Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Token Economy (Pengertian, Prinsip, dan Tahapan Pelaksanaan)

Token economy adalah suatu bentuk dan teknik modifikasi perilaku dengan cara pemberian token (tanda-tanda), yaitu sebuah kepingan, kupon, stiker, poker, atau yang lainnya. Token diberikan ketika adanya perubahan perilaku positif seperti berhasil melakukan sesuatu yang diinginkan atau mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Token economy adalah suatu prosedur sistematik yang nantinya akan diberikan kepada individu dengan tujuan sebagai penguatan atas perilaku yang diharapkan.

Token Economy (Pengertian, Prinsip, dan Tahapan Pelaksanaan)

Token economy merupakan sistem perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan bukti target perilaku setelah mengumpulkan sejumlah perilaku tertentu sehingga mencapai kondisi yang diharapkan, dengan cara subyek mendapat penghargaan setelah menunjukkan perilaku yang diharapkan. Hadiah dikumpulkan selanjutnya setelah terkumpul hadiah dapat ditukar dengan penghargaan yang bermakna.

Token economy merupakan suatu bentuk reinforcement positif berupa benda-benda yang berwujud, seperti kartu, logam, gambar bintang, dan lainnya, yang mana di akhir itu bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan baik itu berupa barang atau yang lainnya. Token yang telah terkumpul akan ditukar dengan hadiah pada waktu tertentu. Tujuan akhir yang diperoleh bahwa tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar dalam memelihara tingkah laku yang baru.

Pengertian lain menyebutkan bahwa token economy adalah suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan pengurangan perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token atau tanda-tanda. Metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuari dan pemperkuat-pemperkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Teknik token economy adalah teknik yang menekankan pada pemberian penghargaan yang bertujuan untuk memotivasi seseorang agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Pengertian Token Economy 

Berikut definisi dan pengertian token economy dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Erford (2015), token economy adalah suatu bentuk reinforcement positif dimana klien menerima suatu token ketika mereka memperlihatkan atau berhasil melakukan perilaku yang diinginkan. 
  • Menurut Purwanta (2012), token economy adalah salah satu teknik dalam modifikasi perilaku dengan cara pemberian satu kepingan (atau satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. 
  • Menurut Davision, dkk (2006), token economy adalah suatu prosedur dimana beberapa token (kupon) (misalnya kepingan poker atau stiker) diberikan ketika muncul perilaku yang dikehendaki dan dapat ditukar dengan benda-benda atau aktivitas yang diinginkan. 
  • Menurut Winto, dkk (2003), token economy adalah salah satu prosedur pengukuhan positif yang merupakan prosedur kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, mengurangi dan memelihara berbagai perilaku. 
  • Menurut Martin dan Pear (2015), token economy adalah suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemberian token (tanda-tanda).

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Token Economy 

Menurut Purwanta (2012), terdapat beberapa prinsip, aturan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan token economy agar berjalan secara efektif, yaitu sebagai berikut: 

  1. Hindari penundaan. pemberian reinforcement (penguatan) dilakukan seketika setelah perilaku sasaran muncul atau sesuai dengan kesepakatan di awal antara konselor dengan konseli. 
  2. Berikan reinforcement secara konsisten. Pemberian reinforcement secara terus menerus dan konsisten akan mempercepat peningkatan perilaku sasaran, waktu pemberian reinforcement perlu diperhatikan, karena bila mundur atau maju cukup lama intensitasnya program akan berkurang. 
  3. Persyaratan hendaknya harus jelas. Sebelum penandatanganan kontrak atau kesepakatan pelaksanaan program token economy, aturan yang digunakan harus jelas dan mudah diikuti. Baiknya antara subyek dan peneliti berdiskusi terlebih dahulu mengenai aturan-aturan dan persyaratan untuk memperoleh reward. 
  4. Pilih reinforcement yang sesuai dan kualitasnya memadai. Agar reinforcement yang ditawarkan efektif, perlu dicocokkan macam dan kualitasnya dengan situasi dan kondisi subyek, pemilihan reinforcement juga perlu memperhatikan masalah etika dan persetujuan masyarakat atau orang lain. 
  5. Jodohkan pemberian reward dengan pengukuhan sosial positif. Bila aktivitas atau tindakan sosial positif telah efektif sebagai penguatan (reinforcement), tentu salah satu tujuan yang harus dicapai dalam penggunaan reward adalah agar subyek dapat berpindah dari penguatan reward ke penguatan sosial. 
  6. Perhitungan efek terhadap orang lain. Orang-orang disekitar subyek diusahakan agar mereka ikut membantu subyek memperoleh reward, yang bila dalam jumlah tertentu seluruh kelompok akan ikut menikmati reinforcement. Namun perlu dijaga supaya mereka tidak terlalu mendorong keras atau mengancam subyek. 
  7. Perlu persetujuan berbagai pihak. Pelaksanaan program reward perlu adanya ijin dari pihak yang berkaitan, yaitu orang-orang yang ditumpangi program utamanya. Karena itu perlu ijin pelaksanaan dari orang tua, guru, kepala sekolah dan orang lain yang mengelola program yang ditumpangi. 
  8. Perlu kerja sama subyek. Program token economy (tabungan reward) sulit berhasil bila tidak ada komunikasi yang jelas dengan subyek. Makin jelas aturan main, maka semakin setuju subyek pada program yang akan dilaksanakan dan semakin lancar dalam pelaksanaan program sehingga semakin efektif hasilnya. 
  9. Perlu pencatatan. Pencatatan yang cermat mengenai frekuensi sasaran dan perilaku disampaikan sebagai penanggung jawab juga untuk mengetahui keefektifan atau keberhasilan program tersebut. 
  10. Follow-up dan penundaan pengukuhan. Bila program reward telah berhasil meningkatkan perilaku, sedangkan penguatan sosial belum dapat menggantikan keseluruhan program reward, maka perlu diadakan latihan penundaan pemberian reward.

