Interaksi Sosial - Syarat, Latar Belakang Penyebab dan Tahapan
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dimanis antara individu atau kelompok berupa penyampaian pernyataan, keyakinan, sikap atau reaksi emosional, dimana kelakuan tersebut dapat dapat mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Interaksi sosial merupakan suatu proses hubungan yang dinamis dan saling pengaruh-mempengaruhi antar manusia. Interaksi sosial terjadi ketika dua orang saling bertemu, saling berinteraksi dan berkomunikasi. Pada saat interaksi sosial akan terjadi hubungan timbal balik antara dua orang individu atau lebih yang mana individu tersebut akan mempengaruhi individu lain dengan tujuan untuk penyesuaian diri.
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Pergaulan hidup terjadi apabila orang atau kelompok manusia bekerja sama. Saling bicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi sosial dapat berbentuk kerja sama, persaingan maupun pertikaian, yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Pengertian Interaksi Sosial
Berikut definisi dan pengertian interaksi sosial dari beberapa sumber buku:
- Menurut Ahmadi (2002), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
- Menurut Soekanto (2012), interaksi sosial adalah hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, ataupun antara orang dengan kelompok manusia.
- Menurut Walgito (2003), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lain nya sehingga terjadi hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
- Menurut Setiadi dan Kolip (2011), interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok atau antar kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan maupun pertikaian, yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
- Menurut Santoso (2010), interaksi sosial adalah suatu proses penyampaian pernyataan, keyakinan, sikap, reaksi emosional, dan kesadaran lain dari sesamanya di antara kehidupan yang ada.
Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Bungin (2009), interaksi sosial adalah hubungan antar individu yang baru akan terjadi jika telah melakukan kontak sosial dan komunikasi. Adapun syarat-syarat terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut:
a. Kontak sosial
Kontak sosial merupakan awal terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain dan masing-masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain. Kontak sosial dapat dibagi menjadi dalam dua bentuk, yaitu:
- Kontak sosial primer. Kontak sosial primer merupakan kontak atau hubungan yang dilakukan oleh seseorang pada orang lain atau kelompok yang mana hubungan tersebut dilakukan secara langsung dalam suatu tempat dan waktu yang sama.
- Kontak sosial sekunder. Kontak sosial merupakan kontak yang terjadi antara dua orang atau lebih namun pihak yang melakukan interaksi tidak saling berkontak fisik. Seperti berkomunikasi lewat telefon, radio, televisi, surat, dan lain-lain.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor penentu dalam pembentukan interaksi sosial. Tanpa komunikasi interaksi sosial belum bisa terjadi. Komunikasi merupakan pertukaran pesan baik verbal maupun non verbal antara si pengirim dan penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Komunikasi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
- Komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata yang digunakan secara oral atau lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dapat kita maknakan dengan mudah yakni dengan memahami maksud dari bahasa dan ucapan yang disampaikan.
- Komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal memiliki peran penting dalam komunikasi karena apa yang kita perlihatkan lebih penting daripada apa yang kita ucapkan. Komunikasi non verbal merupakan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata. Komunikasi non verbal lebih jujur dibandingkan komunikasi yang disampaikan secara verbal. Komunikasi non verbal juga terjadi dalam berinteraksi sosial seperti nada suara, gerakan tubuh dan lain-lain.
Latar Belakang Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Santoso (2010), latar belakang terjadinya interaksi sosial dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor dari luar individu dan faktor dari dalam individu. Adapun penjelasan dari masing-masing latar belakang terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut:
a. Faktor Eksternal
Interaksi sosial dapat dilatar belakangi oleh beberapa hal dari luar individu, antara lain yaitu:
- Wilayah (Territory). Kehidupan binatang maupun manusia memiliki wilayah sebagai tempat tinggal sekaligus tempat untuk hidup berkelompok dengan sesamanya untuk memenuhi hidup sebagai makhluk sosial.
- Penyerangan (Agression). Kehidupan manusia maupun binatang tidak tidak luput oleh penyerangan sehingga hal ini memaksa untuk hidup dan selalu berinteraksi secara kelompok.
- Tingkah laku jenis kelamin (Sex behavior). Binatang dan manusia mempunyai sifat untuk memperhatikan lawan jenis, dan hal ini mendorong untuk mencari pasangan melalui proses interaksi sosial guna mempertahankan jenisnya.
- Perlindungan (Affiliation). Penyerangan yang dialami binatang maupun manusia menyebabkan untuk mencari perlindungan pada yang lebih kuat. Melalui proses interaksi dapat memudahkan untuk memperoleh perlindungan dari pihak lain.
- Tingkah laku kelompok (Group behavior). Sering kali sekawanan binatang terlihat hidup berkelompok dan binatang-binatang itu juga berbuat untuk melindungi kelompoknya. Manusia tidak lepas dari tingkah laku kelompok ini dengan bukti setiap individu mempunyai tingkah laku seperti tingkah laku individu lain yang berkelompok dan bersedia pula membela kelompoknya terhadap ancaman dari luar.
b. Faktor Internal
Selain faktor eksternal seperti yang dijelaskan di atas, interaksi sosial juga dapat dilatar belakangi oleh beberapa hal dari dalam diri individu, seperti:
- Lapar dan haus (Hunger and thirst). Keadaan lapar dan haus mendorong manusia untuk bertingkah laku sosial dalam upaya memenuhi keadaan tersebut. Upaya pemenuhan tersebut dilakukan sendiri oleh individu, tetapi pemenuhan ini sering kali memaksa individu menjalin interaksi dengan individu lain.
