Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Penilaian Autentik (Pengertian, Karakteristik, Prinsip dan Jenis)

Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang melibatkan berbagai pengukuran yang mencerminkan prestasi, kompetensi, motivasi, dan sikap peserta didik yang menunjukkan produk dan kinerja di dunia nyata yang merupakan penerapan esensi dari pengetahuan dan keterampilan.

Penilaian autentik

Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Menurut Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang standar penilaian, menyebutkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai, mulai dari proses hingga keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik (authentic assessment) mencakup ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Penilaian autentik dikenalkan oleh Grant Winggins pada tahun 1990. Penilaian autentik menunjukkan kemampuannya secara langsung atau dengan menunjukkan produk yang telah dibuatnya. Peserta didik tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional. Penilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk.

Penilaian autentik merupakan penilaian oleh guru dengan pengamatan secara langsung dari kinerja yang dilakukan oleh siswa, dimana tugas yang diberikan menyerupai dengan pengaplikasian di kehidupan nyata yang dialami sehari-hari dan harus dilakukan dengan seobjektif-objektifnya, sebenar-benarnya dan senyata-nyatanya. Dalam penilaian autentik memerhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya.

Pengertian Penilaian Autentik 

Berikut definisi dan pengertian penilaian autentik dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Sani (2016), penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang melibatkan peserta didik dalam persoalan yang berguna atau pertanyaan penting sehingga peserta didik harus menggunakan pengetahuan untuk menunjukkan kinerja secara efektif dan kreatif. 
  • Menurut Kunandar (2015), penilaian autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. 
  • Menurut Sudijono (2011), penilaian autentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. 
  • Menurut Supa’at (2017), penilaian autentik adalah suatu proses penilaian yang melibatkan berbagai pengukuran berupa produk dan kinerja yang mencerminkan prestasi, kompetensi, motivasi, dan sikap peserta didik pada pembelajaran dikelas. 
  • Menurut Majid (2015), penilaian autentik adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Gambaran perkembangan peserta didik perlu diketahui oleh pendidik agar dapat memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. 
  • Menurut Komarudin (2016), penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dilakukan seobjektif-objektifnya, senyata-nyatanya, atau sebenar-benarnya dalam konteks kehidupan nyata sehingga hasil penilaian menjadi lebih akurat.

Karakteristik Penilaian Autentik 

Menurut Kunandar (2015), karakteristik penilaian autentik adalah sebagai berikut: 

  1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya, penilaian autentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif). 
  2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya, penilaian autentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan aspek keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan). 
  3. Berkesinambungan dan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik harus secara berkesinambungan dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. 
  4. Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik secara komprehensif.

Prinsip-prinsip Penilaian Autentik 

Menurut Wulan dan Rusdiana (2015), prinsip-prinsip dalam penilaian autentik adalah sebagai berikut: 

  1. Keeping track, yaitu penilaian harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan peserta didik sesuai rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. 
  2. Checking up, yaitu penilaian harus mampu mengecek kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran.
  3. Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam pembelajaran. 
  4. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.

Adapun menurut Sani (2016), penilaian autentik memiliki beberapa prinsip, yaitu: 

  1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisahkan dari proses pembelajaran. 
  2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah. 
  3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. 
  4. Penilaian harus bersifat holistis yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

Sedangkan menurut Kunandar (2015), prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam penilaian autentik adalah: 

  1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
  2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 
  3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 
  4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 
  5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertangung-jawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Ciri-ciri Penilaian Autentik 

Menurut Kunandar (2015), ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut: 

  1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik.
  2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik , guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
  3. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik. 
  4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. 
  5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari. 
  6. Penilaian harus menekankan ke dalam pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.

Pendapat lain menyebutkan bahwa terdapat tiga ciri dari penilaian autentik, yaitu sebagai berikut: 

  1. Autentik dari instrumen yang digunakan. Artinya dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menggunakan instrumen yang bervariasi (tidak hanya satu instrumen) yang disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan kompetensi yang ada di kurikulum. 
  2. Autentik dari aspek yang diukur. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menilai aspek-aspek hasil belajar secara komprehensif yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. 
  3. Autentik dari aspek kondisi peserta didik. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik, proses (kinerja dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar), dan output (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Jenis–jenis Penilaian Autentik 

Menurut Majid (2015), penilaian autentik dapat dilakukan atau diterapkan dalam beberapa jenis, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Penilaian Proyek 

Proyek merupakan salah satu bentuk penilaian autentik yang berupa pemberian tugas kepada siswa secara berkelompok. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi berbagai perbedaan belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Tugas proyek akademik yang diberikan adalah tugas yang terkait dengan konteks kehidupan nyata. Oleh karena itu, tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan oleh peserta didik untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengelolaan, analisis, dan penyajian data.

b. Penilaian Kinerja 

Pengamatan atas penilaian kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengonservasikan pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi. Penilaian diri termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.

c. Penilaian Portofolio 

Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa dalam periode waktu tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian. Fokus tugas–tugas kegiatan pembelajaran dalam portofolio adalah pemecahan masalah, berpikir, pemahaman, menulis, komunikasi, dan pandangan siswa sendiri terhadap dirinya sebagai pembelajar. Tugas yang diberikan kepada siswa dalam penilaian portofolio adalah tugas dalam konteks kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut secara lebih kreatif, sehingga siswa memperoleh kebebasan dalam belajar. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu.

d. Jurnal 

Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah dipelajari atau diperoleh dalam proses pembelajaran. Jurnal dapat digunakan untuk mencatat atau merangkum topik-topik pokok yang telah dipelajari, perasaan siswa dalam belajar mata pelajaran tertentu, kesulitan-kesulitan dan keberhasilan-keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah atau topik pelajaran, dan cacatan atau komentar siswa tentang harapan-harapannya dalam proses aturan-aturan yang digunakan untuk menilai kinerja siswa.

Daftar Pustaka

  • Sani, Ridwan Abdullah. 2016. Penilaian Autentik. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Supa’at. 2017. Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam. Kudus: IAIN Kudus.
  • Majid, Abdul. 2015. Penilaian Autentik Proses Dan Hasil Belajar. Bandung: Remaja  Rosdakarya.
  • Kunandar. 2015. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Komarudin. 2016. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Pada Materi Peluang Berdasarkan Highorder Thinking dan Pemberian Scaffolding. Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam, Vol.VIII, No.1.
  • Wulan, E.R., dan Rusdiana, H.A. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Penilaian Autentik (Pengertian, Karakteristik, Prinsip dan Jenis). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/08/penilaian-autentik.html