Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bimbingan Karier (Pengertian, Tujuan, Prinsip, dan Bentuk Pelaksanaan)

Bimbingan karier adalah suatu bentuk atau proses pelayanan bantuan terhadap individu atau seseorang dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, seperti gambaran tentang dunia kerja, pemilihan jabatan, kemampuan dan pengembangan pekerjaan, dan norma-norma yang berlaku di lingkungan pekerjaan. Bimbingan karier diberikan agar seseorang mampu menentukan dan mengambil keputusan dalam memasukkan lapangan pekerjaan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil sehingga mampu mewujudkan diri secara bermakna.

Bimbingan Karier (Pengertian, Tujuan, Prinsip, dan Bentuk Pelaksanaan)

Bimbingan karier merupakan suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematis, proses, teknik, atau layanan yang dimaksud untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang serta mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya.

Bimbingan karier adalah bentuk bimbingan yang digunakan untuk membantu individu dalam perencanaan dan penyelesaian masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan pekerjaan, penyesuaian pekerjaan dan penyelesaian masalah-masalah karier yang akan dihadapi ke depan. Agar seseorang dapat bekerja dengan baik, senang dan tekun, diperlukan adanya kesesuaian tuntutan dari pekerjaan atau jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Untuk mengarahkan seseorang ke hal tersebut, diperlukan suatu bimbingan karier untuk mengarahkannya.

Pengertian Bimbingan Karier 

Berikut definisi dan pengertian bimbingan karier dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Walgito (2010), bimbingan karier adalah bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
  • Menurut Hartono (2016), bimbingan karier adalah proses membantu konseli dalam hal memahami dirinya, memahami lingkungannya khususnya lingkungan berupa dunia kerja, menentukan pilihan kerja dan akhirnya membantunya menyusun rencana untuk mewujudkan keputusan yang diambilnya.
  • Menurut Hana (1978), bimbingan karier adalah suatu proses per bantuan terhadap individu untuk menumbuhkan dan menerima gambaran tentang dirinya secara keseluruhan dan cocok baginya dalam lapangan pekerjaan, di samping menolongnya untuk mengalami gambaran tersebut dalam alam nyata. 
  • Menurut Salahudin (2010), bimbingan karier adalah pelayanan bantuan untuk pegawai, baik secara perseorangan maupun kelompok agar pegawai mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan bekerja, pengembangan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. 
  • Menurut Rahmad (2015), bimbingan karier adalah suatu proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran diri tersebut dengan dunia kerja di luar dirinya itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang pekerjaan, memasukinya dan membina karier dalam bidang tersebut.

Tujuan dan Fungsi Bimbingan Karier 

Bimbingan karier merupakan suatu proses yang diharapkan mampu menciptakan sikap kemandirian seseorang dalam merencanakan dan menentukan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan diri dan kemampuannya agar tidak adanya kendala-kendala di dunia kerja. Menurut Salahudin (2010), tujuan bimbingan karier antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan minat, bakat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan. 
  2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan kompetensi kerja. 
  3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asalkan bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama. 
  4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau ketrampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya di masa depan.
  5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosio-psikologis pekerjaan, prospek kerja, kesejahteraan kerja. 
  6. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 
  7. Mengenal ketrampilan, minat dan bakat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh minat dan bakat yang dimiliki.
  8. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier. 
  9. Memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang harmonis, dinamis, yang berkeadilan dan bermartabat.

Adapun menurut Walgito (2010), tujuan dari bimbingan karier adalah sebagai berikut: 

  1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita-citanya. 
  2. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat.
  3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu, memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depannya.
  4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
  5. Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karier dan kehidupannya yang serasi, yang sesuai.

Tujuan lain dari bimbingan karier adalah untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo (1998), bimbingan karier memiliki empat tujuan utama, yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan Masyarakat (Societal Objective) 

Untuk bertanggung jawab secara sosial, dalam hal kebutuhan dan tantangan-tantangan yang timbul dari masyarakat. Suatu organisasi yang berada di tengah-tengah masyarakat diharapkan membawa manfaat. Suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusianya agar tidak mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat.

b. Tujuan Organisasi 

Untuk mengenal bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada (exist), dan perlu memberikan kontribusi terhadap pendayagunaan organisasi secara keseluruhan. Bimbingan karier bukanlah suatu tujuan dan akhir suatu proses, melainkan suatu perangkat atau alat untuk membantu tercapainya suatu tujuan organisasi secara keseluruhan.

c. Tujuan Fungsi (Functional Objective) 

Untuk memelihara (maintenance) kontribusi bagian-bagian lain agar mereka (karyawan dalam tiap bagian) melaksanakan tugasnya secara optimal. Dengan kata lain setiap karyawan dalam organisasi itu menjalankan fungsinya dengan baik.

d. Tujuan Personel (Personnel Objective) 

Untuk membantu pegawai dalam mencapai tujuan-tujuan pribadinya, dalam rangka pencapaian tujuan organisasinya. Tujuan-tujuan pribadi karyawan seharusnya dipenuhi, dan ini sudah merupakan motivasi dan pemeliharaan terhadap karyawan tersebut.

