Teknik Modeling - Pengertian, tujuan, Jenis dan Tahapan

Daftar Isi

Pemodelan (modeling) adalah proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan. Teori modeling pertama kali dikenalkan oleh Albert Bandura pada tahun 50-an. Pemodelan atau modeling sering juga disebut dengan istilah imitasi, identifikasi, belajar observasional, dan pembelajaran perwakilan.

Teknik Modeling - Pengertian, Tujuan, Jenis dan Tahapan

Teknik modeling adalah proses belajar mengamati terhadap seorang model yang dibuat sebagai perangsang suatu gagasan, sikap atau perilaku, kemudian untuk dapat ditiru dan mengalami perubahan tingkah laku seperti model yang diamati. Teknik modeling digunakan untuk memperkuat perilaku yang telah terbentuk sebelumnya, serta dapat juga digunakan untuk membentuk perilaku baru yang belum ada pada diri konseli atau individu.

Teknik modeling juga diartikan sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian. Teknik modeling memanfaatkan proses belajar dengan menggunakan seseorang atau bahkan beberapa orang yang dianggap memiliki sikap yang teladan dan bisa berperan untuk merangsang pikiran, tindakan, maupun sikap orang lain.

Teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan seorang model (orang lain), tetapi modeling juga melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, dan melibatkan proses kognitif. Banyak perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model, yaitu dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku baru dalam dirinya.

Pengertian Teknik Modeling 

Berikut definisi dan pengertian teknik modeling dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Komalasari, dkk (2011), teknik modeling adalah suatu proses belajar yang mana melibatkan proses kognitif dengan melalui observasi terhadap suatu perilaku yang diamati, baik dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku tersebut serta dengan menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus. 
  • Menurut Corey (2003), teknik modeling adalah proses belajar bagi seseorang dengan cara mengobservasi penampilan model baik berupa individu maupun kelompok, yang mana perilaku dari model tersebut digunakan sebagai suatu rangsangan terhadap gagasan, sikap atau perilaku orang lain yang mengobservasi penampilan model tersebut. 
  • Menurut Repita, dkk (2016), teknik modeling adalah proses pembentukan perilaku baik menambah, mengurangi, mengubah, maupun memperbaiki perilaku dengan mengamati seorang model (tokoh) berdasarkan respons anak yang melibatkan cara kerja otak sehingga dapat membentuk perilaku baru. 
  • Menurut Damayanti, dkk (2016), teknik modeling adalah belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisasikan berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan proses kognitif. 
  • Menurut Shaleh dan Wahab (2004), teknik modeling adalah teknik untuk mengubah, menambah maupun mengurangi tingkah laku individu dengan belajar melalui observasi langsung untuk meniru perilaku orang maupun tokoh yang ditiru (model) sehingga individu memperoleh tingkah laku baru yang diinginkan. 
  • Menurut Alwisol (2006), teknik modeling adalah proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan.

Tujuan Teknik Modeling 

Teknik modeling adalah konseling behavior yang bertujuan untuk mengubah perilaku dengan mengamati model yang akan ditiru agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Teknik modeling memiliki tujuan untuk menghilangkan perilaku negatif, seperti tidak percaya diri dalam belajar, tidak memiliki tanggung jawab dalam belajar, tidak memiliki inisiatif dalam belajar dan tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar, yang kemudian membentuk perilaku baru yang positif.

Menurut Sutama, dkk (2014), teknik modeling memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut: 

  1. Development of new skill, artinya memperoleh pengetahuan tentang tingkah laku atau keterampilan baru dan menunjukkan adanya perubahan tingkah laku baru terhadap dirinya sebagai hasil dari pengamatan terhadap tingkah laku yang dicontohkan. 
  2. Facilitation of preexisting of behavior, maksudnya bagi seorang pengamat mampu menghilangkan respon takut untuk mencontoh perilaku yang dicontohkan, setelah melihat tokoh atau objek yang menjadi model. 
  3. Changes in inhibition about self expression, yaitu pengamatan terhadap respons-respons yang ditunjukkan oleh individu setelah mengamati model yang ada.

Manfaat Teknik Modeling 

Teknik modeling digunakan untuk memperoleh tingkah laku sosial yang lebih adaptif dan agar klien bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error serta membantu klien untuk merespons hal-hal yang baru. Menurut Sukardi (2008), manfaat dari teknik modeling antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru dan kemudian dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan pada tingkah laku baru. 
  2. Setelah mengamati model yang ada maka akan membantu untuk menghilangkan perasaan takut dalam mencontoh perilaku yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh individu yang mengamati, dan bahkan cenderung bisa berdampak positif. 
  3. Setelah mengamati model yang ada, maka individu sebagai pengamat akan memiliki keinginan untuk mencontoh tingkah laku yang mungkin sudah diketahui sebelumnya sehingga tidak akan ada hambatan dalam pelaksanaannya.

