Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Model pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen, kemudian setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan menyampaikan kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikenalkan dan dikembangkan oleh Elliot Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp dari Universitas Texas dan diadopsi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas Hopkins. Istilah Jigsaw diambil dari bahasa Inggris yang artinya sebuah gergaji ukir. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Metode Jigsaw menggabungkan konsep pengajaran pada teman kelompok atau teman sebaya dalam usaha membantu belajar. Tujuan dari model pembelajaran jigsaw adalah meningkatkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh peserta didik apabila peserta didik mempelajari materi secara individu. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain.

Pengertian Metode Jigsaw 

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran Jigsaw dari beberapa sumber buku:

  • Menurut Rusman (2011), metode jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam peserta didik dan peserta didik tersebut bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. 
  • Menurut Kuntjojo (2010), metode jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. 
  • Menurut Sudrajat (2010), metode jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. 
  • Menurut Lie (2005), metode jigsaw adalah bentuk pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan positif serta bertanggungjawab secara mandiri. Setiap anggota kelompok akan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikannya kepada anggota kelompok yang lainnya.

Unsur-unsur Metode Jigsaw 

Menurut Lie (2005), unsur-unsur atau aspek-aspek yang dimiliki model pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence) 

Ketergantungan positif ini bukan berarti siswa bergantung secara menyeluruh kepada siswa lain. Jika siswa mengandalkan teman lain tanpa dirinya memberi ataupun menjadi tempat bergantung bagi sesamanya, hal itu tidak bisa dinamakan ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau sumber belajar, peran dan hadiah.

b. Akuntabilitas individual (individual accountability) 

Model jigsaw menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam model jigsaw, peserta didik harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing anggota.

c. Tatap muka (face to face interaction) 

Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman. Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru.

d. Ketrampilan Sosial (Social Skill) 

Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai keterampilan sosial yakni kepemimpinan (leadership), membuat keputusan (decision making), membangun kepercayaan (trust building), kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan manajemen konflik (management conflict skill). Ketrampilan sosial lain seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

e. Proses Kelompok (Group Processing) 

Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang harus diubah atau dipertahankan.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Jigsaw 

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli yang beranggotakan peserta didik yang kemampuan, asal, dan latar belakang yang beragam. Kelompok ahli merupakan kelompok yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Ilustrasi pembagian kelompok pada metode Jigsaw dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pembagian Kelompok Metode Jigsaw

Menurut Wena (2009), langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

  1. Pembentukan kelompok asal. Kelompok asal terdiri dari empat sampai enam siswa dengan kemampuan yang heterogen. Tiap siswa dalam satu kelompok diberi bagian materi yang berbeda.
  2. Pembelajaran pada kelompok asal. Anggota dari kelompok asal mempelajari bagian atau sub materi yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individu.
  3. Pembentukan kelompok ahli. Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu sub-materi pelajaran. Kemudian masing-masing ahli sub-materi yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
  4. Diskusi kelompok ahli. Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut sub-materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. 
  5. Diskusi kelompok asal. Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai sub-materi pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran. 
  6. Diskusi kelas. Guru memandu diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa. 
  7. Pemberian kuis. Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok dan kemudian dibagi menurut jumlah kelompok. 
  8. Pemberian penghargaan kelompok. Kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai. Skor ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw 

Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing begitu juga dengan model pembelajaran tipe Jigsaw. Menurut Usman (2002), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan Metode Jigsaw 

Kelebihan atau keunggulan metode Jigsaw antara lain yaitu: 

  1. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar secara individu.
  2. Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat dibandingkan pendapat perorangan. 
  3. Kerja sama yang dilakukan oleh peserta didik dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama dan rasa memiliki (sense belonging) dan menghilangkan egoisme.

b. Kekurangan Metode Jigsaw 

Kekurangan atau kelemahan metode Jigsaw antara lain yaitu:

  1. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang lebih rumit daripada metode lain sehingga memerlukan dedikasi yang lebih tinggi dari pihak pendidik. 
  2. Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan dan tugas akan lebih buruk. 
  3. Peserta didik yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi anggota lainnya.

Daftar Pustaka

  • Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Kuntjojo. 2010. Model-Model Pembelajaran. Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.
  • Sudrajat, Ahmad. 2010. Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Online: akhmadsudrajat.wordpress.com.
  • Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.  Jakarta: Gramedia.
  • Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Usman, Basirudin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Model Pembelajaran Tipe Jigsaw. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/03/model-pembelajaran-tipe-jigsaw.html