Manajemen Kas (Fungsi, Motif, Strategi, Unsur dan Model)
Manajemen kas adalah strategi dan proses pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengatur arus kas (cash flow) baik arus kas jangka pendek maupun saldo-saldo kas yang ada secara efektif dan efisien sehingga dapat mempertahankan likuiditas perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional secara normal.
Manajemen kas merupakan sistem pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi. Tujuan dasar manajemen dari kas adalah memelihara besarnya investasi perusahaan dalam bentuk kas serendah mungkin, namun tetap menjaga operasional perusahaan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, jumlah kas yang ada dalam perusahaan harus maksimum, tetapi juga bunga bisa diperoleh dari penginvestasian kas tersebut dalam surat berharga dan deposito jangka pendek.
Pengertian lain menyebutkan bahwa manajemen kas adalah usaha pengelolaan suatu organisasi dalam menggunakan kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya dengan cara yang tepat. Penggunaan kas atas sumber daya likuid yang dimiliki oleh organisasi harus dilakukan seoptimal mungkin. Manajemen kas yang baik dan efektif meliputi pembuatan rencana atau anggaran kas yang tepat, untuk menjaga keseimbangan antara tingkat likuiditas perusahaan namun tetap dapat meningkatkan profitabilitasnya.
Pengertian Manajemen Kas
Berikut definisi dan pengertian manajemen kas dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Megantara, dkk (2006), manajemen kas adalah pengelolaan kas yang dimiliki oleh suatu entitas dengan memperhatikan upaya-upaya pengendalian yang baik sehingga dapat digunakan secara efisien dan efektif dalam aktivitas operasional entitas tersebut.
- Menurut Ambarwati (2010), manajemen kas adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mengatur arus kas (cash Flow) untuk mempertahankan likuiditas perusahaan serta memanfaatkan idle cash dan perencanaan cash.
- Menurut Murwanto (2006), manajemen kas adalah strategi dan proses untuk mengelola secara efektif dan efisien arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada.
- Menurut Sudana (2011), manajemen kas adalah strategi untuk menjaga saldo kas perusahaan yang cukup untuk menjalankan aktivitas usaha yang normal.
Tujuan dan Fungsi Manajemen Kas
Tujuan utama dari manajemen kas yang baik bagi perusahaan adalah dapat mendanai pengeluaran-pengeluarannya tepat pada waktunya dan memenuhi setiap kewajiban ketika jatuh tempo. Menurut Murwanto (2006), beberapa tujuan dari manajemen kas antara lain yaitu:
- Menyimpan seminimal mungkin saldo menganggur dalam sistem perbankan dan menekan seminimal mungkin biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan saldo tersebut pada sistem perbankan.
- Mengurangi risiko operasional, risiko kredit dan risiko pasar yang terkait dengan kegiatan pemerintah dan pendanaan kegiatan pemerintah.
- Menambah fleksibilitas perusahaan dalam menentukan kapan penerimaan kas ditandingkan dengan pengeluaran kas.
- Mendukung kebijakan-kebijakan keuangan lainnya.
Adapun fungsi dari manajemen kas menurut Murwanto (2006), adalah sebagai berikut:
a. Mengeliminasi saldo kas menganggur
Setiap uang yang disimpan dan tidak digunakan untuk meningkatkan pendapatan atau mengurangi biaya merupakan kerugian (lost opportunity). Dana-dana yang tidak dipakai untuk membayar transaksi-transaksi yang akan terjadi dapat digunakan untuk melunasi utang yang ada (dan pengurangan arus kas keluar dari perbendaharaan untuk pembayaran bunga) atau dapat diinvestasikan untuk menghasilkan arus kas masuk ke rekening Perbendaharaan. Minimalisasi atas saldo kas menganggur memerlukan informasi yang akurat atas perkiraan pendapatan dan kemungkinan pengeluaran.
