Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Metode Sosiodrama - Pengertian, Jenis, dan Tahapan

Sosiodrama adalah suatu metode pembelajaran simulasi bermain peran yang digunakan untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan penanaman kemampuan analisis situasi dan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah tersebut. Melalui metode sosiodrama, guru menyajikan sebuah cerita dari kehidupan sosial, kemudian meminta siswa untuk memainkan peranan-peranan tertentu sesuai dengan isi cerita dalam sebuah drama.

Metode Sosiodrama - Pengertian, Jenis, dan Tahapan

Sosiodrama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat, dan drama yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya. Sosiodrama merupakan metode yang sering digunakan nilai-nilai dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Metode sosiodrama adalah salah satu bentuk kegiatan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengajaran dengan cara memeragakan masalah dalam situasi tertentu dengan gerak dan dialog. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik yang tidak mendalam yang tidak menyangkut gangguan kepribadian. Dalam metode sosiodrama, siswa dibina agar terampil menggambarkan atau mengekspresikan sesuatu yang dihayati.

Sosiodrama juga merupakan drama atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya lebih dahulu, tidak pula diadakan pemberian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu. Sosiodrama dilakukan dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa di bawah pimpinan guru. Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama.

Pengertian Metode Sosiodrama 

Berikut definisi dan pengertian metode sosiodrama dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Sanjaya (2007), sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran yang digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya. 
  • Menurut Usman (2002), sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan di mainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup di ceritakan dengan singkat dalam tempo empat atau lima menit, kemudian anak akan menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial. 
  • Menurut Ramayulis (2005), sosiodrama adalah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosial yang kemudian di minta beberapa peserta didik untuk memerankannya. 
  • Menurut Hamalik (2009), sosiodrama adalah suatu jenis teknik simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antar insan, dan teknik ini bertalian dengan studi kasus, tetapi kasus tersebut melibatkan individu manusia dan tingkah laku mereka atau interaksi antar individu tersebut melalui proses dramatisasi. 
  • Menurut Sumiati dan Asra (2009), sosiodrama adalah semacam drama sosial, berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisis situasi sosial tertentu seperti kenakalan remaja, pengaruh pergaulan bebas, dan sebagainya. Dalam sosiodrama guru menyajikan sebuah cerita yang diangkat dari kehidupan sosial. Kemudian meminta siswa memainkan peranan-peranan tertentu sesuai dengan isi cerita dalam sebuah drama. 
  • Menurut Arief (2002), sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).

Tujuan Metode Sosiodrama 

Menurut Priyandono (2018), sosiodrama adalah salah satu bentuk kegiatan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengajaran dengan cara memeragakan masalah dalam situasi tertentu dengan gerak dan dialog. Manfaat sosiodrama bagi siswa, dalam pendidikan antara lain yaitu; menyadari keterlibatannya dalam persoalan hidup, mendapat kesempatan dalam pembentukan watak, terlatih berkomunikasi dengan baik dan benar, dan terlatih berpikir cepat, baik, dan benar.

Menurut Djamarah (2012), tujuan dari sosiodrama antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. 
  2. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab sebagai makhluk sosial. 
  3. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
  4. Merangsang anak untuk berperilaku atau bersikap, berpikir dan memecahkan masalah.

Adapun menurut Hamalik (2009), tujuan dari metode sosiodrama dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 

  1. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau ketrampilan-ketrampilan reaktif. 
  2. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka. 
  3. Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku ketrampilan yang telah didramatisasikan. 
  4. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki ketrampilan-ketrampilan merekan dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.

Sedangkan menurut Daradjat, dkk (2014), metode belajar sosiodrama memiliki tujuan sebagai berikut: 

  1. Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada tempatnya, maka ia dilatih melalui temannya sendiri untuk berani berperan dalam sesuatu hal. Hal ini disebabkan karena memang ada anak didik yang disuruh ke depan kelas saja tidak berani apalagi berbuat sesuatu seperti bicara di depan orang dan sebagainya. 
  3. Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat di depan teman sendiri atau orang lain. 
  4. Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.

