanan arah. Setiap pergerakan itu akan membentuk pasangan-pasangan baru dan saling memberi informasi hasil diskusi. Teknik Inside Outside Circle memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.

l. Tari Bambu (Bamboo Dancing) 

Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru dan membagi kelas menjadi dua kelompok besar. Atur dua kelompok dalam posisi berdiri sejajar. Dengan demikian siswa akan berhadapan berpasangan. Guru memberikan tugas untuk didiskusikan berpasangan. Selesai diskusi, atur kembali siswa berjajar berhadapan dan bergeser searah jarum jam. Pergeseran akan berhenti ketika tiap-tiap siswa kembali ke pasangan awal. Model ini merupakan modifikasi dari Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, karena keterbatasan ruang kelas.

m. Jigzaw 

Pembelajaran dengan jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil sesuai dengan jumlah konsep yang ada pada topik. Dalam pembelajaran jigsaw terdapat kelompok ahli yang nantinya akan berkumpul dengan ahli dari kelompok lain dan berdiskusi. Model ini guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar pembelajaran lebih bermakna.

n. Bercerita Berpasangan (Paired Stotytelling) 

Model ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pengajaran. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir berimajinasi sehingga siswa terdorong untuk belajar.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif 

Setiap model pembelajaran bisanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan pembelajaran kooperatif. Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006):

a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif 

  1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 
  2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 
  3. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 
  4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 
  5. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 
  6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. 
  7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). 
  8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif 

  1. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang perlu waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
  2. Ciri utama kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 
  3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 
  4. Keberhasilan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan strategi ini. 
  5. Walaupun kemauan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.

Daftar Pustaka

  • Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
  • Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
  • Hartono. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Pekanbaru: Zanafa Publishing. 
  • Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.
  • Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Isjoni dan Ismail, Mohd. Arif. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Suprijono. 2006. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka belajar.
  • Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pembelajaran Kooperatif - Pengertian, Tujuan, Unsur, Karakteristik dan Jenis. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/12/pembelajaran-kooperatif.html