Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kepekaan Sosial (Social Sensitivity)

Koping religius adalah suatu proses, cara dan usaha untuk memahami dan mengatasi sumber-sumber masalah yang dihadapi oleh individu dengan memasukkan pemahaman beragama, yakni dikaitkan dengan unsur Ketuhanan. Koping religius selain dapat mencegah atau mengurangi emosional negatif juga dapat meningkatkan religiusitas, yaitu mempererat hubungan individu dengan Tuhan.

Koping Religius

Koping religius adalah sejauh mana individu menggunakan strategi kognitif atau perilaku yang didasarkan pada keyakinan dan praktik ritual religiusnya untuk memfasilitasi proses pemecahan masalah dalam mencegah atau meringankan dampak psikologis negatif dari situasi yang penuh stres dan hal ini membantu individu untuk beradaptasi dalam situasi kehidupan yang menekan.

Koping religius adalah teknik mengatasi masalah atau tekanan yang dihadapi dalam hidup dengan memasukkan unsur religius dan spiritualitas yang mengacu kepada satu kekuatan yang amat besar yang disebut dengan Tuhan. Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat spiritual atau religiusitas yang tinggi dan menggunakan koping religius dalam kehidupannya maka individu tersebut akan lebih tenang dan tidak cemas dalam menghadapi masalah hidup.

Koping religius juga diartikan sebagai strategi atau upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami dan menangani masalah tekanan hidup berdasarkan keyakinan dan ajaran agama untuk menguasai, mentolelir atau mengurangi tuntutan eksternal dan internal dan konflik yang timbul di dalamnya dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Koping religius mewakili lima fungsi keagamaan, yaitu pencarian makna, pencarian untuk penguasaan dan kontrol, pencarian untuk kenyamanan dan kedekatan kepada Tuhan, mencari keintiman dan kedekatan kepada Tuhan, dan mencari perubahan hidup.

Pengertian Koping Religius 

Berikut definisi dan pengertian koping religius dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Utami (2012), koping religius adalah suatu proses dan kegiatan usaha individu dalam menghadapi peristiwa kehidupan melalui keagamaan. 
  • Menurut Angganantyo (2014), koping religius adalah cara pengentasan masalah dengan memasukkan pemahaman pada kekuatan yang amat besar dalam hidup, dimana kekuatan tersebut dikaitkan dengan unsur Ketuhanan. 
  • Menurut Ano dan Vasconcelles (2005), koping religius adalah sebuah penyelesaian masalah dengan menggunakan kepercayaan atau perilaku beragama untuk mencegah atau mengurangi konsekuensi emosional negatif yang penuh tekanan. 
  • Menurut Anggraini (2014), koping religius adalah upaya memahami dan mengatasi sumber-sumber stres dalam hidup dengan melakukan berbagai cara untuk mempererat hubungan individu dengan Tuhan. 
  • Menurut Pargament (1997), koping religius adalah metode Koping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Koping religius mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat meningkatkan religiusitas seseorang.

Pendekatan Koping Religius 

Menurut Pargament (1997), terdapat tiga pendekatan dalam pelaksanaan koping religius, yaitu sebagai berikut:

a. Self-Directing (keterikatan pada agama) 

Pendekatan self-directing, secara aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan. Peranan self-directing dalam Koping religius mempunyai dampak yang positif dan mempunyai kematangan dalam memecahkan suatu masalah dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan Tuhan di kehidupan seseorang.

b. Collaborative (keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan) 

Proses collaborative adalah metode yang paling sering dipakai dalam koping religius. Salah satu metode koping religius ini menggambarkan keterpaduan usaha seseorang dengan tuhannya dalam memecahkan permasalahan hidupnya. Collaborative adalah keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan dimana seseorang dan Tuhan saling bekerja sama dan menganggap Tuhan sebagai partner dalam memecahkan masalah.

c. Deferring (keyakinan bahwa ada solusi dari permasalahan) 

Deferring adalah menyerahkan sepenuhnya atas pencarian solusi dari permasalahan hidup yang dihadapi kepada Tuhan. Deferring bersifat pasif, individu menunggu jawaban atas solusi masalahnya. Dalam kenyataannya, proses deferring ini sangat membantu seseorang dalam mengatasi permasalahan hidupnya.

