Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kejenuhan Belajar (Aspek, Indikator, Penyebab dan Cara Mengatasi)

Kejenuhan belajar atau learning plateu adalah kondisi emosional yang terjadi pada seseorang ketika merasa lelah, lesu atau bosan akibat meningkatnya tuntutan belajar sehingga kurang bergairah, kurang antusias atau tidak mempunyai ketertarikan dalam melakukan aktivitas belajar. Siswa yang kejenuhan belajar, menyebabkan kemampuan berpikirnya tidak bekerja sebagaimana yang diharapkan, atau dalam kemajuan belajarnya seakan-akan jalan di tempat.

Kejenuhan Belajar (Aspek, Indikator, Penyebab dan Cara Mengatasi)

Kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu tertentu, yang merasa malas, bosan, lesu, tidak bersemangat, tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Kejenuhan belajar yang terjadi pada siswa disebabkan karena siswa kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi, yakni salah satu tingkatan keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Kejenuhan belajar mempengaruhi jalannya proses belajar mengajar, antara lain banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dan tingginya absensi.

Pengertian lain kejenuhan belajar adalah suatu kondisi yang dialami siswa yang mengganggu semangat, kegairahan belajar serta aktivitas belajar sehingga efektivitas dan efisiensi yang dilaksanakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan hasil yang diperoleh menjadi tidak optimal. Kejenuhan belajar juga merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan baik dalam segi minat, motivasi, kinerja maupun prestasinya. Siswa yang mengalami kejenuhan belajar ditandai dengan kondisi merasa lelah secara emosional, merasa sinis terhadap belajar serta penurunan prestasinya dalam belajar.

Pengertian Kejenuhan Belajar 

Berikut definisi dan pengertian kejenuhan belajar dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991), kejenuhan belajar adalah kondisi emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan terkait dengan belajar yang meningkat.
  • Menurut Hakim (2002), kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. 
  • Menurut Anastasi (1993), kejenuhan belajar adalah suatu perasaan-perasaan pada umumnya yang muncul dari ketegangan dan dari keadaan ketika siswa mengerahkan usaha dalam belajar, sehingga ia mengalami rasa capek, lelah dan mengantuk. 
  • Menurut Syah (1995), kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuannya. 
  • Menurut Yang dan Lian (2015), kejenuhan belajar adalah kondisi ketika siswa tidak mempunyai ketertarikan atau kurang antusias untuk belajar tetapi mereka tidak dapat melakukannya, mereka akan merasa sakit dan lelah pikirannya, keadaan yang demikian disebut dengan kejenuhan belajar.

Aspek-aspek Kejenuhan Belajar 

Menurut Hakim (2002), aspek-aspek kejenuhan belajar adalah sebagai berikut: 

  1. Kelelahan emosional. Kelelahan emosional ditandai dengan perasaan lelah yang dialami oleh individu entah itu kelelahan emosional maupun fisik. Hal ini dapat memicu berkurangnya energi yang dimiliki untuk menghadapi berbagai kegiatan dan pekerjaan yang dimilikinya. Kelelahan emosional ini disebabkan oleh tuntutan yang berlebihan yang dihadapi oleh peserta didik dan ditunjukkan oleh perasaan dan beban pikiran yang berlebihan. 
  2. Kelelahan fisik. Penderita kejenuhan mulai merasakan adanya anggota badan yang sakit dan gejala kelelahan fisik kronis yang disertai dengan sakit kepala, mual, insomnis, bahkan kehilangan selera makan. 
  3. Kelelahan kognitif. Kelelahan kognitif pada peserta didik yang sedang mengalami kejenuhan cenderung sedang mendapat beban yang terlalu berat pada otak. Hal ini kemudian berdampak yakni ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mudah lupa, dan kesulitan dalam membuat keputusan. 
  4. Kehilangan motivasi. Kehilangan motivasi pada peserta didik ditandai dengan hilangnya idealisme, peserta didik sadar dari impian mereka yang tidak realistis, dan kehilangan semangat. Dari gejala di atas maka peserta didik sudah dianggap kehilangan motivasi. Bentuk lain dari kehilangan motivasi adalah penarikan diri secara psikologis sebagai respon dari stres yang berlebihan dan rasa ketidakpuasan.

