Asimetri Informasi - Pengertian, Jenis dan Pengukuran
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana pihak-pihak tertentu di dalam perusahaan lebih memiliki akses atau lebih menguasai informasi mengenai prospek dan risiko perusahaan di masa depan dibandingkan dengan pihak luar, misalnya para pemegang saham atau investor.
Asimetri infomasi merupakan hasil dari ketika salah satu pihak yang lebih tahu informasi yang mendetail dari pada pihak yang lain. Dari konteks perusahaan pihak yang lebih tahu akan informasi perusahaan adalah manager yang sebagai agen dan pihak yang mendapatkan informasi yang sedikit dan informasi sangat penting yaitu para investor dan kreditor.
Asimetri informasi dapat terjadi karena manajer lebih mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemilik atau pemegang saham sehingga memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan berorientasi pada laba. Semakin besar asimetri informasi yang terjadi maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya manajemen laba.
Asimetri informasi juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya.
Pengertian Asimetri Informasi
Berikut definisi dan pengertian asimetri informasi dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Veno dan Sasongko (2016), asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi lebih atas prospek perusahaan dimasa depan dibanding para pemegang saham (pemilik) dan stakeholder lainnya.
- Menurut Jogiyanto (2010), asimetri informasi adalah kondisi yang menunjukan sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya tidak memiliki.
- Menurut Suwarjono (2014), asimetri informasi adalah dimana manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai informasi dibandingkan investor/kreditor.
- Menurut Scott (2009), asimetri informasi adalah salah satu pihak yang ikut atau turut serta dalam pasar seperti penjual misalnya akan mengetahui tentang suatu aset yang diperdagangkan kepada pihak lainnya yang turut berpartisipasi dan tidak tahu ketika situasi ini keluar.
- Menurut Hanafi (2014), asimetri informasi adalah pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan, pihak tertentu mempunyai informasi lebih baik dibandingkan dengan pihak luar.
- Menurut Yuono dan Widyawati (2016), asimetri informasi adalah manajemen secara umum mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan dibanding investor.
Jenis-jenis Asimetri Informasi
Menurut Scott (2009), asimetri informasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis informasi yang diperoleh dimana satu atau lebih pihak dalam suatu transaksi bisnis, atau transaksi potensial memiliki keunggulan informasi melalui pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya mengetahui kondisi terkini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar. Dalam konteks akuntansi maka jenis informasi adverse selection terjadi ketika dalam sebuah perusahaan manager perusahaan dan pihak internal perusahaan mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan prospek dimasa yang akan datang daripada investor dan kreditor sebagai pihak eksternal.
b. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis informasi dimana satu atau lebih pihak dalam suatu transaksi bisnis, atau transaksi potensial, dapat mengamati tindakan mereka dalam pemenuhan transaksi tetapi pihak lain tidak bisa. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
Pengukuran Asimetri Informasi
Menurut Tarigan (2011), pengukuran asimetri informasi dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut:
a. Berdasarkan analyst forecast
Metode ini dikembangkan berdasarkan pemikiran dari Blackwell dan Dubins. Proxy yang digunakan adalah keakuratan analis dalam melakukan prediksi atas earning per share (EPS) dan diprediksi para analis sebagai ukuran asimetri informasi. Masalah yang sering timbul dari perhitungan ini adalah para analis sering kali bersikap over-reacting terhadap informasi positif dan bersikap under-reacting terhadap informasi negatif. Selain itu, penggunaan forecast error sebagai cara menghitung asimetri informasi tidak selalu berhubungan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan melainkan mungkin berhubungan dengan fluktuasi dari earning dan bukan disebabkan oleh asimetri informasi yang lebih tinggi.
b. Berdasarkan kesempatan berinvestasi
Bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi mempunyai kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas pada periode mendatang, prediksi tersebut berdasarkan aset perusahaan. Beberapa proksi yang banyak digunakan adalah rasio market value to book value dari ekuitas, market to book value dari asset, price earning ratio. Alasan penggunaan rasio tersebut adalah:
- Rasio market to book value dari ekuitas dan asset, selain mencerminkan kinerja perusahaan, juga mencerminkan potensi pertumbuhan perusahaan dengan aset yang dimilikinya.
- Price earning ratio mencerminkan risiko dari pertumbuhan earning yang dihadapi perusahaan.
c. Berdasarkan teori market microstructure
Yang menjadi perhatian luas dari teori ini adalah bagaimana harga dan volume perdagangan dapat terbentuk. Untuk melihat kedua faktor tersebut terbentuk melalui bid-ask spread yang menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi kerugian yang dialami dealer (perusahaan) ketika melakukan transaksi dengan pedagang terinformasi (informed traders). Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dimana trader (pedagang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dimana trader bersedia menjual saham tersebut.
