Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Metode Pembelajaran Drill

Metode pembelajaran drill adalah suatu cara atau teknik mengajar dengan memberikan kegiatan latihan secara berulang-ulang agar memiliki kemampuan yang lebih tinggi serta memahami kebiasaan-kebiasaan tertentu dengan tujuan menyempurnakan pemahaman suatu pengetahuan atau keterampilan yang sedang dipelajari.

Metode Pembelajaran Drill

Istilah Drill berasal dari bahasa Inggris yang artinya latihan berulang-ulang baik yang bersifat trial and error ataupun melalui prosedur rutin tertentu. Metode drill adalah melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

Metode drill merupakan sebuah metode yang mengutamakan latihan yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan tertentu terhadap pengetahuan yang telah dipelajari. Melalui metode drill diharapkan siswa mampu mengembangkan kemahiran, keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan.

Pengertian Pembelajaran Drill 

Berikut definisi dan pengertian metode pembelajaran drill dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Mufarokah (2009), pembelajaran drill adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan lebih tinggi ataupun untuk meramalkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. 
  • Menurut Aqib dan Murtadlo (2016), pembelajaran drill adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan atau cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. 
  • Menurut Roestiyah (2008), pembelajaran drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
  • Menurut Suwarna (2006), pembelajaran drill adalah cara mengajar dengan memberikan latihan berulang-ulang mengenai apa yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu. 
  • Menurut Sudjana (2011), pembelajaran drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.

Tujuan Metode Drill 

Metode drill bertujuan untuk melatih kecakapan-kecakapan motorik dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat. Selain itu metode Drill berfungsi untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang telah merupakan kenyataan serta usaha untuk memperoleh ketangkasan, ketetapan dan keterampilan latihan tentang sesuatu yang di pelajari.

Menurut Roestiyah (2008), pembelajaran dengan metode drill dilakukan dengan tujuan antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda, melaksanakan gerak dalam olahraga.
  2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalihkan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongkak, mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya. 
  3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat banyak hujan-banjir, antara tanda huruf dan bunyi-ng-ny dan sebagainya, penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.

Prinsip-Prinsip Metode Drill 

Pelaksanaan metode drill bukan berarti pengulangan yang persis sama dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya oleh siswa, akan tetapi terjadinya suatu proses belajar dengan latihan pertama, maka latihan kedua, ketiga dan seterusnya akan lain sifatnya.

Menurut Aqib dan Murtadlo (2016), agar metode drill dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditentukan, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Waktu yang digunakan dalam metode drill cukup tersedia. 
  2. Metode drill hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan peserta didik. 
  3. Metode drill memiliki daya tarik dan merangsang peserta didik untuk belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh. 
  4. Dalam latihan tersebut pertama diutamakan ketepatan kemudian kecepatan. 
  5. Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial. 
  6. Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu peserta didik. 
  7. Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan. 
  8. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dari pihak guru.

Sedangkan menurut Sumiati dan Asra (2011), terdapat beberapa prinsip yang perlu diketahui oleh guru, sebelum melaksanakan metode drill dalam proses pembelajaran, yaitu: 

  1. Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis, sesuatu yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak refleks saja, seperti: menghafal, menghitung, lari dan sebagainya. 
  2. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan. Sehingga mampu menyadarkan siswa akan kegunaan bagi kehidupannya saat sekarang ataupun di masa yang akan datang. 
  3. Guru perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat, kemudian diperhatikan kecepatan; agar siswa dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan; juga perlu diperhatikan pula apakah respons siswa telah dilakukan dengan tepat dan cepat. 
  4. Guru memperhitungkan waktu atau masa latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan pada kesempatan yang lain. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimisme pada siswa dan kemungkinan rasa gembira itu bisa menghasilkan ketrampilan yang baik. 
  5. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses yang esensial atau yang pokok atau inti sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah atau tidak perlu kurang diperlukan.
  6. Guru perlu memperhatikan perbedaan individual siswa. Sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing tersalurkan atau dikembangkan. Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengawasi dan memperhatikan latihan perseorangan.

Langkah-langkah Metode Drill 

Menurut Roestiyah (2008), langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan metode drill adalah sebagai berikut: 

  1. Latihan yang dilakukan hanya untuk pelajaran atau tindakan yang di lakukan secara otomatis oleh peserta didik tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat di lakukan dengan cepat seperti, menghafal, menghitung dan sebagainya. 
  2. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah dapat menanamkan pengertian, pemahaman, makna dan tujuan sebelum mereka melakukan. 
  3. Di dalam latihan pendahuluan guru harus lebih menekankan pada diagnosa, karena latihan permulaan belum bisa mengharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sempurna. 
  4. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat dan di perhatikan pula apakah respons siswa telah di lakukan secara tepat dan cepat. 
  5. Guru memperhitungkan waktu/masa latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan pada kesempatan yang lain.
  6. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses yang esensial/yang pokok atau inti sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah/tidak perlu kurang diperhatikan.
  7. Guru perlu memperhatikan perbedaan individu siswa sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing tersalurkan. Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengawasi dan memperhatikan latihan perseorangan.

Adapun menurut Tambak (2014), tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan metode drill adalah sebagai berikut: 

  1. Asosiasi, guru memberikan gambaran antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik tersebut.
  2. Menyampaikan tujuan yang hendak dicapai.
  3. Memotivasi peserta didik, hal ini menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran, karena dari sinilah awal pembelajaran dapat diikuti oleh peserta didik yang kemudian nantinya berdampak pada penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diajarkan. 
  4. Melakukan latihan dengan pengulangan secara bertahap. Latihan hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana kemudian ke taraf yang lebih kompleks atau sulit.
  5. Aplikasi, setelah peserta didik mampu memahami bahan pembelajaran dengan baik melalui proses pengulangan dalam latihan tersebut, maka tahap selanjutnya adalah mereka mampu mengaplikasikannya dalam realitas.
  6. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada materi. 
  7. Tindak lanjut dalam penggunaan metode drill sangat penting, karena metode ini menekankan pada keterampilan.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Drill 

Setiap metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan metode drill. Menurut Djamarah dan Zain (2010), kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan metode drill adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan metode drill adalah:

  1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat dan terampil menggunakan alat-alat olahraga. 
  2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan tanda-tanda (simbol). 
  3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti hubungan huruf-huruf ejaan, penggunaan simbol dan membaca peta. 
  4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketetapan serta kecepatan pelaksanaan. 
  5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan metode drill adalah: 

  1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian. 
  2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. 
  3. Kadang-kadang latihan dilakukan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
  4. Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang kaku karena bersifat otomatis. 
  5. Dapat menimbulkan verbalisme.

Daftar Pustaka

  • Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras.
  • Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Aqib, Zainal dan Murtadlo, Ali. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
  • Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Suwarna, dkk. 2006. Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.
  • Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
  • Tambak, Syahraini. 2014. 6 Metode Komunikatif Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Sumiati dan Asra. 2011. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
  • Djamarah, S.B., dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Metode Pembelajaran Drill. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/03/metode-pembelajaran-drill.html