Teman Sebaya (Aspek, Fungsi, Jenis dan Faktor yang Berpengaruh)
Teman sebaya (peers) adalah sekelompok atau kumpulan orang yang saling berinteraksi, berhubungan atau bergaul karena memiliki kesamaan dalam beberapa aspek, seperti umur/usia, perkembangan dan cara berpikir, status sosial, pekerjaan, hobi dan lain-lain. Teman sebaya merupakan bentuk pergaulan yang dilandasi kenyamanan berinteraksi dan berkomunikasi mulai dari masalah pribadi, pengalaman, ataupun hobi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pengertian teman sebaya adalah kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja dan berbuat. Teman sebaya merupakan interaksi pada sekelompok orang dengan tingkat usia, perkembangan atau status sosial yang sama, serta mempunyai tingkat keakraban yang relatif tinggi di antara kelompoknya. Pada teman sebaya biasanya individu mendapat dukungan sosial yang mengacu pada kesenangan.
Pengertian lain dari teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki umur yang hampir sama dan memiliki berbagai kesamaan seperti hobi, minat, dan hal-hal menarik lainnya. Latar belakang dari terbentuknya kelompok sebaya yaitu adanya perkembangan proses sosialisasi, kebutuhan untuk menerima penghargaan, perlu perhatian dari orang lain, Ingin menemukan dunianya.
Orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan temanya biasanya mempunyai tingkat kedewasaan atau perkembangan yang hampir sama. Selain itu teman sebaya yang dipilih biasanya teman yang memiliki kesamaan status sosial dengan individu. Teman sebaya juga merupakan orang yang sering terlibat dalam melakukan tindakan secara bersama-sama dalam pergaulan.
Pengertian Teman Sebaya
Berikut definisi dan pengertian teman sebaya dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Santrock (2007), teman sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.
- Menurut Slavin (2011), teman sebaya adalah suatu interaksi dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam usia dan status.
- Menurut Madon dan Ahmad (2004), teman sebaya adalah kelompok anak-anak atau remaja yang memiliki umur yang sama atau tingkat perkembangan yang sama.
- Menurut Vembriarto (1993), teman sebaya adalah kelompok yang terdiri dari beberapa individu yang sama, yaitu individu-individu yang memiliki kesamaan dalam berbagai aspek, terutama persamaan usia dan status sosialnya.
- Menurut Hurlock (1997), teman sebaya adalah suatu kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berpikir dan bertindak bersama-sama.
- Menurut Damsar (2011), teman sebaya adalah suatu kelompok dari orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa umumnya seseorang berhubungan atau bergaul.
Aspek-aspek Teman Sebaya
Menurut Santoso (2009), teman sebaya memiliki ciri atau karakteristik, antara lain yaitu sebagai berikut:
- Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Teman sebaya terbentuk secara spontan. Kelompok ini tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena semua anggota mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama, tetapi tetap ada satu orang di antara anggota dianggap sebagai seorang pemimpin yaitu anak yang paling disegani dan paling mendominasi dalam kelompok.
- Bersifat sementara. Teman sebaya ini bukanlah merupakan suatu organisasi resmi dan kemungkinan tidak dapat bertahan lama karena tidak ada struktur organisasi yang jelas lebih-lebih jika keinginan masing-masing anggota berbeda-beda dan tidak mencapai kesepakatan. Dapat juga mereka dipisahkan karena keadaan seperti pada teman sebaya saat lulus sekolah dan masing-masing anggotanya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang berbeda-beda.
- Teman sebaya mengajarkan individu tentang kebudayaan luas. Setiap anggota teman sebaya berasal dari lingkungan yang berbeda dan mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda pula. Dalam teman sebaya mereka akan saling memperkenalkan kebiasaan masing-masing, sehingga mereka dapat saling belajar. Secara tidak langsung kebiasaan-kebiasaan yang beraneka ragam tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kelompok, untuk melanjutkan dijadikan sebagai kebiasaan kelompok.
- Anggotanya adalah individu yang sebaya. teman sebaya yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan individu individu yang memiliki persamaan usia dan posisi sosial.
Adapun menurut Sinay (2017), terdapat tiga aspek utama yang ditemui di dalam teman sebaya, yaitu sebagai berikut:
- Keinginan meniru. Seseorang meniru orang lain dan menjadikan peniruan tersebut menjadikan sebuah tren. Seseorang merasa harus mengikuti peniruan tersebut, karena hal ini mampu meningkatkan rasa percaya diri.