Prinsip Bimbingan Karier 

Menurut Sukardi (1993), prinsip-prinsip dalam pelaksanaan bimbingan karier adalah sebagai berikut:

  1. Pekerjaan itu dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan. 
  2. Pemilihan jabatan bermula ketika kita pertama kali sadar bahwa suatu pekerjaan dapat menolong memenuhi kebutuhan kita. 
  3. Informasi mengenai diri sendiri berpengaruh terhadap pemilihan jabatan karena informasi itu membantu kita menyadari apa yang kita inginkan dan membantu di dalam antisipasi apakah kita kan berhasil.
  4. Informasi mengenai jabatan akan membantu dalam pemilihan jabatan karena informasi tersebut membantu kita dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kita. 
  5. Kebutuhan-kebutuhan dapat dialami secara jelas atau hanya dirasakan secara samar-samar yang keduanya ini berpengaruh di dalam pemilihan jabatan.
  6. Pemilihan jabatan selalu dapat berubah apabila kita yakin bahwa perubahan itu akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.
  7. Setiap individu masing-masing memiliki kecakapan untuk sejumlah pekerjaan.
  8. Setiap jabatan memerlukan pola khas daripada kemampuannya, minat dan sifat kepribadian. 
  9. Membuat pilihan dan penyesuaian jabatan merupakan suatu proses yang kontinu. 
  10. Proses pilihan dan pengembangan vokasional mengikuti lima tahap, meliputi pertumbuhan, eksplorasi, pembentukan, pembinaan dan kemunduran. 
  11. Hakikat pola karier seseorang ditentukan oleh tingkat sosial ekonomi orang tuanya, kemampuan mental, ciri-ciri kepribadiannya, dan oleh kesempatan yang terbuka bagi dirinya.
  12. Proses perkembangan vokasional pada hakikatnya merupakan pengembangan dan implementasi konsep. 
  13. Kepuasan kerja dan kepuasan hidup tergantung kepada seberapa jauh orang menyalurkan kemampuan-kemampuannya, minatnya, sifat-sifat pribadi dan nilai-nilai pribadi secara memadai. 
  14. Memilih suatu jabatan adalah merupakan pernyataan kepribadian seseorang. 
  15. Inventory minat merupakan ekspresi kepribadian. 
  16. Kepuasan, kemantapan dan hasil kerja tergantung atas kongruensi antara kepribadian seseorang dengan lingkungan dimana dia bekerja.

Adapun menurut Tohirin (2007), dalam penyelenggaraan layanan bimbingan karier, perlu memperhatikan prinsip-prinsip yaitu sebagai berikut: 

  1. Bimbingan karier merupakan suatu proses berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup seseorang, tidak merupakan peristiwa yang terpilih satu sama lain. Dengan demikian bimbingan karier merupakan rangkaian perjalanan hidup seseorang yang terkait dengan keseluruhan aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalaninya. 
  2. Bimbingan karier diperuntukkan bagi semua individu tanpa kecuali. Namun dalam praktiknya prioritas layanan dapat diberikan terutama bagi mereka yang sangat memerlukan pelayanan. Skala prioritas diberikan dengan mempertimbangkan berat-ringannya masalah dan penting tidaknya masalah untuk segera dipecahkan. Oleh karena layanan bimbingan karier diperuntukkan bagi semua siswa, maka pemberian layanan bimbingan karier sebaiknya lebih bersifat preventif development.
  3. Bimbingan karier merupakan bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian ciri-ciri perkembangan pada fase tertentu hendaknya menjadi dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan bimbingan karier. 
  4. Bimbingan karier berdasarkan pada kemampuan individu untuk menentukan pilihannya. Setiap individu memiliki hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan, tetapi harus bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari pilihan/keputusannya itu. Ini berarti bahwa bimbingan karier tidak sekedar memperhatikan hak individu untuk menentukan dan memutuskan pilihan sendiri, tetapi juga membantu individu untuk mengembangkan cara-cara pemenuhan pilihan/putusan itu secara bertanggung jawab.
  5. Pemilihan dan penyesuaian karier dimulai dengan pengetahuan tentang diri. Hal ini mengandung arti bahwa individu perlu memahami terlebih dahulu kemampuan yang ada dalam dirinya, seperti bakat, minat, nilai-nilai, kebutuhan, hasil kerja/prestasi belajar dan kepribadiannya. 
  6. Bimbingan karier membantu individu untuk memahami dunia kerja dan sejumlah pekerjaan yang ada di masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.

