Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik untuk memperkenalkan dan memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari dengan tujuan agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dan memperlancar perannya di lingkungan yang baru. Layanan orientasi bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan sekolah kepada murid-murid baru, misalnya tentang program pengajaran, kegiatan ekstrakurikuler, aturan sekolah dan suasana pergaulan, dan cara-cara belajar yang baik.

Layanan Orientasi

Layanan orientasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas dengan tujuan membantu mengorientasikan (mengarahkan, membantu, mengadaptasi) siswa (juga pihak lain yang dapat memberikan pengaruh terutama orang tua siswa) dari situasi lama kepada situasi yang baru seperti pengenalan terhadap tempat baru dan atau hal baru yang akan di kenalkan kepada siswa tersebut.

Layanan orientasi adalah bentuk layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan baru yang dimasukinya. Layanan orientasi biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru yang mencakup organisasi sekolah, staf dan guru, kurikulum, program BK, Program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana pra sarana dan tata tertib sekolah.

Pengertian Layanan Orientasi 

Berikut definisi dan pengertian layanan orientasi dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008), layanan orientasi adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan yang baru dimasuki konseli, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli di lingkungan baru. 
  • Menurut Tohirin (2017), layanan orientasi adalah memperkenalkan lingkungan sekolah kepada murid-murid baru, misalnya tentang program pengajaran, kegiatan ekstrakurikuler, aturan sekolah dan suasana pergaulan serta cara-cara belajar yang baik. 
  • Menurut Hallen (2005), layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di luar lingkungan yang baru ini. 
  • Menurut Rauf (2006), layanan orientasi adalah layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
  • Menurut Sukardi (2008), layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta peserta didik, sehingga mempermudah peserta didik dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan baru.

Tujuan dan Fungsi Layanan Orientasi 

Menurut Sukardi (2008), tujuan layanan orientasi adalah untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru dijumpainya. Hasil yang diharapkan melalui pemberian layanan orientasi adalah mempermudah siswa dalam menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan sosial kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa.

Adapun beberapa tujuan dari layanan informasi adalah sebagai berikut: 

  1. Memberikan kemudahan penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial. 
  2. Penyesuaian kehidupan belajar serta kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. 
  3. Memberikan pemahaman kepada orang tua siswa mengenai kondisi/situasi dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya. 

Tujuan program orientasi ialah untuk memberikan pengenalan kepada siswa-siswa tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya. Selain itu layanan orientasi diharapkan dapat mencegah timbulnya permasalahan penyesuaian siswa dengan pola kehidupan sosial, belajar dan kegiatan lain di sekolah yang berkaitan dengan keberhasilan siswa. Begitu juga bagi orang tua agar memahami kondisi dan situasi sekolah sehingga dapat mendukung keberhasilan anaknya.

Menurut SK MENDIKBUD No.025/0/1995 jo SK Menpan No.84/1993 tentang Guru dan Angka Kredit, menyebutkan bahwa fungsi layanan orientasi adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pemahaman 

Bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan sirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Preventif 

Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindari diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

c. Fungsi Pengembangan 

Bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya.

d. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan) 

Bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.

e. Fungsi Penyaluran 

Bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi dan memantapkan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

f. Fungsi Adaptasi 

Membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/madrasah dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa. Pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.

g. Fungsi Penyesuaian 

Bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

Jenis-jenis Teknik Layanan Orientasi 

Menurut Tohirin (2017), jenis-jenis teknik layanan orientasi yang sering digunakan antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Format lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan. 
  2. Format klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang menjadi isi layanan layanan dibawa ke dalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, film, tampilan video, dan lain sebagainya. 
  3. Format kelompok. Secara umum polanya sama dengan format klasikal, yaitu dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. 
  4. Format individual. Berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan. 
  5. Format politik. Dengan format ini, konselor berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang terkait dengan isi layanan.

