Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Strategi Pembelajaran REACT

REACT adalah singkatan dari Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering. Strategi pembelajaran REACT adalah pembelajaran kontekstual yang melibatkan lima rangkaian strategi yang saling berkesinambungan, yaitu; relating (belajar dalam konteks pengalaman hidup), Experiencing (belajar dalam konteks penemuan), Applying (pengetahuan yang diperkenalkan dalam konteks penggunaannya), Cooperating (belajar melalui kontels komunikasi interpersonal), dan Transfering (penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks baru).

Strategi Pembelajaran REACT

Strategi pembelajaran REACT diperkenalkan oleh Center of Occupational Research and Development (CORD) di Amerika Serikat. Model pembelajaran REACT menekankan pada pemberian informasi yang berkaitan dengan informasi yang sebelumnya telah diketahui oleh siswa, sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang disampaikan oleh guru karena sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi pembelajaran REACT menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Strategi ini merupakan strategi penemuan atau discovery, yaitu strategi pembelajaran yang bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui beberapa aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya.

Model pembelajaran REACT menyebabkan siswa termotivasi dalam belajar dan menyajikan konsep-konsep yang dipelajari lebih bermakna dan lebih menyenangkan karena strategi pembelajaran ini mengaitkan proses belajar siswa dengan kehidupan sehari-hari dan mendorong siswa untuk aktif mengonstruksi sendiri pengetahuannya.

Pengertian Strategi Pembelajaran REACT 

Berikut ini definisi dan pengertian strategi pembelajaran REACT dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Prawiradilga dan Siregar (2013), REACT adalah strategi pembelajaran yang mendorong terciptanya lima bentuk pembelajaran meliputi relating, experiencing, applying, cooperating and transferring. 
  • Menurut Komalasari (2013), REACT adalah pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT (Relating: belajar konteks pengalaman hidup; Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; Applying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan paling berbagi; Transfering: belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru).
  • Menurut Crawford (2001), REACT adalah suatu strategi pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. 
  • Menurut Putri dan Santosa (2015), REACT adalah pembelajaran kontekstual, yaitu pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga/masyarakat.

Aspek-aspek Strategi Pembelajaran REACT 

Menurut Muslich (2008), aspek-aspek yang menjadi konsep dasar strategi pembelajaran REACT adalah sebagai berikut:

a. Relating (mengaitkan/menghubungkan) 

Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan. Relating merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang paling kuat sekaligus merupakan inti dari konstruktivistik. Guru dikatakan menggunakan strategi menghubungkan ketika guru mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang tidak asing bagi siswa. Pada strategi relating guru mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat di jawab oleh hampir semua siswa dari pengalaman hidupnya di luar kelas. Jadi, pertanyaan yang diajukan selalu dalam fenomena-fenomena yang menarik dan sudah tidak asing lagi bagi siswa, bukan menyampaikan sesuatu yang abstrak atau fenomena yang berada di luar jangkauan persepsi, pemahaman dan pengetahuan para siswa.

b. Experiencing (mengalami) 

Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inquiry. Experiencing adalah menghubungkan informasi baru dengan berbagai pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Pengalaman yang dimaksud disini adalah yang dialami siswa selama proses belajar. Experiencing ini disebut juga learning by doing, melalui exploration (penggalian), discovery (penemuan), dan invention (penciptaan). Relating dan experiencing merupakan dua strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai konsep baru. Dalam mengaplikasikan strategi experiencing, guru memerlukan ketelitian, kolaborasi dan kecermatan dalam menyajikan materi-materi pembelajaran. Guru dapat mengetahui kapan saatnya mengaktifkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya, sehingga dapat membantu menyusun pengetahuan baru bagi siswa.

c. Applying (menerapkan) 

Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan. Pada strategi Applying ini siswa belajar untuk menerapkan konsep-konsep ketika mereka melakukan aktivitas pemecahan masalah. Guru harus mampu memotivasi siswa untuk memahami konsep-konsep yang diberikan dengan latihan-latihan yang lebih realistis dan relevan dengan kehidupan nyata. Agar proses pembelajaran dapat menunjukkan motivasi siswa dalam mempelajari konsep-konsep serta pemahaman siswa menjadi lebih mendalam, merekomendasikan untuk memfokuskan pada aspek-aspek aktivitas pembelajaran yang bermakna. Setelah itu merancang tugas-tugas untuk sesuatu yang baru, bervariasi, beraneka ragam dan menarik. Terakhir merancang tugas-tugas yang menantang tetapi masuk akal dalam kaitannya dengan kemampuan siswa.

d. Cooperating (bekerja sama) 

Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Siswa yang melakukan aktivitas belajar secara individual kadang-kadang tidak mampu menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam menyelesaikan masalah. Siswa yang bekerja secara kelompok, mereka saling berpendapat dan berbagi ide serta belajar menghargai pendapat teman lainnya, mengevaluasi pendapat lain yang berbeda serta mengambil keputusan-keputusan dengan menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok dan diskusi bersama. Selain itu siswa yang bekerja secara kelompok memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dan motivasi dibanding siswa yang bekerja sendiri. Untuk menghindari adanya siswa yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas kelompok, menolak atau menerima tanggung jawab atas pekerjaan kelompok, atau mungkin kelompok yang terlalu tergantung pada bimbingan guru, atau kelompok yang terlibat dalam konflik.

e. Transferring (mentransfer) 

Transferring adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru. Dalam strategi transferring ini siswa diharapkan dapat menggunakan pengetahuan ke dalam konteks yang baru atau situasi yang baru. Pembelajaran diarahkan untuk menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Disini guru dituntut untuk merancang tugas-tugas untuk mencapai sesuatu yang baru dan beraneka ragam sehingga tujuan-tujuan, minat, motivasi, keterlibatan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran dapat meningkat. Manfaat dari transferring ilmu tidak hanya memberikan keuntungan bagi siswa dalam belajar berkomunikasi menyampaikan suatu gagasan, siswa juga akan mendapatkan pengetahuan yang baru yang berbeda yang disampaikan oleh siswa lainnya di dalam kelas yang bisa mereka kembangkan kembali melalui penganalisaan dan penemuan akan fakta-fakta yang ada di sekitarnya.

Penilaian Strategi Pembelajaran REACT 

Menurut Suhana dan Hanafiah (2009), strategi pembelajaran REACT merupakan pembelajaran kontekstual, dimana bentuk penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik. Adapun cara dan aspek penilaian dalam strategi pembelajaran REACT adalah sebagai berikut: 

  1. Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. 
  2. Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta apakah peserta didik belajar atau apa yang sudah diketahui peserta didik. 
  3. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif. 
  4. Penilaian dilakukan secara integral, yaitu penilaian berbagai aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan yang utuh. 
  5. Hasil penilaian digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) apabila standar minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standar nilai belum tercapai.

Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran REACT 

Setiap strategi atau model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan strategi pembelajaran REACT. Menurut Rohaeti (2019), kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran REACT adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan strategi pembelajaran REACT adalah: 

  1. Memperdalam pemahaman siswa dalam pembelajaran siswa bukan hanya menerima informasi yang disampaikan oleh guru, melainkan melakukan aktivitas mengerjakan LKS sehingga bisa mengkaitkan dan mengalami sendiri prosesnya.
  2. Mengembangkan sikap menghargai diri siswa dan orang lain dalam pembelajaran, siswa bekerja sama melakukan aktivitas dan menemukan sendiri maka siswa memiliki rasa menghargai diri atau percaya diri sekaligus menghargai orang lain. 
  3. Mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki belajar dengan bekerja sama akan melahirkan komunikasi sesama siswa dalam aktivitas dan tanggung jawab, sehingga dapat menciptakan sikap kebersamaan dan rasa memiliki.
  4. Mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Disini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah. Pada kenyataannya, siswa akan dihadapkan dalam masalah-masalah ketika hidup di masyarakat. Ketika siswa terbiasa memecahkan masalah, diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan memecahkan masalah di masa depan. 
  5. Memudahkan siswa mengetahui kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari. Strategi REACT menekankan proses pembelajaran dalam konteks. Pemecahan masalah dalam pembelajaran selalu mengaitkan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. 
  6. Membuat belajar secara inklusif. Strategi REACT melibatkan siswa dalam proses penyelesaian masalah melalui aktivitas mengalami. Selain itu, siswa dihadapkan pada pengaplikasikan dan pentransferan konsep yang juga merupakan aktivitas pemecahan masalah.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan strategi pembelajaran REACT adalah:

  1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa dan guru dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Sehingga sulit untuk mencapai target kurikulum. 
  2. Membutuhkan kemampuan khusus guru, kemampuan guru yang paling dibutuhkan adalah adanya keinginan untuk melakukan kreativitas, inovasi dan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan strategi ini. 
  3. Menuntut sifat tertentu siswa dengan menekankan pada keaktifan siswa untuk belajar dan guru hanya sebagai mediator. Siswa harus bekerja keras menyelesaikan masalah dalam kegiatan experiencing dan mau bekerja sama dalam kelompok.

Daftar Pustaka

  • Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Adimata.
  • Crawford, Michael L. 2001. Teaching Contextually: Researc Rationale, and Techniques for Improving Students Motivation and Achievement in Matematics and Science. Texas: CCI Published.
  • Prawiradilga, D.S., dan Siregar, Evelin. 2013. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
  • Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Suhana, Cucu dan Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
  • Putri, R.I., & Santosa, R.H. 2015. Keefektifan Strategi React Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Penyelesaian Masalah, Koneksi Matematis, Self Efficacy. Jurnal Riset Pendidikan Matematika.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Strategi Pembelajaran REACT. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/07/strategi-pembelajaran-react.html