Dinamika Psikologis (Pengertian, Komponen, Aspek, dan Indikator)
Dinamika psikologis adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu, mencakup sikap, persepsi, emosi dan perilaku yang mempengaruhi mental atau psikisnya dalam menyesuaikan diri dengan keadaan dan perubahan, serta menghadapi dan menyelesaikan konflik sehari-hari dalam pikiran, perasaan maupun perbuatan.
Dinamika psikologis merupakan gambaran perubahan kondisi psikologis seseorang sebelum dan sesudah yang dapat dilihat dari tingkah lakunya. Manusia berperilaku selalu mengalami aspek-aspek psikologis yaitu kognitif, emosi dan sosial. Sebab kepribadian manusia berdasarkan pada apa yang telah dipikirkan, dirasakan dan diperbuat dalam kehidupan sehari-harinya.
Pengertian Dinamika Psikologis
Berikut definisi dan pengertian dinamika psikologis dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Walgito (2007), dinamika psikologis adalah suatu tenaga kekuatan yang terjadi pada diri manusia yang mempengaruhi mental atau psikisnya untuk mengalami perkembangan dan perubahan dalam tingkah lakunya sehari-hari baik itu dalam pikirannya, perasaannya maupun perbuatannya.
- Menurut Saptoto (2016), dinamika psikologis adalah keterkaitan antara berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri seseorang dengan faktor-faktor dari luar yang mempengaruhinya.
- Menurut Widiasari (2009), dinamika psikologis adalah aspek motivasi dan dorongan yang bersumber dari dalam maupun luar individu, yang mempengaruhi mental serta membantu individu menyesuaikan diri dengan keadaan dan perubahan.
- Menurut Chaplin (2006), dinamika psikologis adalah sebuah sistem psikologi yang menekankan penelitian terhadap hubungan sebab akibat dalam motif dan dorongan hingga munculnya sebuah perilaku.
- Menurut Nursalim dan Purwoko (2011), dinamika psikologis adalah proses dan suasana kejiwaan internal individu dalam menghadapi dan menyolusi konflik yang dicerminkan oleh pandangan atau persepsi, sikap dan emosi, serta perilakunya.
- Menurut Refia dan Purwoko (2014), dinamika psikologis adalah proses yang terjadi dalam kejiwaan individu ketika menghadapi dan menyelesaikan konflik, mencakup persepsi, sikap dan perilaku.
Komponen Psikologis
Menurut Walgito (2010), terdapat tiga komponen dalam diri manusia yang mempengaruhi dan membentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga membentuk dinamika psikologis, yaitu:
- Komponen kognitif (perseptual). Merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan, yang mana berhubungan dengan seseorang memersepsi terhadap objek perilaku atau kejadian yang sedang dialami.
- Komponen afektif (emosional). Komponen ini berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek perilaku. Merupakan aspek yang berkaitan dengan emosi dan perasaan seseorang tentang apa yang dialami.
- Komponen konatif (perilaku atau action component). Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek. Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku dan komponen ini juga menunjukkan bagaimana perilaku manusia terhadap lingkungan sekitar.
Saat ketiga aspek kognitif, afektif, dan konatif berjalan beriringan secara harmoni dan selaras maka kehidupan psikis manusia akan berjalan baik. Namun ternyata ada banyak pula konflik lain yang menyertainya di antaranya konflik dengan pikiran, perasaan, kemauan yang terkadang saling bertentangan.
Aspek-aspek Psikologis
Menurut Kartono (2003), proses kehidupan psikis manusia selalu diikuti oleh ketiga aspek psikologis yaitu aspek kognitif, aspek emosional atau perasaan dan aspek kemauan atau hubungan interpersonal. Dapat dipahami bahwa dalam proses kehidupan manusia selalu berkaitan dengan yang dipikirkan (kognitif), yang dirasakan (emosional) dan yang diperbuat (hubungan interpersonal). Aspek kognitif berkaitan dengan persepsi, ingatan, belajar, berpikir dan problem solving dan aspek afektif berkaitan dengan emosi atau perasaan dan motif. Sedangkan aspek konatif berkaitan dengan perilaku seseorang yang meliputi hubungan interpersonal dan intrapersonal.