Langkah-langkah Pelaksanaan Token Economy 

Menurut Purwanta (2005), tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan token ekonomy agar berjalan dengan baik adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan 

Dalam tahap persiapan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Menetapkan tingkah laku atau kegiatan yang akan diubah yang disebut sebagai tingkah laku yang ditargetkan.
  2. Menentukan barang (benda) atau kegiatan atau kegiatan apa saja yang mungkin dapat menjadi penukar kepingan. Guru atau orang tua harus yakin benar bahwa kegiatan atau barang tersebut disukai oleh anak. Dalam hal ini, guru atau orang tua dapat juga memilih barang-barang atau kegiatan dengan cara menanyakan kepada anak barang-barang atau kegiatan apa yang disukai anak sebagai hadiah.
  3. Memberi nilai atau harga untuk setiap kegiatan atau tingkah laku yang ditargetkan dengan kepingan. Misalnya, apabila anak menyerahkan PR-nya kepada guru setiap pagi sebelum masuk kelas, ia akan menerima 25 poin kepingan. 
  4. Menetapkan harga barang-barang atau kegiatan penukar (reinforcers = sebagai pengukuh) dengan kepingan. Misalnya, anak boleh menggunakan video game selama 15 menit dengan harga 30 kepingan.

b. Tahap Pelaksanaan 

Tahap pelaksanaan diawali dengan pembuatan kontrak antara siswa dengan guru. Kontrak cukup secara lisan dan kedua belah pihak dapat saling memahami, atau dapat ditulis tangan dan ditandatangani pihak yang bersangkutan. Guru dalam tahap ini melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan. Apabila tingkah laku yang ditargetkan muncul, maka siswa segera diberikan kepingan. Setelah kepingan sudah mencukupi untuk ditukarkan dengan barang yang diinginkan, siswa dibimbing ke tempat penukaran kepingan dengan membeli barang sesuai nilai kepingan yang didapat.

Dalam tahap pelaksanaan, terdapat rambu-rambu yang perlu diperhatikan, yaitu: 

  1. Pelaksana perlu menyiapkan alat merekam data, siapa yang mengambil data, dan kapan data direkam. 
  2. Menentukan siapa yang akan mengelola pengukuh. 
  3. Menentukan jumlah kepingan yang dapat diperoleh setiap perilaku setiap subjek, setiap hari.
  4. Waspada terhadap kemungkinan hukuman, seyogianya menggunakan sedikit hukuman.

c. Tahap Evaluasi 

Pada tahap ini akan diketahui faktor-faktor yang perlu ditambah atau dikurangi dalam daftar pengubahan perilaku yang telah dilaksanakan. Misalnya nilai kepingan perlu diuji untuk setiap tingkah laku yang akan diubah, dan melihat ketertarikan subjek dalam program yang dibuat. Keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan didiskusikan untuk merencanakan program selanjutnya.

