Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Hemodialisa

Hemodialisa atau hemodialisis adalah sebuah terapi dengan bantuan alat/perangkat khusus dalam proses pembersihan darah dari sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia ketika ginjal tidak mampu melaksanakan fungsinya dengan baik. Hemodialisis digunakan untuk pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut.

Hemodialisa

Istilah hemodialisis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hemo berarti darah, dan dialisis yang berarti memisahkan dengan yang lain. Sehingga hemodialisis adalah upaya membersihkan sisa-sisa metabolisme atau zat-zat toksik lain dalam darah. Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen.

Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisa. Hemodialisa dikenal secara awam dengan istilah cuci darah. Hemodialisa merupakan salah satu cara untuk mengganti fungsi ginjal yang rusak. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.

Pengertian Hemodialisis 

Berikut definisi dan pengertian hemodialisa atau hemodialisis dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Brunner dan Suddarth (2013), hemodialisa adalah teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi. 
  • Menurut Nursalam (2006), hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah kematian. 
  • Menurut Sudoyo (2009), hemodialisa adalah proses untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan fungsinya dengan baik (terjadi kerusakan pada ginjal). Selain itu, hemodialisa juga merupakan suatu proses pembuatan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membrane semi permeabel. Hal ini berdasarkan pada prinsip difusi, osmosis dan ultra filtrasi. 
  • Menurut Suwitra (2006), hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan di luar tubuh yang biasa kita sebut cuci darah atau pembersihan darah dengan menggunakan mesin atau ginjal buatan, dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan di dalam tubuh. Zat-zat tersebut dapat berupa zat yang terlarut dalam darah, seperti toksin ureum dan kalium atau zat pelarutnya yaitu air atau serum darah.

Tujuan Hemodialisa 

Menurut Suharyanto dan Madjid (2009), tujuan hemodialisis adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, serta meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

Menurut Sudoyo (2009), beberapa tujuan dari hemodialisis adalah sebagai berikut: 

  1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain. 
  2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat. 
  3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal. 
  4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

Bagi penderita penyakit ginjal Kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup klien.

Prinsip-prinsip Hemodialisa 

Prinsip hemodialisis adalah menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat yang dipisahkan oleh suatu membrane (selaput tipis) yang disebut membrane semi permeable. Aliran darah pada hemodialisis yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran semipermeabel.

Menurut Pardede (2009), terdapat tiga prinsip utama dalam proses hemodialisis, yaitu sebagai berikut:

a. Proses Difusi 

Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD pergerakan molekul/zat ini melalui suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen darah dan kompartemen dialisat.

b. Proses Ultrafiltrasi 

Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik /ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan negatif dalam kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.

c. Proses Osmosis 

Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis.

Peralatan Hemodialisa 

Peralatan yang digunakan dalam proses hemodialisis adalah sebagai berikut:

Mesin Hemodialisa

a. Mesin Hemodialisis 

Mesin hemodialisis merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, yang mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor. Pompa dalam mesin hemodialisis berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialiser dan mengembalikan kembali ke tubuh. Mesin hemodialisis dilengkapi dengan monitor dan parameter kritis, di antaranya memonitor kecepatan dialisat dan darah, konduktivitas cairan dialisat, temperatur dan pH, aliran darah, tekanan darah, dan memberikan informasi vital lainnya. Mesin Hemodialisis juga mengatur ultrafiltrasi, mengatur cairan dialisat, dan memonitor analisis dialisat terhadap kebocoran serta dilengkapi detektor udara ultrasonik untuk mendeteksi udara atau busa dalam vena. Sistem monitoring sangat penting untuk efektivitas proses dialisis dan keselamatan pasien.

b. Dialiser atau Ginjal Buatan 

Dialiser adalah tempat dimana proses hemodialisis berlangsung, tempat terjadinya pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Dialiser merupakan kunci utama proses hemodalisis, karena yang dilakukan oleh dialiser sebagian besar dikerjakan oleh ginjal yang normal. Dialiser terdiri dari 2 kompartemen masing-masing untuk cairan dialisat dan darah. Kedua kompartemen dipisahkan membran semipermeabel yang mencegah cairan dialisat dan darah bercampur jadi satu.

