Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan, yaitu dari hidung, tenggorokan dan paru-paru. ISPA merupakan infeksi yang disebabkan masuknya mikro-organisme (virus, jamur atau bakteri) ke dalam saluran pernafasan ketika ketahanan tubuh (immunologi) menurun sehingga menimbulkan gejala penyakit.

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Istilah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris, yaitu Acute Respiratory infections (ARI), yaitu penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

ISPA merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya. ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang penularan penyakitnya melalui udara. ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme, namun yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri.

ISPA adalah infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala berikut, yaitu tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.

Pengertian ISPA 

Berikut definisi dan pengertian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Jalil (2018), ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. 
  • Menurut Gunawan (2010), ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengandung dua unsur pengertian, yaitu infeksi dan saluran pernapasan bagian atas. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Sedangkan saluran pernapasan bagian atas adalah yang dimulai dari hidung hingga hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. 
  • Menurut Probowo (2012), ISPA adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. 
  • Menurut Nelson (2003), ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. 
  • Menurut Muttaqin (2008), ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru. ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan.

Jenis-jenis ISPA 

Secara anatomis, ISPA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi saluran pernapasan bawah. Infeksi yang menyerang saluran pernapasan bagian atas terdiri dari rinitis, otitis media, faringitis, dan sinusitis. Sedangkan infeksi saluran pernapasan bawah meliputi conditions causing stridor atau croup (epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis), bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. Adapun penjelasan dari jenis-jenis ISPA adalah sebagai berikut:

a. Infeksi saluran pernapasan atas 

Jenis-jenis infeksi saluran pernapasan atas adalah sebagai berikut:

1. Rinosinusitis 

Rinosinusitis adalah peradangan sinus paranasal dan mukosa rongga hidung, sering menjadi komplikasi yang menyertai selesma dan rinitis akibat alergi. Sinusitis akut berulang didiagnosis ketika mengalami 4 atau lebih episode rinosinusitis setiap tahun tanpa gejala persisten. Rinosinusitis dengan gejala hidung tersumbat dan atau rinorea bertahan selama lebih dari 7 - 10 hari tanpa perbaikan. Gejala rinosinusitis akut akan sembuh dalam 3 - 4 minggu. Apabila peradangan sinus tetap ada, rinosinusitis akan berkembang menjadi kronis dengan durasi penyakit yang lebih lama, yaitu 8 - 12 minggu.

2. Faringitis 

Rinitis dan faringitis termasuk infeksi saluran pernapasan yang banyak terjadi pada anak. Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan sering terjadi perluasan ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya muncul bersama dengan tonsilitis, rinitis dan laringitis. Faringitis jarang terjadi hanya infeksi lokal karena letak faring dekat dengan hidung dan tonsil. Faringitis meningkat dengan bertambahnya usia, mencapai puncaknya pada usia prasekolah 4 - 7 tahun, berlanjut hingga dewasa.

3. Otitis media 

Otitis media adalah suatu inflamasi pada telinga tengah yang berhubungan dengan efusi telinga tengah, merupakan penumpukan cairan pada telinga tengah. Otitis media terjadi karena gangguan aerasi telinga tengah, yang disebabkan karena fungsi tuba eustachius terganggu. Otitis media dapat menyebabkan komplikasi infeksi hingga ke intrakranial. Otitis media dapat terjadi pada usia berapapun, terbanyak pada usia 6 - 24 bulan. Otitis media jarang terjadi pada orang dewasa kecuali pada orang dewasa dengan gangguan imun.

b. Infeksi saluran pernapasan bawah 

Jenis-jenis infeksi saluran pernapasan bawah adalah sebagai berikut:

1. Laringitis

Laringitis merupakan suatu peradangan laring yang terjadi secara akut maupun kronis. Laringitis akut termasuk penyakit ringan dan dapat sembuh sendiri selama 3 - 7 hari. Laringitis kronis akan tetap berlangsung selama lebih dari 3 minggu. 

2. Epiglotitis 

Epiglotitis merupakan kondisi peradangan pada epiglotitis dan struktur yang ada di sekitarnya seperti edema inflamasi aritenoidea, plika ariepiglotika dan epiglotis. Epiglotitis merupakan salah satu infeksi yang mengancam jiwa karena risiko laringospasme dan sumbatan saluran pernapasan secara mendadak.