Jenis-jenis Teknik Modeling 

Menurut Willis (2004), teknik modeling dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 

  1. Social modeling. Yaitu teknik yang membentuk perilaku baru melalui model sosial dengan cara imitasi observasi. 
  2. Self Modeling. Yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu, dimana konselor menjadi model, dan klien berjanji akan mengikuti.

Menurut Alwisol (2009), teknik modeling dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 

  1. Modeling tingkah laku baru. Melalui teknik modeling ini orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimulasi tingkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental dan simbol verbal yang dapat diingat dikemudian hari. Ketrampilan kognitif simbolik ini membuat orang mentransformasi apa yang didapat menjadi tingkah laku baru. 
  2. Modeling mengubah tingkah laku lama. Dua macam dampak modeling terhadap tingkah laku lama. Pertama tingkah laku model yang diterima secara sosial memperkuat respons yang sudah dimiliki. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah tingkah laku yang tidak diterima itu. Bila diberi suatu hadiah maka orang akan cenderung meniru tingkah laku itu, bila dihukum maka respons tingkah laku akan melemah.
  3. Modeling simbolik. Modeling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model film atau televisi yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi pengamatnya. 
  4. Modeling kondisioning. Modeling ini banyak dipakai untuk mempelajari respons emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan. Muncul respons emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respons itu ditujukan ke obyek yang ada di dekatnya saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati.

Adapun menurut Corey (2003), teknik modeling terdiri dari tiga jenis, yaitu: 

  1. Model yang nyata (live model). Contohnya konselor yang dijadikan sebagai model oleh konselinya, atau guru, anggota keluarga, teman sebaya atau tokoh lain yang dikagumi. Live model digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu khususnya situasi inter personal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial dan interaksi dengan memecahkan masalah. 
  2. Model simbolik (symbolic model). Adalah tokoh yang dilihat melalui film, video atau media lainnya. Contohnya seseorang yang menderita neurosis yang melihat tokoh dalam film dapat ,mengatasi masalahnya kemudian ditirunya. Tujuan dari model simbolik adalah untuk mengubah perilaku yang kurang tepat. Dalam modeling simbolis, model disajikan melalui bahan-bahan tertulis, audio, video, film atau slide. 
  3. Model ganda (multiple model) yang terjadi dalam kelompok. Seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan mempelajari suatu sikap baru, setelah mengamati bagaimana anggota lain dalam kelompoknya bersikap. Misalnya bagaimana mengurangi rasa keminderan, menumbuhkan sikap percaya diri, dan perilaku-perilaku yang menyimpang lainnya.

Langkah-langkah Teknik Modeling 

Menurut Adiputra (2015), tahapan atau langkah-langkah dalam pelaksanaan teknik modeling adalah sebagai berikut:

a. Tahap Memperhatikan 

Beberapa variabel yang turut berpengaruh terhadap proses belajar di antaranya adalah berkaitan dengan karakteristik model, sifat kegiatan, dan orang yang menjadi subjek. Model yang sangat menarik akan lebih diperhatikan dibandingkan dengan model yang memiliki daya tarik inter-personal yang rendah.

b. Tahap Retensi 

Ketika mengamati perilaku seseorang dan segera menirunya, maka kita akan menggunakannya sebagai acuan untuk bertindak pada kesempatan lain. Jadi untuk dapat meniru perilaku suatu model, seseorang harus mengingat perilaku yang diamatinya. Terdapat dua bentuk sistem simbol atau representasi yang membantu belajar observasional, yaitu imaginatif dan verbal.

Representasi modeling ini dapat mengarahkan pada pola respons yang baru harus dapat direpresentasikan secara simbolis dalam ingatan. Representasi perlu disimbolisasikan dalam bentuk verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk gambaran dan alat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik. Dan juga pada dasarnya, pada tahap ini terjadi pengkodean perilaku secara simbolik menjadi kode-kode visual dan verbal serta penyimpanan kode-kode tersebut dalam memori jangka panjang.

c. Tahap Reproduksi Motorik 

Pada tahap ini, seorang individu harus mengubah representasi simbolis dari pengamatan ke dalam bentuk tindakan. Perilaku yang muncul harus mempunyai kesamaan dengan perilaku asal. Dalam proses reproduksi motorik harus melibatkan empat sub tahapan, yaitu organisasi respons kognitif, inisiasi respons, pemantauan respons, dan penyempurnaan respons. Setelah memperhatikan model dan mempertahankan apa yang telah diobservasi, maka akan memproduksi dengan perilaku yang baru.