b. Mendepositokan penerimaan tepat pada waktunya
Memiliki uang di tangan lebih baik daripada memiliki piutang (tagihan kepada pihak lain). Kas mudah dikonversi dengan segera menjadi sesuatu yang berharga atau barang. Piutang, suatu pos yang akan dikonversi di masa depan, sering kali mengalami keterlambatan penyelesaian transaksi (menunggak) atau mengalami penurunan nilai. Segera setelah penerimaan (piutang) jatuh tempo, penerimaan tersebut harus segera direalisasikan dalam bentuk kas dan segera disetorkan ke rekening Perbendaharaan.
c. Membayar tepat pada waktunya
Beberapa pembayaran harus dilakukan pada tanggal tertentu, seperti gaji pegawai ataupun bantuan langsung tunai. Untuk pembayaran-pembayaran seperti ini, tidak diperlukan keputusan manajemen kas. Untuk pembayaran-pembayaran lain, seperti pembayaran kepada rekanan, keputusan kapan membayar mungkin dilakukan. Rekanan juga menghadapi kebutuhan manajemen kas yang sama dengan perusahaan. Mereka ingin mempercepat penerimaan kas. Salah satu caranya adalah memberikan potongan pembayaran apabila pembayaran atas barang yang dijual dilakukan tepat pada waktunya.
Motif Manajemen Kas
Tujuan manajemen kas adalah untuk menjaga saldo kas perusahaan yang cukup untuk menjalankan aktivitas usaha yang normal. Besar kecilnya saldo kas yang dianggap cukup oleh suatu perusahaan tergantung pada karakteristik perusahaan dan manajemen. Menurut Sudana (2011), beberapa motif manajemen kas adalah sebagai berikut:
a. Motif Transaksi (Transaction motive)
Motif ini didasari karena perusahaan perlu mengadakan kas untuk memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan transaksi dalam kegiatan operasional perusahaan, seperti membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, membayar deviden, pajak dan lain sebagainya. Pengeluaran dan penerimaan kas tidak selamanya seimbang oleh karena itu dibutuhkan sejumlah kas untuk keperluan pengaman agar tidak mengganggu jalannya operasional perusahaan. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam kegiatan operasional perusahaan dibayar dengan menggunakan uang kas, sehingga perusahaan setiap harinya haru dapat memperkirakan berapa jumlah uang kas yang harus disediakan untuk menutup kebutuhan akan kas tersebut.
b. Motif Spekulasi (Speculative motive)
Motif ini timbul karena peluang atau kesempatan yang dapat diperoleh perusahaan. Kas untuk spekulasi diperlukan agar perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan dan peluang bisnis yang menguntungkan, seperti suku bunga yang menarik, perubahan nilai tukar mata uang asing, dan lain sebagainya. Jika perusahaan dapat memanfaatkan peluang ini, maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan dan terhindar dari kas yang menganggur, yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas.
c. Motif Berjaga-jaga (Precautionary motive)
Perusahaan mengadakan kas untuk mengamankan kegiatan perusahaan terhadap kondisi yang bersifat tidak pasti atau tidak terduga, seperti terjadinya bencana alam dan lain sebagainya. Karena nilai surat-surat berharga pasar uang cenderung stabil, sehingga perusahaan tidak perlu menyediakan jumlah kas yang cukup besar untuk motif berjaga-jaga. Cukup dengan menginvestasikannya dalam bentuk surat berharga pasar uang yang sangat likuid. Kejadian yang tidak terduga sering kali terjadi, dan bila perusahaan tidak memiliki persediaan kas untuk motif ini, maka dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan keuangan. Maka dari itu kas untuk motif berjaga-jaga ini perlu untuk diadakan.
d. Motif Saldo Kompensasi (Compensating balance motive)
Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan mengadakan kas. Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk rekening giro, sebagai kompensasi atas jasa dan pelayanan bank yang diberikan kepada perusahaan. Sistem perbankan memberikan banyak sekali jenis pelayanan pada dunia usaha. Sebagian perusahaan membayar jasa pelayanan ini secara langsung (tunai kepada pihak bank), dan terkadang sebagian lagi dengan mempertahankan sejumlah dana minimum di bank yang disebut saldo kompensasi. Saldo kompensasi ini berupa sejumlah saldo minimum yang diputuskan oleh perusahaan untuk tetap berada dalam rekening gironya di bank, dan untuk itu perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan tertentu kepada bank.