Jenis-jenis Metode Sosiodrama 

Menurut Rahman, dkk (2020), jenis-jenis metode sosiodrama adalah sebagai berikut:

a. Permainan Penuh 

Permainan penuh dapat digunakan untuk proyek besar yang tidak dibatasi waktu dan sumber. Permainan penuh ini merupakan alat yang sangat baik untuk menangani masalah yang kompleks dan kelompok yang berhubungan dengan masalah itu. Permainan mungkin asli atau disesuaikan dengan situasi, untuk memenuhi permintaan distributor komersial atau organisasi perjuangan, keagamaan, sosial, pendidikan, industri, dan profesional.

b. Pementasan situasi atau kreasi baru 

Teknik ini mungkin setingkat dengan permainan penuh, tetapi dirancang hanya untuk memainkan sebagian masalah atau situasi. Bentuk permainan drama memerlukan orientasi awal dan diskusi tambahan atau pengembangan lanjutan kesimpulan dengan menggunakan metode lain. Pementasan situasi dapat digunakan untuk memerankan kembali persidangan pengadilan, pertemuan dan persidangan badan legislatif.

c. Playlet 

Playlet adalah jenis permainan drama ketiga. Playlet meliputi kegiatan berskala kecil untuk menangani masalah kecil atau bagian kecil dari masalah besar. Jenis ini dapat digunakan secara tunggal atau untuk mengemas pementasan masalah yang menggunakan metode lain, atau serangkaian playlet dapat digunakan bersama untuk menggambarkan perkembangan masalah secara bertahap.

d. Blackout 

Blackout adalah jenis permainan drama yang ke empat. Jenis ini biasanya hanya meliputi dua atau tiga orang dengan dialog singkat mengembangkan latar belakang secukupnya dalam pementasan yang cepat berakhir.

Langkah-langkah Metode Sosiodrama 

Menurut Mudasir (2012), langkah-langkah pelaksanaan metode sosiodrama di kelas adalah sebagai berikut: 

  1. Bila sosiodrama baru di terapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkan terlebih dahulu teknik pelaksanaannya, dan menentukan di antara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana di mainkan di depan kelas. 
  2. Menerapkan situasi dan masalah yang akan di mainkan dan perlu juga di ceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan di pentaskan tersebut. 
  3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat di lakukan sedemikian rupa. 
  4. Setelah sosiodrama itu dalam puncak klimaks maka guru dapat menghentikan drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang di mainkan. Sosiodrama dapat pula di hentikan bila menemui jalan buntu.
  5. Guru dan siswa dapat memberikan komentar kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.

Adapun menurut Ramayulis (2005), langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan metode sosiodrama adalah sebagai berikut: 

  1. Persiapan. Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan di peragakan atau memilih tema cerita, dan menjelaskan mengenai peranan-peranan yang akan di mainkan siswa.
  2. Penentuan perilaku. Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk bermain peran dengan memberikan petunjuk atau contoh yang sederhana agar mereka siap mental. 
  3. Penentuan pelaku atau pemeran. Para pelaku memainkan peranan sesuai dengan imajinasi atau daya tanggap masing-masing siswa. 
  4. Diskusi. Dilanjutkan dengan diskusi yang di pimpin oleh guru. Diskusi berkisar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita, sehingga terhadirlah suatu pembicaraan berupa tanggapan, pendapat dan beberapa kesimpulan. 
  5. Ulangan permainan. Saran-saran atau kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi.

Menurut Sanjaya (2007), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode sosiodrama adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Masalah 

Partisipan kelompok dalam memilih dan menentukan masalah sangat diperlukan. Masalah harus signifikan dan cukup dikenal oleh pemain maupun pengamat. Masalah harus valid, jelas, dan sederhana sehingga peserta dapat mendiskusikan secara rasional. Diperlukan kehati-hatian untuk menghindari masalah yang dapat mengungkapkan isu yang tersembunyi, tetapi menyimpang dari tujuan permainan peran. Dalam hal ini, baik pengamat maupun pemain harus benar-benar mengerti permasalahannya. Sebagai contoh, petani penyewa mencoba meyakinkan tuan tanah untuk membantu mereka membeli benih unggul untuk meningkatkan produksi.

b. Membentuk Situasi 

Desain peran yang dimainkan atau situasi tergantung pada hasil yang diinginkan. Kehati-hatian perlu diambil untuk menghindari situasi yang kompleks, yang mungkin mengacaukan perhatian pengamat dari masalah yang dibahas. Situasi harus memberikan sesuatu yang nyata kepada pemain dan kelompok, dan dapat saat yang sama memberikan pandangan umum dan pengetahuan yang diinginkan.