Menurut Walgito (2010), terdapat tiga aspek psikologis, yaitu kognitif, emosi dan hubungan interpersonal. Adapun penjelasan dari aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kognitif
Dalam kehidupan manusia, proses kognitif sangat berperan dalam pengambilan keputusan bagi setiap individu, sejalan dengan proses kognitif menjadi dasar akan timbulnya prasangka. Apabila seseorang atau suatu kelompok mempersepsikan orang lain atau kelompok lain dan memasukkan apa yang dipersepsinya itu merupakan keadaan kategori tertentu. Proses kognitif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
- Prasangka. Prasangka merupakan evaluasi seseorang atau kelompok yang mendasarkan diri pada lingkungan agar nantinya diterima dilingkungan kelompoknya. Prasangka mengarah pada evaluasi yang negatif, walaupun dalam stereotype merupakan hal yang dapat bersifat positif di samping dapat negatif.
- Belajar sosial. Belajar sosial merupakan salah satu teori dalam hal belajar, dalam setiap pembelajaran yang dilakukan yang perlu diperhatikan setiap pembelajaran itu terjadi melalui model atau contoh. Seperti halnya sikap, merupakan hal yang terbentuk melalui proses belajar.
- Motivasi. Motivasi memandang prasangka sebagai suatu yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang atau kelompok untuk mencapai kesejahteraan. Untuk hal ini ada beberapa komponen yang harus kita perhatikan agar nantinya kesejahteraan itu memang sesuai dengan apa yang diharapkan.
- Pengamatan. Pengamatan adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Dalam pengamatan dengan sadar orang dapat memisahkan unsur-unsur dari suatu objek.
- Ingatan. Ingatan merupakan kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering), hal- hal yang lampau.
b. Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Emosi juga merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Emosi memberi warna dalam kehidupan manusia. Pengalaman emosional juga dapat menjadi motivator penting perilaku.
Menurut Hude (2006), terdapat empat fungsi emosi dalam kehidupan manusia, yaitu:
- Emosi sebagai pembangkit energi (energizer), Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi seseorang, marah menggerakkan seseorang untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk berlari dan cinta mendorong seseorang untuk mendekat dan bermesraan.
- Emosi sebagai pembawaan informasi, Bagaimana keadaan diri seseorang dapat diketahui dari emosi kita. Jika marah, seseorang mengetahui bahwa dihambat atau diserang orang lain, sedih berarti kehilangan sesuatu yang di senangi, bahagia berarti memperoleh sesuatu yang kita senangi.
- Emosi sebagai komunikasi, berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal dan interpersonal sekaligus.
- Emosi sebagai sumber informasi keberhasilan seseorang, mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat, mencari keindahan dan mengetahui bahwa memperolehnya ketika merasakan kenikmatan estetis dalam diri.
Emosi juga merupakan suatu gejala psikofisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku. Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi yang memuncak. Emosi menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal di dalam tubuh dan memunculkan ketegangan psikis, terutama pada emosi-emosi negatif.
c. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua atau lebih orang yang memiliki pola interaksi yang konsisten. Pendapat lain menyebutkan bahwa hubungan interpersonal adalah bila dua orang individu menjalin hubungan, kehidupan individu akan terjalin dengan orang lain, apa yang dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lain. Dalam proses pemenuhan kebutuhannya, maka manusia membentuk hubungan dengan orang lain. Adapun kebutuhan yang dimiliki oleh manusia adalah kebutuhan fisiologis (makan, minum), kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan dari orang lain.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hubungan interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu; hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagainya.
Hubungan interpersonal juga dapat dibagi berdasarkan jangka waktu, yaitu; hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam di dalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
Jenis lain dari hubungan interpersonal adalah berdasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Indikator Dinamika Psikologis
Menurut Santrock (2014), dinamika psikologi dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Afeksi (Aspek Emosional)
Indikator afeksi atau aspek emosional yaitu:
- Penerimaan dan pemberian respon. Penerimaan adalah tahap awal kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulus yang tepat. Selanjutnya, diikuti oleh ketertarikan terhadap sebuah stimulus. Dengan kata lain, dinamika psikologis berawal dari penerimaan dan pemberian respon sebagai wujud interaksi antara individu dengan lingkungan.