Strategi Manajemen Kas
Menurut Syamsudin (2000), terdapat tiga strategi dasar yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam manajemen kas, yaitu:
- Membayar utang dagang selambat mungkin asal jangan sampai mengurangi kepercayaan pihak supplier kepada perusahaan, akan tetapi memanfaatkan setiap potongan tunai (cash discount) yang menguntungkan bagi perusahaan.
- Mengatur perputaran persediaan secepat mungkin tetapi hindarilah risiko kehabisan persediaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan pada masa-masa selanjutnya (konsumen kehilangan kepercayaan kepada perusahaan. 3. kumpulkan piutang secepat mungkin tetapi jangan sampai mengakibatkan kemungkinan menurunnya volume penjualan dalam penjualan kredit dan pengumpulan piutang.
Hampir semua transaksi perusahaan berawal dan berakhir pada penerimaan dan pengeluaran kas, sementara berdasarkan sifatnya kas sangat mudah dibawa dan dipindahtangankan dan tidak disertai identitas pemiliknya. Oleh karena itu, kas sangat mudah diselewengkan dan menjadi sasaran kecurangan-kecurangan yang lainnya sehingga perlu untuk diadakan pengawasan terhadap kas. Pengawasan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian, yang sering kali disebabkan karena kurang terkontrolnya sistem yang dijalankan.
Menurut Sucipto (2006), strategi dalam pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan kas
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan berasal dari penjualan tunai, penerimaan kas dari piutang dan penerimaan pinjaman dari pembelian kredit. Prosedur pengawasan intern terhadap terhadap kas antara lain adalah:
- Diadakan pembagian tugas antara fungsi penerimaan, pencatatan dan penyampaian kas.
- Setiap penerimaan kas dibuatkan bukti penerimaan kas dan harus disetor dalam jumlah yang penuh ke bank pada hari yang sama atau hari kerja berikutnya.
- Dibedakan antara fungsi pengelola kas dan pencatat kas.
- Setiap hari dibuat laporan kas baik dari fungsi pengelola kas maupun dari fungsi pencatatan penerimaan kas.
- Secara intern, tanpa pemberitahuan lebih dahulu, diadakan pemeriksaan kas.
- Catatan penerimaan kas dalam jurnal penerimaan kas dapat direkonsiliasi dengan catatan setoran ke bank yang terdapat dalam rekening koran bank.
b. Pengeluaran kas
Pengeluaran kas dalam suatu perusahaan untuk membayar berbagai macam transaksi dibuatkan prosedur pengawasannya, yaitu sebagai berikut:
- Setiap pengeluaran kas yang relatif cukup besar dilakukan dengan cek, atas nama perusahaan penerima pembayaran atau pemindah bukukan.
- Pengeluaran kas sifatnya rutin dan tidak dapat dilakukan dengan cek (karena jumlahnya relatif kecil), dilakukan melalui dana kas yang diselenggarakan dengan sistem imprest.
- Digunakan sistem voucher untuk menjamin bahwa pengeluaran-pengeluaran kas memang untuk perusahaan.
- Dipisahkan antara yang menulis cek, yang menandatangani dan yang mencatat cek.
- Diadakan pemeriksaan mendadak dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
Unsur-unsur Manajemen Kas
Menurut Murwanto (2006), untuk mencapai manajemen kas yang efektif dan efisien terdapat beberapa unsur dalam setiap elemen-elemennya yang harus dikelola, yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan (Forecasting)
Perencanaan pada dasarnya adalah proses memperkirakan kemungkinan dampak terbesar yang akan terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan pengetahuan tentang kondisi sekarang yang memengaruhi kejadian di masa mendatang tersebut. Dalam konteks Manajemen Kas, tujuan dari perencanaan adalah untuk memberikan pedoman yang cukup dan tepat waktu dalam rangka menentukan tindakan untuk mencapai pengendalian yang baik atas arus kas organisasi. Adapun tujuan perencanaan kas yang baik adalah:
- Mencegah kebangkrutan.
