Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Vandalisme (Pengertian, Jenis dan Penyebab)

Vandalisme adalah suatu perilaku atau tindakan merusak berbagai obyek lingkungan, baik fasilitas milik pribadi (private properties) ataupun milik umum (public amenities) seperti memotong, merobek, menandai, menggambar, atau menutupi suatu benda, dan atau lain-lain yang sengaja dilakukan untuk mengurangi kualitas. Vandalisme merupakan pengungkapan rasa kebencian dengan cara merusak benda yang memiliki unsur keindahan.

Vandalisme (Pengertian, Jenis dan Penyebab)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah vandalisme memiliki arti; 1) perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan dan sebagainya); 2) perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Sedangkan menurut Kamus Webster, vandalisme adalah perilaku melanggar peraturan yang dilakukan dengan tujuan untuk merusak, menghancurkan barang/benda properti pribadi maupun properti umum.

Vandalisme merupakan perbuatan manusia yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, dalam bentuk pengerusakan objek atau benda yang biasanya bernilai atau memiliki unsur keindahan seperti karya seni, sastra, monumen bersejarah, dan lai-lain. Vandalisme merupakan perilaku yang disengaja untuk menunjukkan rasa kebencian yang ditujukan dengan merusak objek lingkungan baik dilakukan secara perorangan maupun berkelompok.

Pengertian Vandalisme 

Berikut definisi dan pengertian vandalisme dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Lase (2003), vandalisme adalah tindakan atau perilaku yang merugikan, merusak berbagai obyek lingkungan fisik dan lingkungan buatan, baik milik pribadi (private properties) maupun fasilitas atau milik umum (public amenities). 
  • Menurut Soetomo (1995), vandalisme adalah suatu tindakan yang secara langsung atau tidak langsung merusak keindahan alam, kelestarian alam dan merugikan alam.
  • Menurut Damayanti, dkk (2015), vandalisme adalah penambahan, penghapusan, atau pengubahan isi yang secara sengaja dilakukan untuk mengurangi kualitas. 
  • Menurut Goldstein (1996), vandalisme adalah penghancuran yang berbahaya atau yang disengaja, perusakan benda milik orang lain tanpa persetujuan dengan cara memotong, merobek, melanggar, menandai, menggambar, melukis, atau menutupi dengan kotoran dan perlakuan lainnya yang ditentukan oleh hukum setempat.

Jenis-jenis Vandalisme 

Menurut Long dan Burke (2015), berdasarkan motivasinya, vandalisme dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 

  1. Aquisitive vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan untuk mendapatkan uang atau benda orang lain. Contohnya adalah penempelan iklan, spanduk, poster, baliho atau bentuk-bentuk pemasaran lainnya yang merusak lingkungan tempatnya berada. 
  2. Tactical vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan sebagai taktik dalam mencapai tujuan tertentu. Contohnya menyabotase sebuah mesin pabrik untuk memfasilitasi jangka waktu yang tersisa dari masa berlaku. 
  3. Ideological vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memperkenalkan suatu ideologi. Contohnya mencoret baliho, poster, ataupun slogan politik yang tertempel pada dinding. 
  4. Vindictive vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan untuk membalas dendam atas suatu kesalahan. Contohnya adalah sekumpulan anak yang dengan sengaja melempar jendela tetangga dengan batu hingga pecah, karena tetangga tersebut sering memarahi mereka karena bermain dengan ribut. 
  5. Malicious vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan karena pelaku vandalisme mendapat kenikmatan dengan memberikan gangguan pada orang lain, atau merasa terhibur saat menghancurkan benda milik orang lain. Contohnya adalah dengan sengaja mencoret kendaraan atau tembok bangunan tempat tinggal orang lain karena pelaku senang melihat pemilik kendaraan atau tempat tinggal marah. 
  6. Play vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan untuk menunjukkan dan mendemonstrasikan kemampuan yang dia miliki, dan bukan bertujuan untuk mengganggu orang lain. Contohnya adalah seorang anak sekolah yang mencoret-coret bangku atau meja belajar di kelasnya.

Sedangkan menurut Lase (2003), berdasarkan bentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan, vandalisme dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 

  1. Aksi mencorat-coret (graffiti). Aksi mencoret-coret-coret grafiti seperti tembok pinggir jalan, tembok sekolah, jembatan, halte bus, bangunan, telepon umum, WC umum, dan sebagainya. 
  2. Aksi memotong (cutting). Aksi Memotong seperti memotong pohon, memotong tanaman memotong bunga yang di jumpai para remaja. Dari memotong pohon, memotong tanaman para remaja banyak memakai alasan. 
  3. Aksi memetik (pluking). Memetik bunga dan memetik buah milik orang lain tanpa meminta ijin dari pemiliknya. 
  4. Aksi mengambil (taking). Aksi mengambil barang milik orang lain, mengambil tanaman, dan sebagainya meskipun barang milik orang lain tersebut tidak berguna untuk di miliki remaja tersebut.
  5. Aksi merusak (destroying). Aksi merusak penataan lingkungan yang sudah tersusun rapi dari orang lain, misalnya mendongkel pintu rumah orang lain, memindahkan tanaman milik orang lain, membuang sampah di sembarang tempat seperti membuang sampah di jalan raya dan sungai.