d. Tahap Motivasi 

Pembelajaran melalui observasi adalah paling efektif terjadi apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melakukan perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat berakibat pada pengumpulan informasi untuk belajar, namun untuk melakukan perilaku tertentu pertama-tama difasilitasi oleh motivasi.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Teknik Modeling 

Menurut Komalasari, dkk (2011), terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksaan teknik modeling, yaitu sebagai berikut: 

  1. Ciri-ciri model. Ciri model seperti Usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan dan kemampuan sangat penting dalam meningkatkan imitasi. 
  2. Siswa lebih senang meniru model seusianya dari pada model dewasa. Banyak Anak-anak dan remaja yang mencontoh perilaku yang mereka amati dan idolakan serta yang mereka senangi tanpa melihat dari latar belakangnya. 
  3. Siswa cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya. Biasanya anak-anak dan remaja senang melihat model yang seusia dan prestasi yang dapat dijangkau oleh mereka, jadi mereka bias meniru dengan mudah. 
  4. Siswa cenderung mengimitasi orang tua dan guru yang diidolakannya. Di usia sekolah anak-anak biasanya mengidolakan orang tua atau gurunya di sekolah, jadi siapa yang dia idolakan pasti tingkah laku dan gaya hidupnya dengan tidak sengaja akan ditiru. 

Adapun menurut Nursalim, dkk (2014), terdapat beberapa prinsip yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksaan teknik modeling, antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Karakteristik klien/penggunaan model. Pertimbangan awal dalam mengembangkan model simbolis adalah menentukan karakteristik orang-orang yang akan menggunakan model yang didesain. Misalnya usia, jenis kelamin, kebiasaan-kebiasaan. 
  2. Perilaku tujuan yang akan dimodelkan. Yaitu perilaku tujuan yang akan dimodelkan harus telah ditetapkan terlebih dahulu. Sebelum proses belajar mengobservasi model berlangsung sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh para siswa. 
  3. Media. Media merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menampilkan model. Media ini dapat berupa media tulis seperti buku dan komik, serta media audio dan video. Pemilihan media ini tergantung pada lokasi, dengan siapa dan bagaimana, modeling simbolis akan digunakan. 
  4. Isi Tampilan/Presentasi. Bagaimanapun bentuk media yang digunakan, guru harus tetap menyusun naskah yang menggambarkan isi tampilan/presentasi modeling. Naskah tersebut harus memuat lima hal, yaitu: instruksi, modeling, praktik, umpan balik dan ringkasan. 
  5. Uji Coba. Modeling simbolis yang telah disusun dilakukan uji coba. Uji coba ini sebagai memperbaiki dan menyempurnakan model simbolis yang telah disusun. Uji coba ini dapat dilakukan pada teman sejawat atau pada kelompok sasaran. Beberapa hal yang perlu diuji coba meliputi: penggunaan bahasa, urutan perilaku, model, waktu praktik dan umpan balik. 
  6. Diri sebagai Model. Adalah prosedur dimana seorang siswa melihat dirinya sebagai model dengan cara menampilkan perilaku tujuan yang diharapkan.

Daftar Pustaka

  • Komalasari, dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.
  • Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
  • Repita, L.E.,dkk. 2016. Implementasi Teknik Modeling Untuk Meminimalisasi Perilaku Bermasalah Oppositional Defiant pada Anak Kelompok B. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol.4, No.2.
  • Damayanti, Rika., dkk. 2016. Efektifitas Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Mengatasi Perilaku Agresif pada Peserta Didik SMP Negeri 07 Bandar Lampung. Jurnal Bimbingan dan Konseling.
  • Shaleh, A.R., dan Wahab, M.A. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media.
  • Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
  • Sutama, G.A., Suranata, K., & Dharsana, K. 2014. Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas Ak C SMK Negeri 1 Singaraja. E-Journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling.
  • Willis, S.S. 2004. Konseling individual, Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
  • Adiputra, Sofwan. 2015. Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Siswa. Jurnal Fokus Konseling, Vol.1, No.1.
  • Adiputra, Sofwan. 2015. Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Siswa. Jurnal Fokus Konseling, Vol.1, No.1.
  • Komalasari, G. Dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.
  • Adam, Rendi dan Mochamad Nursalim. 2014. Penerapan Konseling Kelompok dengan Latihan Regulasi Diri Untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Waktu. Jurnal Bimbingan dan Konseling.