Teori-teori Bimbingan Karier 

Menurut Hartono (2016), terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai pelaksanaan bimbingan karier, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Teori Psiko Dinamik 

Teori ini membahas tentang hubungan antara pengalaman, dengan sikap, kemampuan, minat dan faktor kepribadian lainnya yang ada pengaruhnya terhadap pemilihan pekerjaan atau jabatan seseorang. Pantulan pengalaman yang lalu dalam pemilihan kerja karena akan mengembangkan sikap dasar, minat dan kapasitas yang akan terlihat pada pola kehidupan anak pada masa dewasa nantinya dalam hubungan dengan pribadi, reaksi emosinya, aktivitasnya dan pilihan di lapangan pekerjaan.

b. Teori Behavioral 

Seseorang memilih dan masuki suatu pekerjaan tertentu akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini akan dipengaruhi oleh faktor penunjang dan penghambat yang ada. Pengalaman sosial, interaksi dengan orang lain, bakat, minat, aspirasi orang tua, hal yang mempengaruhi keputusan dalam pemilihan pekerjaan.

c. Teori Halland 

Teori ini menganggap bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Dengan model orientasi yang berbeda-beda, maka hal inilah yang menyebabkan mengapa setiap orang mempunyai corak hidup yang berbeda-beda.

d. Teori Transcendental 

Konsep ini menjelaskan perkembangan jabatan berhubungan dengan kematangan bekerja dan pentingnya konsep diri, pola kemampuan pekerjaan, kontinuitas penyesuaian tingkatan kehidupan, kemampuan bekerja, perbedaan individu, status dan peranan kepuasan terhadap pekerjaan dan tugas.

e. Teori Developmental Career Counseling 

Memilih pekerjaan dan karier harus dipandang dari bagian perkembangan, pekerjaan dan proses pengambilan keputusan. Terdapat dua periode yakni periode antisipasi dan periode implementasi atau penyesuaian keputusan yang saling tergantung satu sama lain. Perkembangan pekerjaan identik dengan perkembangan diri yang ditinjau menurut pilihan, pemasukan dan kemajuan yang dicapai di dalam proses pendidikan dan pekerjaan yang ditempuh.

Bentuk Pelaksanaan Bimbingan Karier 

Terdapat beberapa bentuk pelaksanaan bimbingan karier yang dilakukan di sekolah, antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Ceramah dari narasumber. Kegiatan ini, dilakukan dapat bersumber dari pembimbing, konselor, guru, maupun dari narasumber dari pihak dunia kerja dalam rangka memberikan informasi yang lebih banyak tentang pekerjaan, jabatan dan karier yang akan membantu siswa dalam pemilihan karier.
  2. Diskusi kelompok. Kegiatan ini bercirikan satu keterkaitan pokok masalah/pertanyaan dalam hal perencanaan karier, pekerjaan, karier, dimana para siswa berusaha untuk memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari dan mempertimbangkan pendapat para siswa yang lain dalam sebuah dinamika kelompok.
  3. Pengajaran unit. Pengajaran unit dilaksanakan melalui kerja sama antara pembimbing dan guru bidang studi untuk membantu siswa memperoleh pemahaman tentang pekerjaan, jabatan, dan karier yang akan membantu siswa dalam pemilihan karier.
  4. Sosiodrama. Pembimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendramatisasi sikap, tingkah laku/penghayatan seseorang dalam sebuah dinamika drama, seperti yang dilakukannya dalam reaksi sosial sehari-hari di masyarakat sehubungan dengan masalah pekerjaan dan karier.
  5. Karyawisata karier yang diprogramkan oleh sekolah. Pihak sekolah mengadakan wisata untuk membantu siswa belajar dan bekerja pada situasi baru yang menyenangkan, agar siswa mampu merasakan pengalaman bekerja yang sesungguhnya.
  6. Informasi melalui kegiatan kurikuler secara instruksional. Pemberian informasi tentang pekerjaan, jabatan, karier dengan cara mengaitkan dengan mata pelajaran/kegiatan belajar mengajar oleh semua guru mata pelajaran.
  7. Hari karier (Career Days). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu yang berkaitan dengan pengembangan karier. Pada hari tersebut kegiatan bimbingan karier dilaksanakan berdasarkan program bimbingan karier yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Daftar Pustaka

  • Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan & Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta: Andi Offset.
  • Hartono. 2016. Bimbingan Karier. Jakarta: Prenadamedia Group.
  • Hana. 1978. Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan I. Jakarta: Bulan Bintang.
  • Rahmad. 2013. Bimbingan Karir Suatu Kajian Teoritis. Pekanbaru: Riau Creative Multimedia.
  • Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
  • Notoatmodjo, Soekidjo. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Psikologi Pemilihan Karir. Jakarta: Rineka Cipta. 
  • Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Bimbingan Karier (Pengertian, Tujuan, Prinsip, dan Bentuk Pelaksanaan). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/05/blog-post_18.html