- Mencegah kesalahan yang menimbulkan biaya yang besar.
- Membantu dalam mengendalikan biaya pendanaan.
- Meningkatkan kepercayaan pihak yang memberikan pinjaman kepada organisasi.
- Meningkatkan penggunaan dana.
b. Manajemen arus kas (mobilising and managing the cash flow)
Mobilisasi kas meliputi dua area fungsi, yaitu percepatan piutang dan pengendalian pengeluaran. Suatu perusahaan disarankan untuk memberikan penekanan dalam transaksi keuangan harian, yaitu:
- Mempercepat penagihan.
- Mengendalikan hutang.
- Mengendalikan saldo bank.
- Investasi kelebihan kas.
c. Mengendalikan saldo bank
Memberikan pengendalian yang ketat pada saldo bank menjadi sangat populer sebagai salah satu prinsip dalam Manajemen Kas. Organisasi menyadari bahwa uang yang tidak dibutuhkan untuk membiayai biaya operasional atau untuk saldo kompensasi (compesating balance) harus diinvestasikan ke dalam surat berharga yang menghasilkan pendapatan bunga. Konsekuensinya adalah organisasi tersebut harus berusaha untuk menghindari akumulasi kas yang tidak aktif pada rekening mereka dengan menggunakan laporan kas harian dan atau membuat pembayaran dengan menggunakan draft.
d. Investasi kelebihan kas
Kas di tangan (cash on hand) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan kewajiban harus diinvestasikan ke dalam surat berharga jangka pendek. Sebagai organisasi yang tidak berorientasi pada keuntungan, organisasi pemerintah didorong untuk menggunakan surat berharga jangka pendek yang mempunyai karakteristik likuiditas yang tinggi dan mudah diubah menjadi kas baik melalui pasar modal maupun karena jatuh tempo.
Model-model Manajemen Kas
Menurut Hanafi (2004), terdapat dua model dalam penentuan saldo kas yang optimal, yaitu sebagai berikut:
a. Model Boumel
Menurut Boumal, kebutuhan kas dalam perusahaan hampir mirip dengan pemakaian persediaan. Maka dari itu, Boumal berkata jika manajemen kas dan manajemen perusahaan memiliki suatu kesamaan jika ditinjau dari aspek keuangan. Jika sebuah perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, maka perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana yang dimilikinya tersebut jika terdapat kesempatan investasi lain yang akan lebih menguntungkan begitupun juga sebaliknya. Model Baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu, model ini tidak cocok untuk kondisi ketidakpastian pemakaian kas.
b. Model Miller Orr
Model Miller Orr mengasumsikan bahwa saldo kas berfluktuasi dari waktu ke waktu secara random (acak). Model ini lebih cocok untuk diterapkan oleh banyak perusahaan yang saldo kasnya berfluktuasi. Model ini pada dasarnya menentukan batas atas dan batas bawah saldo kas, serta menentukan saldo kas yang optimal yang perlu dimiliki oleh perusahaan. Dalam model manajemen kas ini, baik pemasukan maupun pengeluaran kas turut disertakan. Model ini, berasumsi bahwa arus kas bersih harian(arus kas masuk dikurangi arus kas keluar) tersebar secara normal. Arus kas bersih dapat berupa nilai yang diharapkan (Expected Value) atau bisa juga disebut nilai lebih tinggi atau nilai yang lebih rendah.
Daftar Pustaka
- Megantara, Andie, dkk. 2006. Manajemen Perbendaharaan Pemerintah Aplikasi di Indonesia. Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah (LPKPAP).
- Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
- Murwanto, Rahmadi, dkk. 2006. Manajemen Kas. Jakarta: Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah (LPKPAP).
- Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.
- Syamsudin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Sucipto. 2007. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi Universitas Sumatra Utara.
- Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.