Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi matematis adalah kemampuan dalam menyampaikan dan menjelaskan gagasan/ide matematis kepada orang lain berupa konsep, rumus, gambar, diagram, grafik, dan lain-lain secara cermat, analitis, kritis dan evaluatif baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi matematis yang baik dapat membantu siswa mempelajari suatu konsep matematika, sehingga siswa bisa memainkan peran, memberikan penjelasan dan menulis simbol-simbol matematika.

Kemampuan Komunikasi Matematis

kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi matematis menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, dan bekerja sama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika.

Komunikasi matematis terdiri dari empat aspek kemampuan, yaitu; kemampuan gramatikal, kemampuan sosiolinguistik, kemampuan strategis, dan kemampuan memahami wacana. Dalam berkomunikasi secara matematis peserta didik akan menggunakan ide atau gagasan berdasarkan intuisi mereka dan menggambarkannya dengan abstraksi dan simbol-simbol dalam matematika.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan atau keterampilan peserta didik untuk menggunakan kosa kata, struktur, dan notasi matematika berupa penalaran, koneksi, maupun dalam masalah yang disajikan dalam bentuk grafik, gambar, tabel, persamaan atau tulisan. Melalui komunikasi matematis, ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif, cara berpikir peserta didik dapat dipertajam, pertumbuhan pemahaman dapat diukur, pemikiran peserta didik dapat dikonsolidasikan dan diorganisir, pengetahuan matematika dan pengembangan masalah peserta didik dapat ditingkatkan.

Pengertian Komunikasi Matematis 

Berikut definisi dan pengertian kemampuan komunikasi matematis dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Lestari dan Yudhanegara (2017), komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan gagasan/ide matematis, baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ide matematis orang lain secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk mempertajam pemahaman. 
  • Menurut Idris (2005), komunikasi matematis adalah kemampuan dalam membaca, menafsirkan, menginterpretasikan grafik, dan menggunakan konsep matematika yang benar dalam menyampaikan argumen secara lisan maupun tulisan.
  • Menurut Soemarmo (2014), komunikasi matematis adalah kemampuan dalam hal menjelaskan suatu penyelesaian soal dengan bahasa yang baik dan benar, kemampuan siswa mengonstruksikan dan menjelaskan kajian soal dalam bentuk gambar, diagram, grafik, kata-kata atau kalimat, persamaan tabel. 
  • Menurut Shadiq (2009), komunikasi matematis adalah kemampuan dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengonstruksi dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata/kalimat, persamaan, dan tabel. 
  • Menurut Jazuli (2009), komunikasi matematis adalah kemampuan peserta didik dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan peserta didik mengonstruksikan dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik atau kemampuan peserta didik memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri. 
  • Menurut Susanto (2013), komunikasi matematis adalah suatu dialog dimana dalam dialog tersebut terjadi pengalihan pesan matematis yang berisikan materi matematika berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian masalah baik secara lisan maupun tertulis.

Aspek-aspek Komunikasi Matematis 

Menurut Qohar (2010), terdapat lima aspek komunikasi matematis, yaitu; representasi (representing), mendengar (listening), membaca (reading), diskusi (discussing) dan menulis (writing). Adapun penjelasan dari masing-masing aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Representasi (Representing) 

Representasi adalah membentuk model baru dari suatu ide atau permasalahan, misalnya suatu diagram direpresentasikan ke dalam bentuk tabel atau kata-kata. Representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide, dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan. Selain itu, penggunaan representasi dapat meningkatkan kreativitas dalam menjawab soal-soal matematika.

b. Mendengar (Listening) 

Mendengar merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Peserta didik tidak akan mampu memberi pendapat dengan baik apabila tidak memahami inti diskusi dengan baik. Kemampuan mendengar ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memberikan komentar atau pendapat. Peserta didik sebaiknya mendengar dengan hati-hati ketika ada pertanyaan dan komentar dari temannya. Peserta didik mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman dapat membantu menambah pengetahuannya. Pentingnya mendengar secara kritis juga dapat mendorong peserta didik memikirkan jawaban pertanyaan sambil mendengar.

c. Membaca (Reading) 

Membaca adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk menjawab pertanyaan yang telah disusun. Guru perlu menyuruh peserta didik membaca secara aktif untuk menjawab pertanyaan yang telah disusun. Membaca aktif berarti juga membaca yang difokuskan pada paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban relevan dengan pertanyaan tadi. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan dibangun atau dikonstruksi secara aktif oleh peserta didik sendiri. Pengetahuan atau konsep-konsep yang terdapat dalam buku teks atau modul tidak dapat dipindahkan kepada peserta didik, melainkan mereka bangun sendiri lewat membaca.

