Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Karakter (Pengertian, Komponen, Faktor dan Pembentukan)

Karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, berupa serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan yang terbentuk karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan serta menjadi pendorong, penggerak, dan membedakannya dengan individu lain.

Karakter (Pengertian, Komponen, Faktor dan Pembentukan)

Karakter merupakan sesuatu yang terdapat pada individu yang menjadi ciri khas kepribadian yang berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran, dan tindakan. Karakter seseorang dengan orang lainpun tidak akan sama meskipun mereka dilahirkan sebagai orang yang sama atau kembar, situasi yang dialami oleh seseorang dengan orang lain akan selalu mempengaruhi kehidupan serta cara dalam pembentukan karakter jiwa serta wataknya.

Karakter juga menjadi ciri khas yang dimiliki individu yang berkaitan dengan kualitas (mental atau moral), akhlak (budi pekerti), jati diri seseorang untuk bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik.

Pengertian Karakter 

Berikut definisi dan pengertian karakter dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Musfiroh (2008), karakter adalah serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan.
  • Menurut Samami (2016), karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 
  • Menurut Wiyani (2013), karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. 
  • Menurut Fajri (2012), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain, tabiat, watak yang menjadi ciri khas seseorang. 
  • Menurut Majid dan Dian (2013), karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. 
  • Menurut Hidayatullah (2010), karakter adalah kualitas, kekuatan mental, moral atau budi pekerti yang merupakan kepribadian khusus sebagai pendorong serta pembeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. 
  • Menurut Zubaedi (2012), karakter adalah panduan dari pada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.

Komponen Karakter yang Baik 

Menurut Lickona (2012), komponen-komponen karakter yang baik terdiri dari tiga komponen, yang masing-masingnya memiliki beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan Moral 

Pengetahuan moral terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 

  1. Kesadaran Moral. Aspek pertama dari kesadaran moral adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan kemudian untuk memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Selanjutnya, aspek kedua dari kesadaran moral adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. 
  2. Pengetahuan Nilai Moral. Nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan mendefinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi yang baik. Ketika digabung, seluruh nilai ini menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mengetahui sebuah nilai juga berarti memahami bagaimana caranya menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi.
  3. Penentuan Perspektif. Penentuan perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Hal ini merupakan prasyarat bagi penilaian moral. 
  4. Pemikiran Moral. Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral dan mengapa harus aspek moral. Seiring anak-anak mengembangkan pemikiran moral mereka dan riset yang ada menyatakan bahwa pertumbuhan bersifat gradual, mereka mempelajari apa yang dianggap sebagai pemikiran moral yang baik dan apa yang tidak dianggap sebagai pemikiran moral yang baik karena melakukan suatu hal. 
  5. Pengambilan Keputusan. Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan moral dengan cara ini merupakan keahlian pengambilan keputusan reflektif. Apakah konsekuensi yang ada terhadap pengambilan keputusan moral telah diajarkan bahkan kepada anak-anak pra-usia sekolah. 
  6. Pengetahuan Pribadi. Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk diperoleh, namun hal ini perlu bagi pengembangan karakter. Mengembangkan pengetahuan moral pribadi mengikutsertakan hal menjadi sadar akan kekuatan dan kelemahan karakter individual kita dan bagaimana caranya mengkompensasi kelemahan kita, di antara karakter tersebut.

b. Perasaan Moral 

Perasaan moral terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

  1. Hati Nurani. Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar dan sisi emosional untuk merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Hati nurani yang dewasa mengikutsertakan, di samping pemahaman terhadap kewajiban moral, kemampuan untuk merasa bersalah yang membangun. Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu perlu diperhitungkan. 
  2. Harga Diri. Harga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin karakter yang baik. Tantangan sebagai pendidik adalah membantu orang-orang muda mengembangkan harga diri berdasarkan pada nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan kemampuan diri mereka sendiri demi kebaikan. 
  3. Empati. Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman yang seolah-olah terjadi dalam keadaan orang lain. Empati memungkinkan seseorang keluar dari dirinya sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain. Hal tersebut merupakan sisi emosional penentuan perspektif.
  4. Mencintai Hal yang Baik. Bentuk karakter yang tertinggi mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang baik. Ketika orang-orang mencintai hal yang baik, mereka senang melakukan hal yang baik. Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya moral tugas. 
  5. Kendali Diri. Emosi dapat menjadi alasan yang berlebihan. Itulah alasannya mengapa kendali diri merupakan kebaikan moral yang diperlukan. Kendali diri juga diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri sendiri. 
  6. Kerendahan Hati. Kerendahan hati merupakan kebaikan moral yang diabaikan namun merupakan bagian yang esensial dari karakter yang baik. kerendahan hati merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi. Kerendahan hati juga membantu seseorang mengatasi kesombongan dan pelindung yang terbaik terhadap perbuatan jahat.

c. Tindakan Moral 

Tindakan moral merupakan hasil atau output dari dua bagian karakter lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitas moral kecerdasan dan emosi maka mereka mungkin melakukan apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar. Tindakan moral terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut: 