3. Bronkitis 

Bronkitis merupakan kondisi peradangan pada daerah trakeabronkial tetapi peradangan tersebut tidak meluas sampai alveoli. Bronkitis dibagi menjadi bronkitis akut dan kronis. Bronkitis akut dapat terjadi pada semua usia, tetapi pada bronkitis kronik umumnya terjadi pada umur dewasa. Pada bronkitis akut umumnya terjadi apabila terdapat polutan seperti polusi udara dan asap rokok.

4. Pneumonia 

Pneumonia merupakan inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar. Gangguan pada sistem imunitas tubuh pasien dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia. Penyebab utama pneumonia pada bayi yaitu Respiratory Syncytial Virus (RSV). Pneumonia termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak dibawah lima tahun di seluruh dunia. Manifestasi klinik pneumonia akan menjadi sangat berat pada pasien usia sangat muda, tua, serta pasien dengan kondisi kritis.

Gejala ISPA 

Tanda dan gejala penyakit ISPA dapat berupa batuk, kesukaran bernapas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga dan demam. Anak dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita pnemonia atau infeksi saluran pernapasan yang berat lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak batuk yang datang ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya hanya menderita infeksi saluran pemapasan yang ringan. Menurut Utomo (2012), tanda dan gejala ISPA dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Gejala ISPA ringan 

Jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala seperti batuk, serak yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis), pilek yaitu mengeluarkan lendir/ingus dari hidung, panas atau demam dengan suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba dengan tangan terasa panas, perlu berhati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan sedangkan ia mengalami panas badannya lebih dari 39°C gizinya kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang.

b. Gejala ISPA sedang 

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan disertai satu atau gejala-gejala seperti pemapasan seperti pemapasan lebih dari 50x/menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40x/menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih dan cara menghitung pemapasan adalah dengan menghitung jumlah tarikan napas dalam satu menit. Untuk dapat menghitung gunakan arloji, suhu lebih dari 39°C (diukur dengan termometer), tenggorokan berwama merah, timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit, atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga, pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur) pernapasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala ISPA berat 

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala seperti bibir atau kulit membiru, lubang hidung kembang-kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas, anak tidak sadar atau kesadarannya menurun, pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah, sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas, nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tak teraba, tenggorokan berwarna merah.

Pertolongan Pertama ISPA 

Menurut Oktaviani (2009), pertolongan pertama dalam pengobatan ISPA adalah sebagai berikut:

a. Mengatasi panas (demam) 

Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah dua bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan sehari empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberian-nya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air es).

b. Mengatasi batuk 

Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan dan minuman 

Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

d. Berjemur 

Manfaat berjemur adalah untuk meningkatkan dan menguatkan sistem imun atau kekebalan tubuh, hal ini disebabkan karena sinar matahari dapat membuat tubuh kita menghasilkan lebih banyak sel darah putih, terutama limfosit yang berfungsi membantu mencegah terjadinya infeksi dari berbagai penyakit akibat bakteri, virus dan jamur dengan berjemur kuman, bakteri, mikroba dan sejenisnya dapat mati dan sehingga dapat mencegah pneumonia, asma dan influenza.

e. Memberi uap hangat 

Panaskan air hingga mendidih, lalu letakkan di wadah yang aman. Tetesi dengan minyak kayu putih, minyak sereh, maupun minyak telon. Dudukkan anak agar uap air panas dapat masuk ke hidungnya. Tujuannya agar uap hangat bisa melegakan pernapasan anak. Apabila ada alat nebulizer di rumah, dapat digunakan sesuai petunjuk dokter.

f. Tepuk dada 

Sungkupkan tangan membentuk huruf C, lalu tepukkan secara ringan ke punggung dan dada anak. Lakukan selama satu menit. Tujuannya adalah untuk melepaskan dahak yang menempel pada saluran pernapasan anak. Apabila anak tidak merasa nyaman, jangan dipaksakan.

Daftar Pustaka

  • Jalil, R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Ispa pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kabangka Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Halu Oleo University (UHO).
  • Gunawan, K. 2010. ISPA Pencegahan dan Penanggulangannya. Semarang: Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
  • Nelson. 2003. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
  • Muttaqin, .Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
  • Utomo, W, dkk. 2012. Perbandingan kejadian ISPA Balita pada Keluarga yang Merokok di Dalam Rumah dengan Keluarga yang Tidak Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
  • Probowo, Sony. 2012. Penyakit yang Paling Umum pada Anak. Majalah Kesehatan. Online: majalahkesehatan.com.
  • Oktaviani. 2009. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian. ISPA pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Surakarta: FKM UMS.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/11/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut.html