- Bergabung untuk menghindari konflik. Seseorang berusaha menghindari konflik, sehingga ia memutuskan untuk mendekati kelompok teman. Jika telah berhasil mendekati dan bergabung dengan kelompok tersebut. Maka, ia akan cenderung menuruti kritik dan saran dari kelompok itu, dan kemungkinan kecil akan timbulnya sebuah konflik.
- Menjadi pengikut. Seseorang memutuskan untuk mengikuti kelompok lain dikarenakan bingung harus berbuat apa, sehingga ia mencari dan berusaha mendekati, serta menjadikan kelompok tersebut sebagai pedoman. Kemudian apa pun yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut dianggap sudah benar, dan seseorang tersebut menjadi dikendalikan oleh orang lain.
Jenis-jenis Teman Sebaya
Teman yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam proses sosialisasi. Teman yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak, maka dapat membantu anak ke arah penyesuaian yang baik. Menurut Hurlock (1997), model pertemanan pada masa anak-anak dibagi menjadi tiga klasifikasi utama, dimana pada masing-masingnya mempengaruhi sosialisasi pada periode yang berbeda. Adapun jenis-jenis teman sebaya tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kawan
Kawan adalah orang yang memuaskan kebutuhan anak akan teman melalui keberadaannya di lingkungan si anak. Anak dapat mengamati dan mendengarkan mereka tetapi tidak memiliki interaksi langsung dengan mereka. Kawan bisa terdiri dari berbagai usia dan jenis kelamin.
b. Teman bermain
Teman bermain adalah orang yang melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan si anak. Teman bermain dapat terdiri dari berbagai usia dan jenis kelamin, tetapi biasanya anak memperoleh kepuasan yang lebih besar dari mereka yang memiliki usia dan jenis kelamin yang sama, serta mempunyai minat yang sama. Keuntungan teman bermain bagi perkembangan anak adalah tanpa intervensi orang dewasa, anak-anak belajar mengatur sendiri permainan dan ruang di lapangan bermain.
c. Sahabat
Sahabat adalah orang yang tidak hanya bermain dengan anak, tetapi juga berkomunikasi melalui pertukaran ide, rasa percaya, permintaan nasehat dan kritik. Anak yang mempunyai usia, jenis kelamin dan taraf perkembangan sama lebih dipilih menjadi sahabat. Persahabatan yang kuat melibatkan komitmen yang sama dan perhatian saling memberi dan menerima.
Masih menurut Hurlock (1997), berdasarkan tingkatan jumlah anggotanya, teman sebaya dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Teman Dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain meskipun juga kadang-kadang bertengkar.
b. Kelompok Kecil
Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
c. Kelompok Besar
Kelompok besar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat berkurang di antara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka.
d. Kelompok Yang Terorganisir
Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas tahun atau tujuh belas tahun.
e. Kelompok Geng
Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng, anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.
Fungsi dan Peran Teman Sebaya
Menurut Santoso (2009), fungsi pergaulan teman sebaya antara lain adalah sebagai berikut:
- Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. Misalkan orang luar negeri masuk ke Indonesia maka teman sebayanya di Indonesia kebudayaan Indonesianya.
- Mengajarkan mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalkan ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas mengah dinamakan mobilitas sosial.
- Membantu peranan sosial yang baru. Teman sebaya memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya, anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik dan sebagainya.
- Teman sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masyarakat. Teman sebaya disekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dengan temannya.
- Teman sebaya mengajarkan moral orang dewasa. Teman sebaya bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa. Untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh kemantapan sosial.
- Dalam teman sebaya, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak, atau menemukan identitas diri.