Jenis-jenis Koping Religius 

Koping religius tidak hanya berdampak positif melainkan juga negatif bagi kesehatan mental. Menurut Pargament (1997), terdapat dua bentuk koping religius, yaitu sebagai berikut:

a. Koping Religius Positif 

Koping religius positif adalah sebuah ekspresi spiritualitas, hubungan yang aman dengan Tuhan, keyakinan bahwa ada makna yang dapat ditemukan dalam hidup, serta adanya hubungan spiritualitas dengan orang lain. Beberapa bentuk koping religius positif yaitu dukungan spiritualitas, penilaian kembali mengenai kebaikan dalam agamanya, serta adanya pendekatan kolaboratif atau aktif dalam mengatasi masalah. Gaya pendekatan kolaboratif atau aktif ini menunjukkan adanya tanggungjawab bersama dalam proses penyelesaian masalah dan kerja sama individu dengan Tuhan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Koping religius positif juga diasosiasikan dengan penyesuaian yang lebih baik, kesejahteraan yang lebih baik, berkurangnya persepsi dari beban antar pemberi perhatian, dan lebih banyak efek positif.

b. Koping Religius Negatif 

Koping religius negatif adalah sebuah ekspresi dari hubungan yang kurang aman dengan Tuhan, pandangan yang lemah dan kesenangan terhadap dunia, serta tidak adanya perjuangan religiusitas dalam pencarian makna. Koping religius negatif diasosiasikan dengan distres, fungsi kognitif yang buruk, tingkat depresi yang tinggi dan kualitas hidup yang buruk. Bentuk dari koping religius negatif meliputi penilaian negatif terhadap agamanya dan juga munculnya sikap pasif pada individu ketika menghadapi suatu masalah, yakni hanya menunggu solusi dari Tuhan tanpa aktif bertindak.

Aspek-aspek Koping Religius 

Menurut Pargament (1997), berdasarkan jenisnya aspek-aspek koping religius adalah sebagai berikut:

a. Aspek Koping Religius Positif 

  1. Benevolent religious reappraisal. Menggambarkan kembali stresor melalui agama secara baik dan menguntungkan. Misalnya adanya anggapan bahwa apa yang didapatkan saat ini adalah balasan Allah atas amal baik yang telah mereka lakukan. Mereka dapat mengambil hikmah atas cobaan yang dialaminya. Ketika harapannya tidak tercapai, mereka tetap berpikir bahwa Allah memberikan yang terbaik untuknya.
  2. Collaborative religious coping. Mencari kontrol melalui hubungan kerja sama dengan Allah dalam pemecahan masalah. Ketika sedang menghadapi masalah individu mampu berusaha, berdoa, dan merasa mendapatkan bimbingan dari Allah. Individu merasa ditemani Allah saat menghadapi kesulitan. 
  3. Seeking spiritual support. Mencari kenyamanan dan keamanan melalui cinta dan kasih sayang Allah. Ketika menghadapi musibah individu menganggapnya sebagai ujian karena Allah sayang kepadanya. Individu akan berusaha ikhlas dalam menghadapi cobaan dan akan berusaha mengingat Allah untuk menghilangkan ketakutan yang dirasakannya. 
  4. Religious purification. Mencari pembersihan spiritual melalui amalan religius, misalnya mengakui dosa-dosa yang telah diperbuat dan memohon ampun kepada Allah. Untuk mengurangi dosanya, mereka perbanyak melakukan amal kebaikan. 
  5. Spiritual connection. Mencari rasa keterhubungan dengan kekuatan transenden. Misalnya adanya anggapan bahwa segala sesuatu yang dialami sudah menjadi kehendak Allah. Dengan melihat ciptaan Allah, mereka semakin yakin bahwa Allah itu ada, dan merasa doa-doanya dikabulkan Allah. 
  6. Seeking support from clergy or members. Mencari kenyamanan dan keamanan melalui cinta dan kasih sayang saudara seiman dan alim ulama, misalnya ketika menghadapi cobaan individu akan mencari dukungan spiritual dari ustadz. 
  7. Religious helping. Usaha untuk meningkatkan dukungan spiritual dan kenyamanan pada sesama, misalnya mendo akan teman agar mereka dapat diberi kekuatan Allah untuk mengatasi masalahnya. 
  8. Religius forgiving. Mencari pertolongan agama dengan membiarkan pergi setiap kemarahan, rasa sakit dan ketakutan yang berkaitan dengan sakit hati. Misalnya untuk mengurangi rasa marah, dan menghilangkan rasa takut berusaha mohon bimbingan dan mohon pertolongan Allah. Dengan mengingat Allah mereka mudah ikhlas menerima kejadian yang tidak menyenangkan.

b. Aspek Koping Religius Negatif 

  1. Punishing God reappraisal. Menggambarkan kembali stresor sebagai sebuah hukuman dari Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh individu. Misalnya individu merasa diabaikan, ditinggalkan, atau dihukum oleh Allah.
  2. Demonic reappraisal. Menggambarkan kembali stresor sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh kekuatan jahat atau setan. Misalnya individu percaya bahwa kejadian buruk yang pernah dialami karena pengaruh santet. 
  3. Reappraisal of God's powers. Menggambarkan kekuatan Allah untuk mempengaruhi situasi stres. Misalnya individu mendoakan supaya Allah membalas orang yang pernah menyakitinya. 
  4. Self-directing religious coping. Mencari kontrol melalui inisiatif individu dibandingkan meminta bantuan pada Tuhan. Misalnya individu mencoba mengatasi masalah sendiri tanpa memohon pertolongan Allah, individu percaya bahwa tanpa bantuan Allah sudah dapat mengatasinya. 
  5. Spiritual discontent. Ekspresi kecemasan dan ketidak-puasan terhadap Tuhan. Misalnya individu merasa kecewa, marah karena tidak diperhatikan Allah. 
  6. Interpersonal religious discontent. Ekspresi kecemasan dan ketidak-puasan terhadap alim ulama ataupun saudara seiman. Misalnya individu merasa tidak puas dengan saran ustadz dalam menangani masalahnya.