c. Dialisat 

Dialisat adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum normal yang dipompakan melewati dialiser ke darah pasien. Komposisi cairan dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit pasien ESRD. Dialisat dibuat dengan mencampurkan konsentrat elektrolit dengan buffer (bikarbonat) dan air murni. Dialisis terdiri dari dialisat astat dan dialisat bikarbonat. Dialisat asetat terdiri dari jumlah sodium, kalsium, magnesium, kalim, klorida dan sejumlah kecil asam asetat. Dialiasat asetat dipakai untuk mengoreksi asidosis dan mengimbangi kehilangan bikarbonat secara difusi selama hemodialisis. Sementara itu dialisat bikarbonat terdiri dari larutan asam dan larutan bikarbonat. Dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis walaupun relatif tidak stabil. Merekomendasikan unit dialisis menggunakan dialisat bikarbonat untuk mengurangi komplikasi.

Proses Kerja Hemodialisa 

Prinsip Kerja Hemodialisa

Ginjal buatan (Dialyzer), mempunyai dua kompartemen, yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Kedua kompartemen tersebut, selain dibatasi oleh membran semi-permeabel, juga mempunyai perbedaan tekanan yang disebut sebagai trans-membranpressure (TMP). Darah dari dalam tubuh dialirkan kedalam kompartemen darah, sedangkan cairan pembersih (dialisat), dialirkan ke dalam kompartemen dialisat. Pada proses hemodialisis, terjadi dua mekanisme yaitu, mekanisme difusi dan mekanisme ultrafiltrasi.

Mekanisme difusi bertujuan untuk membuang zat-zat terlarut dalam darah (blood purification), sedangkan mekanisme ultrafiltrasi bertujuan untuk mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh (volume control). Kedua mekanisme dapat digabungkan atau dipisah, sesuai dengan tujuan awal hemodialisisnya. Mekanisme difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi antara kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Zat-zat terlarut dengan konsentrasi tinggi dalam darah, berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat, sebaliknya zat-zat terlarut dalam cairan dialisat dengan konsentrasi rendah, berpindah dari kompartemen dialisat ke kompartemen dialisat.

Proses difusi ini akan terus berlangsung hingga konsentrasi pada kedua kompartemen telah sama. Kemudian, untuk menghasilkan mekanisme difusi yang baik, maka aliran darah dan aliran dialisat dibuat saling berlawanan. Kemudian pada mekanisme ultrafiltrasi, terjadi pembuangan cairan karena adanya perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik akan mendorong cairan untuk keluar, sementara tekanan onkotik akan menahannya. Bila tekanan di antara kedua kompartemen sudah seimbang, maka mekanisme ultrafiltrasi akan berhenti.

Durasi Hemodialisa 

Waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 - 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 - 15 jam/minggu dengan QB 200 - 300 mL/menit. Hemodialisa regeluer dikatakan cukup bila dilaksanakan secara teratur, berkesinambungan, selama 9-12 jam setiap minggu.

Dosis minimum durasi HD yang ditetapkan oleh KDOQI adalah 2,5 - 4,5 jam, dan dilakukan 3x seminggu. Akan tetapi untuk pengobatan awal, terutama ketika kadar blood urea nitrogen (BUN) sangat tinggi (mis: diatas 125 mg/dL), durasi dialisis dan kecepatan aliran darah harus dikurangi. URR harus ditargetkan 40%. Hal ini berarti menggunakan laju aliran darah hanya 250 mL/menit dengan durasi dialysis selama 2 jam. Durasi dialisis yang lebih lama pada keadaan akut dapat menyebabkan disequilibrium syndrome, yang dapat menyebabkan kejang atau koma selama/setelah dialisis, hal ini diakibatkan pembuangan zat terlarut dalam darah yang terlalu cepat.

Setelah melewati terapi awal, responden dapat dievaluasi kembali dan untuk durasi dialisis selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 3 jam, asalkan kadar BUN predialisis 100 mg/dL. Durasi dialisis selanjutnya dapat dilakukan selama yang diperlukan, tetapi panjang pengobatan dialisis tunggal jarang melebihi 6 jam kecuali tujuan dialisis adalah pengobatan overdosis obat.

Daftar Pustaka

  • Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
  • Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
  • Sudoyo, A.W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
  • Suwitra, K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1,  Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • Madjid dan Suharyanto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: TIM.
  • Pardede, S.O. 2009. Buku Ajar Nefrologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Hemodialisa. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/10/hemodialisa.html