- Tingkah laku jenis kelamin (Sex behavior). Sebagaimana kodrat manusia, maka sejak lahir manusia telah memiliki jenis kelamin tertentu yakni laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini, menyebabkan manusia melakukan hubungan/interaksi sosial antar sesamanya guna memenuhi tugas manusia untuk mempertahankan jenis.
- Penyerangan (Agression). Kehidupan manusia tidak lepas dari ancaman pihak lain sehingga manusia berinteraksi sosial antar sesamanya. Hasil interaksi sosial dalam upaya mengatasi penyerangan ini dapat berupa pemberian bantuan, kerja sama, dan kehidupan berkelompok.
- Ketergantungan (Dependency). Ketergantungan yang ada pada manusia telah terlihat sejak manusia lahir dan ketergantungan ini masih tampak pada kehidupan manusia dewasa. Ketergantungan ini memaksa manusia untuk menjalin interaksi sosial dengan individu lain yang dianggap dapat membantu memenuhi tuntutan kehidupan individu yang bersangkutan.
- Kekuasaan (Dominance). Kekuasaan ini dialami oleh manusia sejak ia lahir dimana ia dikuasai oleh orang tuanya. Selanjutnya setelah manusia dewasa, ia mempunyai kekuasaan terhadap anak-anaknya, bahkan pada manusia lain. Kekuasaan ini hanya dapat terwujud bila manusia menjalin interaksi sosial dengan manusia lain.
Tahapan Interaksi Sosial
Menurut Sunarto (2004), tahapan-tahapan dalam proses interaksi sosial adalah sebagai berikut:
- Tahap penjajakan dimulai dari menjajaki proses yang terjadi di lingkungan baru. Dimulai dari tegur sapa yang diikuti dengan obrolan kecil, misalnya menanyakan nama, tempat tinggal, jurusan, dan lain-lain. Selanjutnya hasil penjajakan ini dijadikan landasan untuk memutuskan apakah hubungan akan dilanjutkan dan ditingkatkan.
- Tahap memulai terjadi setelah lingkungan sosial baru dijajaki oleh seseorang, maka hasil dari penjajakan tersebut dijadikan sebagai landasan untuk memutuskan apakah hubungan akan dilanjutkan dan ditingkatkan atau tidak.
- Tahap peningkatan merupakan peningkatan hubungan dilakukan jika hubungan yang terjadi dianggap cocok. Peningkatan hubungan terjadi secara hati-hati dan bertahap. Secara bertahap terjadi peningkatan komunikasi pribadi dan komunikasi non verbal. Selanjutnya kebersamaan dalam tindakan pun terus meningkat.
- Tahap penyatu paduan merupakan suatu tahap antara yang menjembatani peningkatan hubungan dan pertalian. Pada tahap ini masing-masing pihak mulai merasakan dirinya sebagai bagian dari suatu kesatuan, dan pihak luar mulai memperlakukan individu sebagai suatu kesatuan.
- Tahap pertalian merupakan tahap akhir dalam proses interaksi yang mempersatukan, ditandai dengan diresmikannya pertalian yang terjalin. Peresmian yang mencerminkan dukungan masyarakat terhadap hubungan yang menjadikan satu individu terikat dengan individu lain dengan berbagai kesepakatan. Sehingga setiap anggota sulit untuk memutuskan hubungan dengan anggota kelompoknya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Menurut Mahmudah (2010), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses interaksi sosial yang terjadi pada individu dan kelompok antara lain yaitu:
a. Faktor Imitasi
Imitasi adalah proses meniru tingkah laku orang lain yang berada di sekitarnya. Imitasi banyak dipengaruhi oleh jangkauan indranya, yaitu sebatas yang dilihat, didengar dan dirasakan. Seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. Pendapat ini dalam realitasnya banyak yang mengatakan tidak seimbang atau berat sebelah. Hal ini tidak lain karena tidak semua interaksi sosial tidak semua interaksi disebabkan oleh faktor ini.
Akibat dari proses imitasi dapat bersifat positif dan negatif. Akibat proses imitasi yang positif adalah dapat diperoleh kecakapan dengan segera dan dapat diperoleh tingkah laku yang seragam. Adapun akibat proses imitasi yang negatif karena mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar dan kadang-kadang orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis.
Terdapat dua jenis imitasi, yaitu:
- Peniruan tanpa sengaja (non deliberate imitation), yaitu suatu proses peniruan yang berlangsung tanpa sengaja, dimana individu tidak mengetahui maksud/tujuan dari peniruan tersebut.
- Peniruan yang disengaja (deliberate imitation), yaitu suatu proses peniruan yang berlangsung secara sengaja dimana individu mengetahui maksud/tujuan dari peniruan tersebut.
b. Faktor Sugesti
Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain, pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Sugesti merupakan sebuah proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Sugesti dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri, dan 2) hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Dalam kehidupan sosial, peranan hetero-sugesti lebih dominan dibanding peranan auto-sugesti. Baik auto-sugesti maupun hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting.
c. Faktor Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Proses identifikasi ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian irasional, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.
d. Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi, bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya.
Perbedaan dengan faktor identifikasi, pada faktor simpati dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak, mencontoh, dan ingin belajar. Sedangkan pada simpati, dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan ingin kerja sama. Dengan demikian simpati hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian.
Daftar Pustaka
- Ahmadi, A. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
- Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
- Setiadi, E.M., dan Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.
- Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
- Santoso. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
- Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
- Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
- Mahmudah, Siti. 2010. Psikologi Sosial. Malang: UIN-MALIKI PRESS.