Menurut Jogiyanto (2010), indikator yang biasa digunakan untuk mengukur variabel asimetri informasi dapat dilihat dari selisih harga beli terendah yang diajukan oleh pembeli dan harga jual tertinggi yang diminta oleh penjual. Asimetri informasi diukur menggunakan bid-ask spread yang merupakan salah satu ukuran dalam likuiditas yang mengukur asimetri informasi antara manajemen laba dan pemegang saham perusahaan. Dimana asimetri informasi dapat dilihat dari harga saat ask dengan harga bid saham perusahaan atau selisih harga jual dengan harga beli saham perusahaan selama satu tahun.
Menurut Veno dan Sasongko (2016), asimetri Informasi diketahui dengan mengukur bid-ask spread suatu perusahaan. Asimetri informasi diproksikan dengan bid-ask spread, yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
- SPREAD = Selisih harga saat ask dengan harga bid perusahaan yang terjadi pada t
- Askit = Harga ask tertinggi saham perusahaan I yang terjadi pada hari t
- Bidit = Harga bid terendah saham perusahaan I yang terjadi pada hari t
Teori Bid-ask Spread
Menurut Subali dan Zuhroh (2002), Bid-ask Spread adalah selisih antara harga beli tertinggi (bid) yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual (ask) terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk menjual sahamnya. Bid-ask spread yang merupakan fungsi dari transaction cost mempengaruhi perdagangan dan menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang atau pendek aset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi atau rendah.
Jika seorang investor ingin membeli atau menjual suatu saham atau sekuritas lain di pasar modal, dia biasanya melakukan transaksi melalui broker atau dealer yang memiliki spesialisasi dalam suatu sekuritas. Broker atau dealer inilah yang siap untuk menjual pada investor untuk harga ask jika investor ingin membeli suatu sekuritas. Jika investor sudah mempunyai suatu sekuritas dan ingin menjualnya, maka broker atau dealer yang akan membeli sekuritas dengan harga bid. Perbedaan antara harga bid dan harga ask ini adalah spread. Jadi bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi bagi broker atau dealer bersedia untuk membeli suatu saham dan harga jual dimana broker atau dealer bersedia untuk menjual saham tersebut.
Jadi bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi bagi broker atau dealer bersedia untuk menjual saham tersebut. Penggunaan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri informasi dikarenakan dalam mekanisme pasar modal, pelaku pasar modal juga menghadapi masalah keagenan. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal guna mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual sekuritasnya, sehingga aktivitas yang mereka lakukan dipengaruhi oleh informasi yang diterima baik secara langsung (laporan publik) maupun tidak langsung (insider trading).
Dealers atau market-makers memiliki daya pikir terbatas terhadap persepsi masa depan dan menghadapi potensi kerugian ketika berhadapan dengan informed traders. Hal inilah yang menimbulkan adverse selection yang mendorong dealer untuk menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan meningkatkan spread-nya terhadap pedagang likuid. Jadi dapat dikatakan bahwa asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang terinformasi tercermin pada spread yang ditentukannya.
Terdapat tiga komponen kos dalam menetapkan bid-ask spread, yaitu:
- Biaya Pemprosesan pesanan (Order Processing Cost). Biaya pemprosesan pesanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengatur transaksi, mencatat serta melakukan pembukuan.
- Biaya Pemilikan Saham (Inventory Holding Cost). Biaya pemilikan saham merupakan biaya oportunitas dan resiko saham yang berkaitan dengan pemilikan saham.
- Cost Adverse Selection. Cost adverse selction terjadi karena informasi terdistribusi secara asimetri di antara partisipan pasar modal, oleh karena itu broker atau dealer mengahadapi masalah adverse selection karena broker atau dealer melakukan transaksi dengan investor yang memiliki informasi yang superior.
Daftar Pustaka
- Veno, Andri dan Sasongko, Noer. 2016. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya.
- Jogiyanto, H.M. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
- Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan). Yogyakarta: BPFE.
- Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. Canada: Prentice Hall.
- Hanafi, Mamduh M. 2014. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
- Yuono, CAS dan Widyawati D. 2016. Pengaruh Perencanaan Pajak dan Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Surabaya: STIESIA.
- Tarigan, Christina Theresia. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba.
- Subali dan Zuhroh, Dian. 2002. Analisis Pengaruh Transaction Cost Terhadap Holding Period Saham Biasa (Studi Kasus Pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2000). Jurnal Riset Akuntasi.