d. Diskusi (Discussing) 

Dalam suatu diskusi peserta didik dapat mengungkapkan ide-idenya berkaitan dengan materi yang dipelajari. Aktivitas peserta didik dalam diskusi tidak hanya meningkatkan cara berpikir kritis. Mendiskusikan suatu ide adalah cara yang baik bagi peserta didik untuk ketidak-konsistenan atau suatu keberhasilan kemurnian berpikir. Diskusi dapat menguntungkan pendengar yang baik, karena dapat memberikan wawasan baru.

e. Menulis (Writing) 

Salah satu kemampuan yang berkontribusi terhadap kemampuan komunikasi matematika adalah menulis. Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan ide-ide yang dipikirkan pada berbagai media. Dengan menulis peserta didik secara aktif membangun hubungan antara yang ia pelajari dengan apa yang sudah ia ketahui serta dapat membantu peserta didik dalam memahami materi yang ia pelajari.

Indikator Komunikasi Matematis 

Menurut Rini (2016), terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut: 

  1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
  2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya.
  3. Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan model situasi.

Adapun Menurut Soemarmo (2014), kemampuan komunikasi matematis peserta didik dapat diketahui melalui beberapa indikator, yaitu: 

  1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. 
  2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar. 
  3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
  4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 
  5. Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pernyataan yang relevan.
  6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.
  7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari.

Adapun menurut Olivares (1996), indikator kemampuan komunikasi matematis siswa adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan Gramatikal 

  1. Menggunakan simbol atau notasi matematika secara tepat. Peserta didik mampu menyajikan pernyataan atau masalah dalam soal ke dalam bahasa matematika berupa gambar, symbol atau model matematika. 
  2. Merumuskan definisi suatu istilah matematika. Peserta didik mampu mendefinisikan istilah-istilah dalam matematika, dimana definisi sendiri dalam matematika adalah ungkapan yang digunakan untuk membatasi suatu konsep dalam matematika atau memperkenalkan suatu nama dam pembicaraan tentang geometri.

b. Kemampuan Sosiolinguistik 

  1. Menyatakan permasalahan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa matematika. Bagaimana peserta didik mampu memahami dan membuat kesimpulan dari permasalahan yang diberikan dan membuat model matematika, dan penyelesaian model matematika serta peserta didik mampu membuat kesimpulan dari masalah kontekstual tersebut degan tepat dan benar. 
  2. Menyelesaikan permasalahan yang diberikan secara matematis. Menuliskan alasan untuk memperjelas penyelesaian yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diberikan atau dihadapi dan memberikan kesimpulan atas masalah yang diberikan pada akhir jawaban dengan tepat.

c. Kemampuan Strategis 

  1. Menuliskan informasi yang ada dalam permasalahan yang diberikan. Bagaimana peserta didik mampu menuliskan informasi-informasi yang bisa diperoleh dan apakah data yang diperlukan sudah cukup atau mereka perlu menggali lebih banyak lagi informasi agar dapat menyelesaikan soal. 
  2. Mendeskripsikan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah. Menjelaskan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah kontekstual, yaitu dengan memaparkan langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan strategi yang tepat dan benar.

Daftar Pustaka

  • Lestari, K.E., dan Yudhanegara, M.R. 2017. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama.
  • Idris, Noraini. 2005. Pedagogi dalam Pendidikan Matematika. Selangor: Lahpron SDN.
  • Soemarmo, Utari. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Rafika Aditama.
  • Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika, Diklat Instruktur Pengembangan Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
  • Jazuli, Akhmad. 2009. Berpikir Kreatif dalam Kemampuan Komunikasi Matematika. Prosiding Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pend. Matematika FMIPA UNY.
  • Qohar, Abdul. 2010. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis Untuk Siswa SMP. Makalah LSM XIX UNY.
  • Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Seklah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Rini, E.S. 2016. Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Inkuiri. e-Jurnal Mitra Sains. 
  • Olivares, R.A. 1996. Communication in Mathematics K-12 and Beyond 1996 Year Book. USA: National Counci of Teachers of Mathematics.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Kemampuan Komunikasi Matematis. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/07/kemampuan-komunikasi-matematis.html