Sedangkan menurut Muna (2013), terdapat tiga aspek dalam kejenuhan belajar, yaitu sebagai berikut:

a. Kelelahan Emosional (Emotional Exhaustion) 

Kelelahan emosional mengakibatkan siswa tidak semangat belajar dan merasa energinya terkuras habis mudah putus asa dan frustrasi tanpa mendapatkan hal yang penting untuk dirinya. Pada poin ini, secara umum siswa mengalami sikap atau perasaan yang dirasakan misalnya kurangnya antusias pada belajarnya dan mereka merasa lelah, nerves, dan merasa frustrasi, serta mereka tidak dapat memfokuskan perhatiannya pada belajar. Perasaan siswa pun berada pada taraf kelelahan yang amat-sangat. Siswa yang mengalami kejenuhan belajar akan ditandakan dengan emotional exhaustion, dimana lelahnya sisi emosional siswa, siswa cenderung bosan terhadap belajar.

b. Depersonalisasi/sinis (Depersonalization/cynisism) 

Depersonalisasi dapat dikatakan sebagai kurangnya humanisasi. Artinya, siswa sering memperlakukan orang lain dengan kurang menyenangkan, tidak percaya terhadap orang lain, tidak memedulikan yang lainnya atau cenderung memandang remeh terhadap sesuatu. Bentuk perilaku sinisme yang seringkali muncul pada siswa yang mengalami kejenuhan belajar yakni seperti bolos sekolah, marah-marah, tidak mengerjakan tugas rumah, atau berpikiran negatif terhadap guru dan kehilangan ketertarikan terhadap mata pelajaran. Siswa yang mengalami kejenuhan belajar, mengindikasikan sikap tersebut di atas, sebagai contoh, siswa menjadi kurang tertarik dengan penjelasan guru dikelas, acuh terhadap nasihat teman, atau terkadang putus asa terhadap proses belajarnya.

c. Efikasi Akademik (Academic Efficacy) 

Efikasi akademik ditandai dengan memunculkan masalah dalam hal rasa percaya diri, keyakinan terhadap kemampuannya sehingga membuat siswa stres dan tertekan. Siswa merasa menjadi orang yang tidak bahagia dan malang, tidak puas terhadap hasil belajar yang didapatkannya, merasa tidak kompeten, rasa percaya diri yang rendah dan merasa tidak berprestasi. Siswa dalam keadaan normal, ia akan percaya bahwa dirinya bisa, dirinya mampu untuk berprestasi. Selain itu mereka juga dapat mengambil manfaat dari proses belajarnya, serta tahu apa yang seharusnya ia lakukan dalam proses belajarnya. Sementara siswa yang mengalami kejenuhan belajar diindikasikan dengan perasaan pesimis siswa akan manfaat dari belajar, berprestasi rendah, bahkan merasa dirinya sebagai siswa yang kurang kompeten.

Ciri-ciri Kejenuhan Belajar

Menurut Hakim (2002), kejenuhan belajar ditandai dengan beberapa ciri atau indikator, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan – akan pengetahuan dan kecakapan yang diperolahnya dalam belajar tidak meningkat, sehingga siswa merasa sia-sia dengan waktu belajarnya. 
  2. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagai mana yang diharapkan dalam memproses informasi atau pengalaman, sehingga mengalami stagnan dalam kemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses berbagai informasi yang diterima atau pengalaman baru yang didapatnya.
  3. Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam keadaan jenuh merasa bahwa dirinya tidak lagi mempunyai motivasi yang dapat membuatnya bersemangat untuk ,meningkatkan pemahamannya terhadap pelajaran yang diterimanya atau dipelajarinya. 

Adapun menurut Nitisemito (1996), beberapa ciri atau indikator kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa adalah sebagai berikut: 

