Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) adalah suatu konsep pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan antara materi pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menghubungkan dan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan mengacu pada masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.
Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan bahwa siswa harus mengetahui implementasi dari pengetahuan yang diperolehnya sehingga pengetahuan tersebut akan bermakna bagi siswa. Pembelajaran kontekstual menjadi suatu metode belajar yang mengaitkan kontekstual sehari-hari pada materi pembelajaran sehingga siswa mampu memaknai pengetahuan/ketrampilan yang dipelajarinya serta secara fleksibel dapat menerapkan dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan yang lainnya.
Contextual Teaching and Learning adalah mengajar dan belajar yang berhubungan dengan isi pelajaran dengan lingkungan. Melalui pembelajaran kontekstual, siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Berikut definisi dan pengertian pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau disingkat CTL dari beberapa sumber buku:
- Menurut Mulyasa (2004), pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
- Menurut Fathurrohman (2012), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri.
- Menurut Sanjaya (2005), pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya pada kehidupan mereka.
- Menurut Johnson (2002), pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungi subjek-subjek akademik yang mereka pelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka, yakni konteks pribadi, sosial, dan budaya.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Fathurrohman (2012), ciri-ciri pembelajaran kontekstual ditandai dengan beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:
- Pembelajaran bermakna. Pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan peserta didik dan mempelajari isi materi pembelajaran.
- Penerapan pengetahuan. Kemampuan peserta didik untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan datang.
- Berpikir tingkat tinggi. Peserta didik diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kreatif dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
- Responsif terhadap budaya. Guru harus memahami dan menghargai nilai kepercayaan, dan kebiasaan peserta didik, teman, pendidik, pendidik dan masyarakat dimana dia mendapatkan pendidikan.
- Penilaian autentik. Penggunaan berbagai penilaian, misalnya penilaian tugas terstruktur, kegiatan peserta didik, penggunaan portofolio dan sebagainya akan merefleksikan hasil besar sesungguhnya.
Sedangkan menurut Kunandar (2007), karakteristik pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
- Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful conections). Artinya, siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (Learning by doing).
- Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Artinya, siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
- Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning). Melakukan kegiatan yang signifikan dengan tujuan, bekerja sama dengan orang lain, berkaitan dengan penentuan pilihan serta terdapat produk atau hasil yang nyata.
- Bekerja sama(collaborating). Artinya, siswa dapat bekerja sama, guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
- Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Artinya, siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan dan menggunakan logika serta bukti-bukti.
- Mengasuh atau memelihara pribadi (nurturing the individual). Artinya, siswa memelihara pribadinya, mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
- Mencapai standar yang tinggi (reaching high standars). Artinya, siswa mengenal dan mencapai standar tinggi, mengidentifikasi tujuan dan memotivasi untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut excellence.
- Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assesment). Penilaian dilaksanakan secara obyektif berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan menggunakan berbagai sistem penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson (2002), prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Prinsip saling ketergantungan
Prinsip saling ketergantungan menuntun pada penciptaan hubungan bukan isolasi. Para pendidik yang bertindak menurut prinsip ini akan mengadopsi praktik CTL dalam menolong siswa membuat hubungan-hubungan untuk menemukan makna. Prinsip saling ketergantungan menekankan pada kerja sama. Dengan bekerja sama siswa akan terbantu untuk menemukan persoalan, memasang rencana, dan mencari pemecahan masalah.
b. Prinsip diferensiasi
Prinsip diferensiasi mengilhami pembelajaran kontekstual yang menghargai keunikan, keragaman, dan kreativitas siswa, proses pembelajaran yang bervariasi, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk belajar sesuai dengan perkembangan intelektualnya.
c. Prinsip pengaturan diri
Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan dengan prinsip ini, CTL memiliki sasaran menolong para siswa mencapai keunggulan akademik, memperoleh ketrampilan karier, dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan pribadinya.
Adapun menurut Muslich (2009), pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip, yang disingkat dengan istilah REACT, yaitu sebagai berikut:
- Relating, adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata, pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari- hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan.
- Experincing, adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inguary.
- Applying, adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.
- Coorperating, adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk ini tidak hanya membantu siswa belajar materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain.
- Transfering, adalah kegiatan belajar dalam bentuk memampatkan pengetahuan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
Asas dan Komponen Pembelajaran Kontekstual
Menurut Trianto (2010), pembelajaran kontekstual terdiri dari tujuh komponen utama, yaitu; konstruktivisme (contruktivisme), menemukan (inquiri), bertanya (question), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modeling), refleksi, penilaian yang sebenarnya (aunthentic asesment). Adapun penjelasan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kontruktivisme (Contruktivisme)
Pembelajaran dikemas menjadi proses mengonstruksikan bukan hanya menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Tugas guru adalah memfasilitasi proses mengonstruksi dengan cara menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan strategi mereka dalam belajar.
b. Menemukan (Inquiri)
Strategi menemukan (Inquiri) merupakan rangkaian kegiatan belajar siswa yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
c. Bertanya (Question)
Dalam pembelajaran, kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, baik administrasi maupun akademik, mengetahui pemahaman siswa, membangkit respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa, membangkit lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Dalam kelas Contextual Teaching and Learning siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan harapan siswa dapat saling berinteraksi dimana siswa yang pandai dapat membantu siswa yang lemah dalam memahami konsep yang dipelajari dan pengetahuan siswa menjadi lebih berkembang.
e. Pemodelan (Modeling)
Guru membuat suatu model sebagai contoh agar siswa dapat meniru, menelusuri dan menggunakan objek yang dijadikan model pembelajaran kontekstual. Misalnya guru membuat beberapa contoh soal penyelesaiannya sehingga siswa dapat menirunya, atau guru membuat alat peraga untuk dimanipulasi oleh siswa.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, merenungkan apa yang telah dilakukan dan mengevaluasinya. Refleksi juga dapat dikatakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dengan demikian, pada pelaksanaannya dapat berupa catatan siswa, meneliti dan memeriksa hasil pekerjaan siswa, memperbaiki kesalahan dan mencari alternatif cara belajar yang lebih baik jurnal dan lain sebagainya.
g. Penilaian yang Sebenarnya (Aunthentic Asesment)
Assesmen adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Daftar Pustaka
- Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Fathurrohman, Muhammad. 2012. Belajar dan Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta: Teras.
- Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Media Group.
- Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching & Learning, What it is and why it's here to stay. California: Corwin Press.
- Kunandar. 2007. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
- Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.