- Penilaian atau penentuan sikap. Penilaian akan mengikatkan kita pada sebuah stimulus, diharapkan ada reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhatikan stimulus. Sedangkan, kombinasi antara nilai dan sikap yang berbeda dan lebih konsisten atau tetap yang menimbulkan konflik internal dalam diri manusia juga membentuk suatu sistem nilai dan tergambar dalam tingkah laku yang tampak.
- Karakterisasi dan pembentukan pola hidup. Karakter yang ingin ditampilkan seseorang bertujuan dalam pengkategorian antara hubungan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
b. Kognitif (Aspek Perseptual)
Indikator afeksi atau aspek perseptual yaitu:
- Pengetahuan dan pemahaman. Pengetahuan mengacu pada kemampuan persepsi dan memori seseorang. Sedangkan pemahaman adalah mengarah kepada kemampuan memahami makna materi.
- Penerapan dan analisis. Kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada suatu kondisi yang baru dan menggunakan aturan dan prinsip. Sedangkan analisis adalah kemampuan menjabarkan materi ke dalam bagian-bagian kecil atau faktor penyebab dan bisa memahami hubungan antara bagian satu dengan yang lain.
- Sintesa masalah dan evaluasi. Sintesa masalah adalah berpikir kreatif, tentang memadukan konsep baru pada sebuah masalah dan menciptakan pola struktur baru terhadap masalah yang dihadapi. Kemampuan memberikan penilaian terhadap masalah yang sudah dikerjakan tentang kurang lebihnya untuk digunakan tujuan tertentu.
c. Behavior (Aspek Perilaku)
Indikator afeksi atau aspek perilaku yaitu:
- Peniruan dan manipulasi. Peniruan adalah pengamatan perilaku terhadap suatu masalah dan diaplikasikan terhadap masalah individu bentuknya belum spesifik dan tidak sempurna.
- Respon terpimpin. Respon terpimpin adalah perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, dan gerakan yang dipilih untuk ditampilkan. Tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan yang kompleks. Hal yang mau dan akan diperlihatkan yang sudah melalui banyak pertimbangan sebelumnya.
- Adaptasi. Adaptasi adalah tahap modifikasi dan penyesuaian ketrampilan sampai dapat berkembang dalam situasi yang berbeda. Adaptasi yang dimaksudkan adalah bertahan dari segala tekanan dan mengambil celah juga mengendalikan kegiatan yang dilakukan dari anak tunggal yang terlalu ditekan akan harapan-harapan orang tua, menjadi pribadi yang punya mimpi dan cara mewujudkan mimpi itu.
- Penciptaan. Penciptaan adalah menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi.
Daftar Pustaka
- Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
- Saptoto, R. 2016. Dinamika Psikologis Nrimo Dalam Bekerja: Nrimo Sebagai Motivator atau Demotivator. Jurnal Psikologi Indonesia.
- Widiasari, Y. 2009. Dinamika Psikologis Pencapaian Succesful Aging Pada Lansia Yang Mengikuti Program Yantu Lansia. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
- Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
- Nursalim, M., dan Purwoko, B. 2011. Kerangka Proses Konflik dan Solusi Konflik Pada Siswa SMA di Surabaya. DP2M: Laporan Penelitian Fundamental Tahun II.
- Refia & Purwoko. 2014. Studi Kasus Dinamika Psikologis Konflik Interpersonal Siswa Merujuk Teori Segitiga ABC Konflik Galtung dan Kecenderungan Penyelesaiannya Pada Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia di SMK Mahardhika Surabaya. Jurnal BK UNESA.
- Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Hude, Darwis. 2006. Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia dalam Al Qur'an. Jakarta: Erlangga.
- Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
- Santrock, J.W. 2014. Psychology Pendidikan. Jakarta: Salemba Empat.