  1. Kompetensi. Kompetensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Kompetensi juga bermain dalam situasi moral lainnya. Untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan, seseorang harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana tindakan. 
  2. Keinginan. Pilihan yang benar dalam situasi moral biasanya merupakan pilihan yang sulit. Menjadi orang baik sering memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakan energi moral untuk melakukan apa yang seseorang pikirkan harus dilakukan. Keinginan berada pada inti dorongan moral. 
  3. Kebiasaan. Dalam situasi yang besar, pelaksanaan tindakan moral memperoleh manfaat dari kebiasaan. Seseorang sering melakukan hal yang baik karena dorongan kebiasaan. Sebagai bagian dari pendidikan moral, anak-anak memerlukan banyak kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, banyak praktik dalam hal menjadi orang yang baik. Hal ini berarti pengalaman yang diulangi dalam melakukan apa yang membantu, apa yang ramah, dan apa yang adil.

Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter 

Menurut Gunawan (2014), pembentukan karakter dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Internal 

Faktor internal adalah faktor yang timbul dalam diri seseorang, antara lain yaitu: 

  1. Insting atau naluri. Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan itu. Sedangkan naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Maka perbuatan seseorang dapar bersumber dari latihan-latihan ataupun pembawaan. 
  2. Adat atau kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Maka dapat dipahami bahwa dengan melakukan pengulangan secara terus-menerus suatu perilaku maka perilaku tersebut bisa menjadi bagian atau kebiasaan dirinya. 
  3. Kehendak/kemauan. Kemauan adalah kemauan untuk melangsungkan segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai berbagai rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada rintangan tersebut. Manfaat dari sebuah kehendak atau kemauan yaitu dapat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, terutama dalam keinginan untuk berperilaku baik, perlu didorong agar terwujud.
  4. Suara batin atau suara hati. Suara hati berfungsi memperingatkan bahaya berbuat buruk dan berusaha mencegahnya, di samping dorongan untuk melakukan hal baik. Dalam diri manusia terhadap suara batin yang dapat membuat keputusan untuk melakukan kebaikan, dan menghindari perbuatan yang buruk. 
  5. Keturunan. Keturunan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam keturunan terdapat dua jenis hal yang dapat diturunkan orang tua kepada kedua anaknya, yaitu sifat jasmaniyah yaitu kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat saraf orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya dan selanjutnya sifat ruhaniyah yaitu lemah dan kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi perilaku anak cucunya.

b. Faktor Eksternal 

Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi dari luar individu, antara lain yaitu: 

  1. Pendidikan. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter. Pendidikan untuk mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh orang baik pendidikan formal, informal maupun nonformal. Pendidikan digunakan sebagai sarana atau tempat latihan dan memperoleh informasi mengenai karakter, sehingga dianggap penting jika pendidikan dijadikan sara pembentuk karakter. 
  2. Lingkungan. Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan hidup manusia yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. Sedangkan lingkungan pergaulan bersifat kerohanian. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang baik secara langsung atau tidak langsung dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik.

Cara Pembentukan Karakter 

Menurut Walgito (2010), pembentukan karakter dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

  1. Pembentukan karakter dengan kondisioning. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori belajar kodisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh Thorendike dan Skiner. 
  2. Pembentukan karakter dengan pengertian. Di samping pembentukan karakter dengan kondisioning atau kebiasaan, pembentukan karakter atau perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian. 
  3. Pembentukan karakter dengan model. Di samping cara-cara pembentukan karakter maupun perilaku seperti tersebut di atas, pembentukan karakter masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model.

Adapun menurut Buchory dan Swadayani (2014), untuk menumbuhkan karakter yang baik sejak dini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan di sekolah, yaitu: 

  1. Perencanaan, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter, mengembangkan materi pendidikan karakter untuk tiap jenis kegiatan di sekolah, mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan, dan menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan karakter. 
  2. Implementasi, yaitu pembentukan karakter dengan kegiatan kependidikan. 
  3. Monitoring dan evaluasi, yaitu kegiatan memantau proses pelaksanaan program pendidikan karakter.

Daftar Pustaka

  • Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Tiara Wacana.
  • Samami, Muchlas. 2016. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Wiyani, N.A. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Yogjakarta: Ar Ruzz Media, 
  • Fajri. 2012. Pendidikan Karakter. Jakarta: Asa-Prima Pustaka.
  • Majid, A., dan Andayani, D. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Hidayatullah, Furqan. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.
  • Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Kencana.
  • Lickona, Thomas. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Jakarta: Bumi Aksara. 
  • Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
  • Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
  • Buchory dan Swadayani, T.B. 2014. Implementasi Program Pendidikan Karakter di SMP. Jurnal Pendidikan Karakter.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Karakter (Pengertian, Komponen, Faktor dan Pembentukan). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/08/karakter-pengertian-komponen-faktor-dan-pembentukan.html