Adapun merurut Miltenberger (2003), tahapan dalam pelaksaan token economy adalah sebagai berikut: 

  1. Mendefinisikan target tingkah laku. Langkah pertama dalam perencanaan program token economy adalah untuk mengenali dan mendefinisikan tingkah laku yang diharapkan di mana tingkah laku tersebut akan mendapat penguatan dalam program. Tujuan mendefinisikan target tingkah laku menjamin klien mengetahui tingkah laku yang diharapkan dari mereka. Memberi ketentuan target tingkah laku juga penting untuk diperhatikan sehingga perubahan dapat dicatat dan penerapan token reinforcement dapat dipercaya. 
  2. Mengenali item yang dipergunakan sebagai token. Token harus menjadi sesuatu agen perubahan nyata yang dapat diberikan dengan seketika setelah dari tiap contoh target tingkah laku. Token harus praktis dan tepat untuk dimiliki dan disalurkan dalam lingkungan treatment ketika target tingkah laku terjadi. Token dalam bentuk yang mudah dihitung dan dibawa. Ada beberapa kasus, klien bisa menghitung jumlah token yang diperoleh akan tetapi mereka tidak bisa menjaga token-nya, misalnya diagram di dinding, poin di papan tulis, dan lain-lain. 
  3. Mengenali penguat yang membackup. Token economy yang efektif harus memperhatikan penguat yang membackup. Dalam program ini penguat untuk setiap orang berbeda-beda sehingga pemilihan penguat yang membackup harus spesifik dan merupakan kebutuhan klien sebenarnya. Penguat yang membackup dapat berupa sesuatu yang dapat dimakan seperti snack atau minuman, mainan atau sesuatu yang nyata, atau berupa aktivitas seperti bermain game, menonton video atau TV dan beberapa hak istimewa. 
  4. Memutuskan jadwal penguatan yang tepat. Sebelum program dilaksanakan, perlu dibuat jadwal untuk pemberian token. Hal ini sangat penting untuk menjamin siswa yang mempunyai cukup token agar bisa menukarnya denganteratur. 
  5. Menetapkan tarif penukaran token. Penguat yang membackup harus dibeli dengan perolehan token untuk tingkah laku yang diharapkan hingga token dapat ditukar dengan penguat yang mempunyai tarif. Item yang lebih kecil ditukar dengan token yang lebih sedikit, sedangkan item yang lebih besar ditukar dengan token yang lebih banyak. Jumlah maksimum token dalam sehari juga perlu diperhitungkan. Sebaiknya penukaran token tersebut memungkinkan untuk dicapai oleh siswa akan tetapi tidak menjenuhkan. 
  6. Menetapkan waktu dan tempat penukaran token. Secara periodik, siswa bisa menukarkan token pada waktu dan tempat yang telah dijadwalkan. Tempatnya dapat berupa ruangan yang memamerkan barang yang merupakan penguat yang membackup. 
  7. Memutuskan apakah menggunakan balasan harga. Komponen balasan harga tidak selalu dipergunakan dalam token economy. Apabila token economy mampu menguatkan tingkah laku yang diharapkan, komponen ini tidak perlu disertakan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, komponen ini perlu dilaksanakan. Siswa akan kehilangan beberapa token jika siswa melakukan perilaku yang tidak diharapkan tersebut.

Variasi Penerapan Token Economy 

Selain dengan prosedur pengukuhan positif untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan, ada beberapa variasi penerapan token economy untuk mengurangi dan menghilangkan sebuah perilaku yang tidak diinginkan. Menurut Safaria (2005), variasi lain dalam penerapan token economy adalah sebagai berikut: 

a. Pemadaman (Extiction) 

Prosedur ini dilaksanakan dengan orang tua tidak memberikan baik pengukuhan positif maupun pengukuhan negatif seolah-olah orang tidak memedulikan apa saja yang dilakukan anaknya. Penerapan prosedur ini membutuhkan membutuhkan waktu yang cukup lama, dan membutuhkan konsistensi yang kuat dari orang tua. Selama penerapan prosedur pemadaman ini hendaknya orang-orang di sekitar anak jangan sampai melakukan sabotase dengan memberikan pengukuhan baik itu positif atau negatif.

b. Hukuman 

Pemberian hukuman menurut modifikasi perilaku adalah di mana pemberian suatu stimulus yang mengikuti suatu perilaku menyebabkan perilaku tersebut terhenti atau cenderung tidak berulang. Metode hukuman ini bisa berbentuk hukuman verbal maupun non verbal dan bisa pula berupa stimulus aversif (yang menyakitkan). Adapun dalam pemberian hukuman, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: 