Metode Koping Religius 

Koping religius harus didasarkan secara teoritis pada pandangan fungsional tentang agama dan perannya dalam koping. Langkah-langkah koping religius harus dapat menentukan bagaimana individu memanfaatkan agama untuk memahami dan menangani stres. Menurut Pargament, dkk (2001), terdapat lima metode yang dapat dilakukan dalam koping religius, yaitu sebagai berikut: 

  1. Metode koping religius dalam mencari makna, yang terdiri dari mendefinisikan stresor melalui agama sebagai hal yang secara potensial membawa kebaikan dan bermanfaat bagi individu; mendefinisikan stresor sebagai hukuman dari Tuhan atas dosa-dosa yang telah dilakukan; mendefinisikan stres sebagai tindakan dari iblis; dan mendefinisikan kekuasaan Tuhan mempengaruhi situasi stres. 
  2. Metode koping religius untuk mendapatkan kontrol, terdiri dari kolaboratif koping religius yaitu bekerja sama dengan Tuhan untuk menyelesaikan masalah yang ada; pasrah yaitu bekerja sama dengan Tuhan dimana petunjuk berharga dari Tuhan di atas segalanya; koping religius pasif yaitu hanya menunggu Tuhan mengendalikan situasi yang ada; memohon campur tangan langsung dari Tuhan dengan meminta keajaiban dari-Nya; dan mengambil sikap pemecahan masalah aktif dan tidak melibatkan Tuhan secara langsung. 
  3. Metode koping religius untuk mendapatkan kenyamanan dan mencapai kedekatan dengan Tuhan, yaitu mencari dukungan spiritual dengan mencari kenyamanan dan ketenteraman hati melalui cinta dan pemeliharaan dari Tuhan; melakukan kegiatan keagamaan untuk mengalihkan perhatian dari sumber stres; memurnikan spiritual melalui aktivitas keagamaan; merasa mengalami ketersambungan dengan Tuhan; mengekspresikan kebingungan dan ketidakpuasaan terhadap Tuhan di saat situasi yang penuh dengan stres; dan menerima pemisahan dari perilaku keagamaan yang tidak dapat diterima dan yang tersisa dalam keterbatasan keagamaan. 
  4. Metode koping religus dalam menjalinkan keintiman dengan sosial dan kedekatan dengan Tuhan, yaitu mencari dukungan dari anggota keagamaan atau agamawan; usaha untuk meningkatkan dukungan spiritual dan kenyamanan dari orang lain; dan pengekspresian kebingungan dan ketidakpuasan hubungan dengan anggota keagamaan atau agamawan di saat situasi yang penuh dengan stres. 
  5. Metode koping religius dalam melayani perubahan kehidupan, yaitu mencari bantuan agama dalam menemukan petunjuk baru dalam hidup, sehingga hidup lebih bersemangat dari sebelumnya; membutuhkan agama untuk mengubah kehidupan secara keseluruhan; dan menumbuhkan agama untuk mengubah kemarahan, luka dan ketakutan yang diasosiasikan dengan mendapatkan kedamaian dalam hidup.

Daftar Pustaka

  • Utami, S.M. 2012. Religiusitas, Koping Religius, dan Kesejahteraan Subjektif. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
  • Angganantyo, Wendio. 2014. Coping Religius pada Karyawan Muslim Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Jurnal Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang, Vol.2 No.01.
  • Ano dan Vasconcelles. 2005. Religious Coping and Psychological Adjustment Tostress: A Meta-Analysis. Journal of Clinical Psychology.
  • Anggraini, Baiq Dwi Suci. 2014. Religious Coping dengan Stres pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang, Vol.02 No.01.
  • Pargament, K.I. 1997. The Psychology of Religion and Coping: Theory, Research, Practice. New York: The Guilford Press.
  • Pargament, K.I., Tarakeshwar, N., Ellison, C.G., & Wulf, K.M. 2001. Religious Coping Among The Religious: The Relationships Between Coping Religious and Well Being in a National Sample of Presbyterianclergy, elders, and members. Journal for the Scientific Study of Religion.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Kepekaan Sosial (Social Sensitivity). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/09/kepekaan-sosial-social-sensitivity.html