Adapun menurut Yusuf (2002), teman sebaya memiliki beberapa peran dalam pergaulan, yaitu sebagai berikut:
a. Belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain
Teman sebaya mengajarkan seorang individu untuk menjalin suatu hubungan dengan teman-teman dalam anggota kelompoknya. Dalam berteman mereka akan lebih mudah bergaul dan bersosialisasi karena mereka memiliki berbagai kesamaan, seperti usia, status sosial, dan minat serta tujuan. Seorang individu merasa sebagai bagian dari satu kesatuan kelompok yang memberikan peran bagi tiap-tiap anggotanya.
b. Belajar mengontrol tingkah laku sosial
Dalam berteman seorang anak akan lebih mudah dalam pengawasannya, karena tingkah laku setiap individu menunjukkan perilaku umum dari kelompoknya. Hal ini mempermudah orang tua maupun guru di sekolah dalam memberikan pengawasan pada mereka. Seorang anak yang melakukan penyimpangan atau membawa nama buruk dari kelompoknya sehingga kelompoknya akan memberikan tekanan dan peringatan pada anak tersebut.
c. Belajar mengembangkan ketrampilan, dan minat yang relevan dengan usianya
Dalam berteman seorang anak dapat mengembangkan keterampilannya karena dalam kelompok tersebut banyak teman-teman yang mempunyai kegemaran yang sama. Dalam hal ini anak akan lebih mudah dalam mengembangkan keterampilannya serta menumbuhkan minat yang relevan di antara teman sebayanya untuk menurunkan eksistensi dalam kelompoknya.
d. Belajar Saling bertukar perasaan dan masalah
Dalam berteman seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya biasanya yang lebih mengerti akan dirinya dan persoalan yang dihadapi. Mereka saling bersama menumpahkan segala perasaan dan permasalahan hidup yang tidak dapat mereka ceritakan pada orang tua maupun gurunya. Kebersamaan inilah yang menyebabkan tali persahabatan antar anggota sangat kuat. Mereka tak segan-segan untuk menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapinya, seperti masalah percintaan, persahabatan sampai dengan permasalahan keluarga.
Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Teman Sebaya
Menurut Semiawan (1998), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan teman sebaya, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Kesamaan usia
Anak yang memiliki kesamaan usia dengan anak lain akan memiliki kesamaan pula dalam hal minat, topik pembicaraan serta aktivitas- aktivitas yang mereka lakukan. Hal-hal tersebut memungkinkan anak-anak untuk menjalani hubungan yang lebih baik dan erat dengan anak yang memiliki tingkat usia yang sama dengannya.
2. Situasi
Situasi atau keadaan memiliki imbas dalam menentukan sesuatu yang akan dimainkan secara bersama-sama dengan teman sebayanya. Sebagai contoh, jika mereka berada dalam lapangan terbuka, mereka akan terdorong untuk menggunakan permainan yang bersifat kooperatif dan tak luput dari penggunaan simbol atau orang. Saat anak berada dengan temannya dengan jumlah yang cukup banyak, anak akan lebih terdorong dengan melakukan permainan yang kompetitif, dibandingkan permainan kooperatif.
3. Keakraban
Keakraban dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam hubungan sosial, termasuk hubungan dengan teman sebaya. Anak akan merasa canggung jika diharuskan bekerja sama dengan teman sebaya yang kurang begitu akrab, sehingga jika diharuskan mereka melakukan kerja sama, maka masalah yang akan dihadapi akan terselesaikan dengan kurang baik dan efisien.
4. Ukuran kelompok
Jumlah anak yang saling berinteraksi juga dapat mempengaruhi hubungan teman sebaya. Semakin besar jumlah anak yang terlibat dalam suatu pergaulan dalam kelompok, interaksi yang terjadi akan semakin rendah, kurang akrab, kurang fokus, dan kurang memberikan pengaruh.
5. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dalam hal ini merupakan keterampilan menyelesaikan masalah. Semakin baik kemampuan kognitif yang dimiliki anak, yang berarti semakin pandai seorang anak dalam membantu anak lain dalam memecahkan permasalahan dalam kelompok teman sebaya, maka persepsi anak lain kepadanya akan semakin positif. Dengan demikian mereka cenderung menunjuk anak tersebut sebagai pemimpin dalam kelompok.
Daftar Pustaka
- Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
- Santrock, Jhon W. 2007. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
- Slavin, R.E. 2011. Psikologi Pendidikan dan Praktik. Jakarta: Indek Permata Puri Media.
- Madon, Zainal dan Ahmad, M. Sharani. 2004. Panduan Mengurus Remaja Modern. Bentong: PTS Professional Publishing.
- Vembriarto. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
- Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
- Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
- Santoso, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
- Sinay, Eirine. 2017. Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kecurangan Akademik pada Mahasiswa Maluku di Universitas Kristen. Jurnal Psikologi.
- Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Semiawan, Cony M. 1998. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.