  1. Gunakan hukuman dengan tidak sering. 
  2. Jelaskan kepada anak mengapa dihukum.
  3. Berikan kepada anak saran alternatif untuk memperoleh penguatan positif. 
  4. Berikan penguatan kepada anak atas perilaku yang bertentangan dengan perilaku yang ingin anda per lemah (misalnya, jika anda memberikan hukuman karena tidak melakukan tugas, juga beri penguatan karena melakukan tugas). 
  5. Jangan pernah menggunakan hukuman fisik. 
  6. Jangan pernah memberikan hukuman ketika anda dalam keadaan sangat marah atau emosional. 
  7. Berikan hukuman ketika suatu perilaku dimulai dan bukan setelah berakhir.

c. Penyisihan Sesaat (time-out) 

Penyisihan sesaat adalah suatu prosedur yang memindahkan sumber pengukuhan untuk sementara waktu, bila perilaku sasaran muncul sehingga anak tidak dapat memperoleh pengukuhan tersebut. Kesempatan anak untuk mendapatkan pengukuhan ditiadakan untuk sementara waktu. Contoh: Tini dan adiknya bertengkar gara-gara berebut acara TV, sehingga ibunya kemudian mematikan TV-nya selama lima menit.

d. Pengekangan singkat 

Metode ini dilakukan dengan mengapit kedua lengan anak sehingga anak tidak bisa bergerak lagi. Namun selama melakukan pengekangan singkat ini jangan berbicara kepada anak atau berinteraksi pada anak. Jika selama pengekangan singkat ini orang tua berbicara dan menunjukkan perhatiannya, maka prosedur ini bisa dianggap anak sebagai pengukuhan positif berupa perhatian.

Kelebihan dan Kekurangan Token Economy 

Seperti halnya dengan teknik pembelajaran yang lain, dalam pelaksanaan token economy terdapat kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan Token Economy 

Menurut Safaria (2005), beberapa kelebihan atau keunggulan penggunaan token economy antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Token dapat menguatkan tingkah laku target dengan seketika setelah terjadi. 
  2. Token economy tersusun dengan baik sehingga tingkah laku target yang diharapkan diperkuat secara konsekuen. 
  3. Token merupakan penguatan yang dikondisikan secara umum karena akan dipasangkan dengan penguat lain yang bervariasi. Sebagai hasilnya fungsi token sebagai penguat tanpa ada ketetapan khusus dan selalu ada. 
  4. Token mudah untuk dibagikan dan penerimaan mudah untuk dijumlahkan.
  5. Token dapat dengan mudah diukur sehingga tingkah laku yang berbeda dapat menerima token lebih banyak atau sedikit. 
  6. Penerima dapat belajar kemampuan-kemampuan yang terlibat dalam perencanaan ke depannya dengan menyimpan token tersebut untuk penukaran terhadap hal-hal yang ingin dicapai.

b. Kekurangan Token Economy 

Kekurangan dalam penerapan token economy yaitu pada waktu, pengorganisasian program, dan harga pembelian token. Waktu dalam perencanaan cukup lama karena harus dirancang dengan matang, begitu pula pengorganisasiannya. Pembelian token juga memerlukan biaya yang besar karena pengadaan pengukuh bukan hanya untuk satu siswa, melainkan siswa dalam suatu kelompok bahkan kelas. Selain itu beberapa kekurangan atau kelemahan token economy antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Membutuhkan waktu yang cukup lama. 
  2. Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan dorongan dari luar diri. 
  3. Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung/backup reinforcement.
  4. Manajemen yang tidak mendukung akan menghambat jalannya program. 
  5. Staf yang tidak terlatih akan memunculkan perilaku negatif jika perilaku positif atau perilaku yang diharapkan tidak diberikan penguatan.

Daftar Pustaka

  • Erford, B.T. 2015. 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Davision, Gerald C, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Winto, Yunita, dkk. 2003. Pengaruh Pemberian Tunjangan dengan Menggunakan Metode Token Economy Terhadap Peningkatan Kedisiplinan Kerja Karyawan. Indonesia Psikologi Jurnal.
  • Martin, G., & Pear, J. 2015. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Purwanta, Edi. 2012. Modifikasi Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Purwanta, Edi. 2005. Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
  • Safaria, Triantoro. 2005. AUTISME Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Miltenberger, Raymond, G. 2012. Behavior Modification: Principle and Procedures. Wadsworth: University of South Florida.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Token Economy (Pengertian, Prinsip, dan Tahapan Pelaksanaan). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/06/token-economy.html