  1. Turunnya motivasi belajar. Siswa menjadi malas, kehilangan semangat dan tujuan belajar dan tidak terdorong untuk melakukan aktivitas belajar.
  2. Sulit berkonsentrasi. Siswa sulit terfokus atau memutuskan perhatian, mudah teralihkan dan suka melamun. 
  3. Berkurangnya energi, merasa lemah, cepat lelah. Siswa cepat merasa capek dan seperti terkuras tenaganya. 
  4. Meningkatnya kesalahan. Siswa banyak melakukan kesalahan dalam mengerjakan sesuatu, terutama yang berhubungan dengan belajarnya. 
  5. Kurang koordinasi. Siswa tidak dapat mengatur waktu dengan baik untuk berbagai kegiatan sehari-hari. 
  6. Daya tangkap berkurang. Siswa menjadi lambat dalam menangkap materi pelajaran, mengalami kesulitan dalam menangkap materi secara menyeluruh, materi hanya dimengerti bagian per-bagian. 
  7. Tegang. Siswa tidak dapat merasa tenang atau santai dalam melakukan aktivitas belajar.
  8. Mudah marah, sensitif. Siswa menjadi mudah marah dan tersinggung oleh gangguan kecil sekalipun, khususnya pada saat belajar.

Tahapan dan Proses Terjadinya Kejenuhan Belajar 

Menurut Bahrer-Kohler (2012), terbentuknya kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 

  1. Paksaan untuk membuktikan bahwa dirinya layak untuk orang lain. Hal ini membuat individu bekerja keras untuk membuat orang lain melihat potensi dirinya. 
  2. Individu bekerja keras agar orang lain tidak mengubah pandangan terhadap dirinya dan agar orang lain tidak lari dari dirinya. 
  3. Terlalu kerasnya mereka bekerja. Hal ini membuat individu mulai mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka, seperti makan, tidur, dan bersantai ria dengan keluarga dan teman-teman. 4. Munculnya gejala-gejala fisik pada individu yang disebabkan karena perubahan gaya hidup yang dilakukan. 
  4. Keinginan untuk mendapatkan nilai-nilai yang lebih baik dari lingkungan sosialnya sehingga mereka akan sibuk untuk hal tersebut dan mengesampingkan kebutuhan pokok dan hubungannya dengan orang-orang terdekat. 
  5. Munculnya perasaan yang seharusnya tidak dimiliki, seperti mulai tidak mempunyai toleransi dengan orang lain, tidak mempunyai perasaan simpati atas masalah orang lain, terlalu agresif dan selalu menyalahkan orang lain atas masalah yang ada. 
  6. Mengisolasi diri atau menarik diri dari dari kehidupan sosial karena terlalu kerasnya mereka bekerja.
  7. Mulai muncul perasaan malu, takut dan apatis karena terlalu kerasnya pekerjaan dan tekanan yang dimiliki.
  8. Individu mulai kehilangan jati dirinya karena mereka beranggapan bahwa mereka telah menjadi mesin orang lain. 
  9. Kekosongan-kekosongan yang mulai muncul dari dalam diri membuat individu mulai putus asa yang membuat individu mulai melakukan pelarian dengan berbagai macam hal mulai dari seks bebas, merokok, meminum minuman keras dan hal-hal negatif lainnya. 
  10. Perasaan terpuruk yang mulai dirasakan seperti ketidakpedulian, keputus-asaan, kelelahan dan mengabaikan masa depan. 
  11. Jika individu ini sudah mulai jenuh akan kegiatannya maka mereka akan mencoba melarikan diri dari hal tersebut yang terkadang disertai dengan perasaan ingin membunuh dirinya sendiri karena situasi yang ada sekarang.

Adapun menurut Fraser (2009), kejenuhan belajar terjadi melalui tiga proses atau tahapan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap kecemasan 

Ditandai dengan muka pucat, keluar keringat dingin, darah mengalir cepat. Kondisi ini melukiskan reaksi tubuh untuk lari atau melawan.

b. Tahap perlawanan 

Dilakukan oleh tubuh untuk mengadakan penyesuaian tetapi kesanggupan untuk melawan memiliki batas-batas tertentu dan bila keadaan cukup keras dan berlangsung lama, tahap perlawanan akan digantikan dengan tahap kejenuhan.

c. Tahap kejenuhan 

Ditandai dengan melemahnya sumber daya pertahanan tubuh. Gejala-gejala yang mengawali timbulnya kejenuhan belajar dapat dilihat dari yang tampak, antara lain: 

  1. Berkurangnya minat pada pelajaran, substansi dan berkurangnya energi dan bertambahnya faktor penghambat. 
  2. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik jasmani maupun rohani) dan menurunnya prestasi. 
  3. Perasaan letih berkisar dari rasa sakit pada otot, rasa kaku atau kejang pada bagian tubuh tertentu, rasa sakit atau nyeri hingga timbul rasa kantuk, kebingungan mental, kekejangan otot.

Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar 

Menurut Hakim (2002), terdapat beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya kejenuhan belajar, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Kesibukan monoton 

Kemonotonan sering kali merupakan salah satu sebab kebosanan. Melakukan hal yang sama secara berulang-ulang tanpa beberapa perubahan juga dapat membuat jenuh. Sebab paling umum di balik timbulnya rasa jenuh adalah kesibukan yang monoton. Seseorang yang mengerjakan sesuatu berulang, dengan proses yang sama, suasana yang sama, hasil yang sama, dalam kurun waktu yang lama.

b. Terlalu lama belajar tanpa atau kurang istirahat 

Apabila seseorang terlalu lama belajar tanpa istirahat, maka dengan sendirinya kelelahan akan bertambah sehingga siswa tidak dapat menerima pelajaran dengan baik. Selain menimbulkan rasa kelelahan, juga dapat menimbulkan rasa kebosanan. Kondisi seperti ini dapat juga terjadi sebaliknya, yaitu rasa bosan yang mengakibatkan kelelahan. Pada siang hari kelelahan mulai memuncak sehingga perlu menyediakan waktu istirahat sebelum memulai belajar. Dengan istirahat tersebut diharapkan mereka akan belajar kembali dengan keadaan yang lebih segar.

c. Belajar secara rutin tanpa variasi 

Sering kali siswa tidak menyadari bahwa cara belajar mereka sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi tidak berubah-ubah. Siswa yang dalam sepertiga waktunya sudah disita untuk belajar di dalam gedung sekolah dan aktivitas yang diberikan pun sifatnya monoton tanpa variasi, maka lama-kelamaan akan menimbulkan rasa kebosanan.

d. Lingkungan belajar yang buruk 

Ruang kelas yang gelap dan tidak cukup ventilasi, suasana yang ramai dan tidak tenang dan sebagainya, akan berpotensi menimbulkan keletihan dan kebosanan dalam belajar. Selain itu belajar hanya di tempat tertentu dengan kondisi ruang, seperti letak meja, kursi kondisi ruang yang tidak berubah-ubah dapat menimbulkan kejenuhan belajar.

e. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah 

Suasana yang diperlukan oleh siswa tentu saja suasana yang menimbulkan ketenangan berpikir. Sangat perlu diketahui bahwa setenang apapun lingkungan tempat belajar, bila suasananya tidak berubah-ubah sejak lama, mungkin saja dapat menimbulkan kejenuhan belajar. Jadi setenang apapun ruang belajarnya, belum tentu dapat selalu menunjang keberhasilan belajar.

f. Kegagalan beruntun 

Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun. Seseorang siswa yang pernah mengalami kegagalan dalam meraih prestasi di sekolah padahal ia telah belajar dan berusaha tetapi tetap gagal. Maka siswa tersebut pasti akan mengalami kejenuhan dalam belajar.

g. Kurangnya penghargaan 

Sebab lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan kecil terhadap prestasi dan pengorbanan yang telah dilakukan. Di dunia belajar, betapa banyak kita saksikan pelajar-pelajar yang kecewa terhadap guru atau lembaga penyelenggara pendidikan.

h. Ketegangan berkepanjangan 

Sebab selanjutnya yang menimbulkan kejenuhan adalah ketegangan yang berkepanjangan, ketegangan dalam hidup kadang perlu, setidaknya agar hidup ini tidak terasa datar atau monoton. Tetapi ketegangan yang terus menerus bisa menimbulkan kejenuhan besar.

i. Perlakuan buruk 

Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah perlakuan buruk. Hal tersebut juga bisa terjadi pada siswa yang mendapat perlakuan buruk dari gurunya pada salah satu bidang studi, tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosan, dan malas terhadap mata pelajaran itu.

j. Lemah minat terhadap mata pelajaran 

Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni yang tidak diinginkan. Demikian pula dengan siswa yang sejak awal tidak menyukai atau tidak minat pada mata pelajaran tertentu ia akan selalu merasa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran tersebut.

Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar 

Menurut Hakim (2002), terdapat beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengatasi kejenuhan dalam belajar, antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi. Belajar dengan metode yang monoton akan menyebabkan kejenuhan dalam belajar, untuk itu kita di tuntut untuk menggunakan metode yang bervariasi agar tidak bosan, dengan cara mengubah metode yang biasa kita gunakan dengan metode baru dan seterusnya akan menciptakan suasana baru di dalam kelas. 
  2. Mengadakan perubahan fisik di ruangan belajar. Mengadakan perubahan fisik diruang belajar baik dikelas maupun di rumah yang ada kaitannya dengan perubahan bentuk materi seperti perubahan letak meja, kursi, papan tulis dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan aktivitas belajar. 
  3. Menciptakan suasana baru di ruang belajar. Pada umumnya ruang belajar yang tenang dan jauh dari kebisingan merupakan tempat yang ideal untuk belajar, namun hal ini jika dilakukan dalam waktu yang lama tanpa ada perubahan maka akan mengakibatkan kejenuhan belajar, oleh sebab itu ciptakan suasana baru di ruang belajar, semisal belajar sambal mendengarkan musik instrumental yang berirama tenang atau musik kesukaan. 
  4. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan. Belajar adalah salah satu kegiatan mental yang sangat melelahkan dan sangat menyita banyak energi, kelelahan yang berlarut-larut akan mengakibatkan kejenuhan, untuk itu perlu adanya istirahat yang cukup sebagai alternatif dalam mengembalikan atau memulihkan energi yang banyak tersita/terkuras saat belajar. 
  5. Hindari adanya ketegangan mental saat belajar. Ketegangan mental akan membuat aktivitas belajar akan terasa jauh lebih berat dan melelahkan dan berujung pada kejenuhan belajar. Ketegangan mental dapat dihindari dengan jalan belajar santai artinya belajar dengan sikap rileks dan bebas dari ketegangan.

Selain itu menurut Sukmana (2011), untuk mengatasi kejenuhan belajar di kelas, dapat dilakukan beberapa teknik belajar yang positif, yaitu sebagai berikut: 

  1. Cari manfaat dari belajar yang dilakukan. Belajar yang dilakukan oleh peserta didik pasti ada manfaatnya, dengan belajar peserta didik bisa memperoleh ilmu pengetahuan, menambah wawasan dan pengalaman hidup. 
  2. Lakukan belajar dengan perasaan senang dan kreatif. Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan perasaan senang akan menimbulkan Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan perasaan senang akan menimbulkan semangat. Begitu juga dengan kegiatan belajar, apabila merasa senang, peserta didik akan belajar dengan gairah dan bersemangat. 
  3. Pandang guru dari segi positifnya. Guru sebagai manusia biasa tidak lepas dari segala kelebihan dan kekurangan. Setiap bertemu dengan guru, peserta didik bisa diskusi, bertukar pendapat informasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan. 
  4. Anggaplah belajar itu sebagai kebutuhan yang mendesak. Belajar jangan sampai hanya untuk menggugurkan kewajiban. Artinya, belajar selain sebagai kewajiban, juga harus menjadi kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Kalau belajar itu sebagai suatu kebutuhan, peserta didik akan berusaha untuk belajar dengan giat. 
  5. Lakukan diskusi kelompok. Untuk menambah gairah belajar, peserta didik bisa mengajak teman-teman untuk melakukan kegiatan belajar bersama. Melalui diskusi kelompok atau belajar bersama, peserta didik bisa tukar pendapat, pengalaman, dan informasi di antara teman.

Daftar Pustaka

  • Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Yang, L., & Lian, R. 1991. Current Studies and Prospects of Learning Burnout. Journal of Jimei University (Education Science Edition), Vol. 8, No.2.
  • Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Gangguan Konsentrasi. Jakarta: Puspa Swara.
  • Anastasi, A. 1993. Bidang-bidang Psikologi Terapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Muna, N.R. 2013. Efektifitas Teknik Self Regulation Learning dalam Mereduksi Tingkat Kejenuhan Belajar Siswa di SMA Insan Cindekia Sekarkemuning Cirebon. Jurnal Holistik, Vol. 14, No.02.
  • Nitisemito, A.S. 1996. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia.
  • Bahrer-Kohler, S. 2012. Burnout for Expert: Prevention in the Context of Living and Working. London: Springer Science & Business.
  • Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Kejenuhan Belajar (Aspek, Indikator, Penyebab dan Cara Mengatasi). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/06/kejenuhan-belajar.html