c. Membentuk Karakter 

Keberhasilan proses permainan peran sering ditentukan oleh peran dan pemain yang layak dipilih. Peran yang akan dimainkan harus dipilih secara hati-hati. Pilihlah peran yang akan memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan pertemuan. Biasanya, permainan peran melibatkan peran yang sedikit. Pemain yang terbaik harus dipilih untuk setiap peran. Peran-peran harus diberikan kepada mereka yang mampu membawakannya dengan baik dan mau melakukannya. Orang tidak seharusnya dipaksa memainkan suatu peran, tidak pula harus diminta untuk memainkan peran yang mungkin membuat bingung setelah penyajian.

d. Mengarahkan Pemain 

Permainan yang spontan tidak memerlukan pengarahan. Akan tetapi, permainan peran yang terencana memerlukan pengarahan dan perencanaan yang matang. Penting bagi pemain untuk dapat memainkan perannya pada saat yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Pengarahan diperlukan untuk memberitahukan tanggung-jawab mereka sebagai pemain. Pengarahan mungkin dilakukan secara resmi atau tidak resmi, tergantung situasi dan pengarahan tidak harus menentukan apa yang harus dikatakan atau dilakukan.

e. Memahami Peran 

Biasanya suatu hal yang baik bagi pengamat untuk tidak mengetahui peran apa yang sedang dimainkan. Permainan harus diatur waktunya secara hati-hati dan spontan. Penting untuk diketahui, apabila ada beberapa pemain, hendaknya mereka mulai bermain pada saat yang sama dan berakhir pada saat yang sama pula, yaitu ketika permainan dihentikan.

f. Menghentikan/memotong 

Efektivitas permainan peran mungkin sangat berkurang jika permainan dihentikan terlalu cepat atau dibiarkan berlangsung terlalu lama. Pengaturan waktu sangat penting. Permainan peran yang lama tidak efektif, jika sebenarnya hanya diperlukan beberapa menit untuk memainkan peran yang diinginkan. Permainan harus dihentikan sesegera mungkin setelah permainan dianggap cukup bagi kelompok untuk menganalisis situasi dan arah yang ingin diambil. Dalam beberapa kasus, permainan dapat dihentikan apabila kelompok sudah dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika permainan tetap diteruskan, dan permainan harus dihentikan jika pemain mengalami kebuntuan yang disebabkan penugasan atau pengarahan yang kurang memadai.

g. Mendiskusikan dan menganalisis permainan 

Langkah terakhir ini harus menjadi pembersih, jika peranan dimainkan dengan baik, pengertian pengamat terhadap masalah yang dibahas akan semakin baik. Diskusi harus lebih difokuskan pada fakta dan prinsip yang terkandung daripada evaluasi pemain. Suatu ide yang baik, jika membiarkan pemain mengekspresikan pandangan mereka terlebih dahulu. Ada saatnya bagi pengamat untuk menganalisis, yaitu setelah pemain mengekspresikan diri.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Sosiodrama 

Setiap metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan metode sosiodrama. Menurut Mudasir (2017), kelebihan dan kekurangan metode sosiodrama adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan metode sosiodrama adalah: 

  1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Di samping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk di lupakan. 
  2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
  3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
  4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
  5. Di mungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan atau membuka kesempatan bagi lapangan kerja.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan metode sosiodrama adalah: 

  1. Sosiodrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang atau banyak.
  2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid, dan ini tidak semua guru memilikinya. 
  3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu. 
  4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
  5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode sosiodrama. 
  6. Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit di sajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peran ini.

Daftar Pustaka

  • Sanjaya. 2007. Metode pembelajaran. Jakarta: Kencana.
  • Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press.
  • Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
  • Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
  • Sadiman, Arief. 2002. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Priyandono. 2018. Mendidik Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Bandung: Rasi.
  • Djamarah, Syaiful Bahri. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Daradjat, Zakiyah dkk. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Firman & Rahman, S.R. 2020. Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES).
  • Mudasir. 2012. Desain Pembelajaran. Riau: STAI Nurul Falah Press.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Metode Sosiodrama - Pengertian, Jenis, dan Tahapan. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/08/metode-sosiodrama.html