Prinsip-prinsip Layanan Orientasi 

Prinsip merupakan kaidah dasar yang perlu selalu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelayanan konseling. Menurut Ridwan (2004), beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam layanan orientasi adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Integrasi Pribadi 

Prinsip ini menekankan pada keutuhan pribadi subjek yang dilayani dari segenap sisi sirinya dan berbagai kontekstualnya. Aktualisasi unsur-unsur hakikat manusia itu seluruhnya berada dalam pengembangan penca daya (daya takwa, cipta, rasa, karsa dan karya) serta dalam bingkai kelima dimensi kemanusiaan (dimensi kefitrahan, keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman). Orientasi pelayanan konseling (orientasi, individual, perkembangan dan permasalahan) sepenuhnya diarahkan bagi terbentuknya pribadi yang terintegrasikan itu melalui ditegakkannya fungsi-fungsi pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan, pencegahan, pengentasan, dan advokasi.

b. Prinsip Kemandirian 

Prinsip ini menekankan pengembangan pribadi mandiri subjek yang dilayani. Kelima ciri kemandirian tersebut menjadi arah pelayanan konseling.

c. Prinsip Sosio Kultural 

Prinsip ini menekankan pentingnya subjek yang dilayani berintegritas dengan lingkungan, yaitu lingkungan yang langsung terkait dengan kehidupannya sehari-hari, serta berbagai konstektual dalam arti yang seluas-luasnya. Pelayanan konseling mengintegrasikan dan mengharmonisasikan subjek yang dilayani dengan lingkungan sosio budayanya.

d. Prinsip Pembelajaran 

Prinsip ini menekankan bahwa layanan konseling adalah proses pembelajaran. Subjek yang dilayani menjalani proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar tertentu yang berguna dalam rangka terkembangnya subjek.

e. Prinsip Efektif/Efisien 

Prinsip ini menekankan bahwa upaya pelayanan yang diselenggarakan oleh konselor harus menghasilkan sesuatu untuk pengembangan subjek yang dilayani. Pelayanan konseling tertera pada keberhasilan yang optimal. Termasuk ke dalam upaya optimalisasi pelayanan konseling adalah kerja sama dengan pihak-pihak lain sehingga berbagai sumber daya dapat diarahkan untuk kepentingan subjek yang dilayani.

Pelaksanaan Layanan Orientasi 

Layanan orientasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi yang selanjutnya dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, atau video atau peninjauan ke tempat yang dimaksud misalnya ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan lain-lain.

Menurut Tohirin (2017), langkah-langkah pelaksanaan layanan orientasi adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan 

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: 

  1. Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan. 
  2. Menetapkan peserta layanan. 
  3. Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan. 
  4. Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media. 
  5. Menyiapkan kelengkapan administrasi.

b. Pelaksanaan 

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: 

  1. Mengorganisasikan kegiatan layanan. 
  2. Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.

c. Evaluasi 

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: 

  1. Menetapkan materi evaluasi. 
  2. Menetapkan prosedur evaluasi.
  3. Menyusun instrumen evaluasi.
  4. Mengaplikasikan instrumen evaluasi.
  5. Mengolah hasil aplikasi instrumen.

d. Analisis hasil evaluasi 

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: 

  1. Menetapkan standar analisis. 
  2. Melakukan analisis. 
  3. Menafsirkan hasil analisis.

e. Tindak lanjut 

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: 

  1. Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut. 
  2. Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait. 
  3. Melaksanakan rencana tindak lanjut.

f. Laporan 

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: 

  1. Menyusun laporan layanan orientasi. 
  2. Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah). 
  3. Mendokumentasikan laporan layanan.

Daftar Pustaka

  • Sukardi dan Kusumawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Rauf, M. Yunan. 2006. Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa SMA. Bandung: PPS UPI Bandung.
  • Hallen, A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.
  • Sukardi, Dewa Ketu. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Tohirin. 2017. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Rauf, Yunan. 2006. Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa SMA: Dikembangkan berdasarkan Studi Deskriptif tentang Kematangan Karir Siswa dan Layanan Bimbingan Karir di Beberapa SMAN Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
  • Ridwan. 2004. Pengantar Bimbingan Konseling. Medan: IAIN Press.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Layanan Orientasi. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/10/layanan-orientasi.html