Faktor Penyebab Vandalisme 

Menurut Goldstein (1996), perilaku vandalisme yang biasanya dilakukan oleh remaja pada umumnya memiliki dua aspek motivasi, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik 

Motivasi intrinsik merupakan aspek motivasi vandalisme sebagai cara mengekspresikan rasa benci atau dendam dan untuk mendapatkan kesenangan dengan cara merusak benda dan mengganggu orang lain. Aspek ini berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang biasanya bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yaitu memperkenalkan suatu ideologi, kemudian motivasi untuk mendapatkan kenikmatan dengan memberikan gangguan pada orang lain, atau merasa terhibur saat menghancurkan benda milik orang lain, dan motivasi untuk menunjukkan dan mendemonstrasikan kemampuan yang dia miliki, dan bukan bertujuan untuk mengganggu orang lain.

b. Motivasi Ekstrinsik 

Ekstrinsik merupakan aspek motivasi vandalisme untuk memperoleh material, perusakan disertai dengan aksi perampokan atau pencurian, dan ajakan dari kelompok teman untuk mengekspresikan rasa kebencian mereka terhadap kelompok yang lain. Aspek motivasi ini berasal dari luar diri individu (ekstrinsik) yang biasanya bermaksud untuk mendapatkan uang atau benda seperti penempelan iklan, spanduk, poster atau bentuk-bentuk pemasaran yang merusak lingkungan, mendapatkan tanggapan dari orang-orang yang melihat hasil vandalisme yang dibuat pada fasilitas umum, dan motivasi untuk membalas dendam atau menyerang kelompok lain secara fisik dan materi karena pengaruh ajakan kelompok teman.

Selain dua faktor di atas, menurut Lase (2003), beberapa faktor penyebab yang juga dianggap sebagai pencetus terjadinya vandalisme pada remaja adalah sebagai berikut: 

  1. Ketidakharmonisan dalam keluarga mengakibatkan remaja mengekspresikan perasaannya melalui tindakan vandalisme. 
  2. Tempat tinggal berjauhan dari sekolah, sehingga sang remaja harus berpisah dengan orang tua . remaja yang tinggal di rumah saudara, rumah temannya atau kos. Perilaku remaja menjadi bebas dan kurang mendapat pengawasan dari orang tua.
  3. Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Hal ini sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan perhatian dari orang tua. 
  4. Kurangnya pembinaan melalui jalur agama, khususnya tentang menghargai lingkungan hidup sebagai ciptaan Tuhan, yang harus di manfaatkan, di pelihara dan di lestarikan. 
  5. Pekerjaan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pekerjaan Ibu. Kurangnya waktu ibu dan perhatian ibu bersama anak-anaknya berdampak pada perilaku anak. 
  6. Pendidikan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pendidikan ibu. Bila pendidikan ibu rendah maka dalam mendidik anak juga kurang. Tetapi sebaliknya bila pendidikan ibu tinggi maka dalam mendidik anak juga tinggi. 
  7. Kurangnya kebebasan anak mengekspresikan perasaannya di dalam lingkungan keluarga yang menjadi haknya, misalnya memiliki kamar tidur sendiri, memiliki fasilitas belajar, ruangan belajar sendiri, dan sebagainya. Bila hak pribadinya tidak terpenuhi maka berakibat pada perilaku anak. 
  8. Kurangnya kebersamaan antara orang tua dengan anak, misalnya beribadah bersama, berdoa bersama, makan bersama, berekreasi bersama dan lain sebagainya. 
  9. Tidak memiliki halaman rumah yang cukup luas untuk mengekspresikan gejolak pertumbuhan anak. Halaman rumah juga bisa berdampak pada tingkah laku anak.

Daftar Pustaka

  • Lase. 2003. Karakteristik Vandalisme. Jurnal Psikologi. Bogor: UIKA.
  • Soetomo. 1995. Masalah Sosial. Jakarta: PustakaJaya.
  • Damayanti, D., Sukaesih, S., dan Rainathami, H. 2015. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan Kemendikbud. Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan.
  • Goldstein, A.P. 1996. Psychology of Vandalism. New York: Plenum Press.
  • Long, M., dan Burke, H.R.D. 2015. Vandalism and Anti-Social Behaviour. Basingstoke: Palgrave Macmillan.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Vandalisme (Pengertian, Jenis dan Penyebab). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/06/blog-post.html