Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) adalah model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa melalui empat tahapan pengajaran yaitu mengorganisasikan, mendalami, mengelola, dan mengembangkan informasi. Adapun proses tahapan dalam pelaksanaan model pembelajaran CORE terdiri dari empat aspek, yaitu Connecting: kegiatan mengkoneksikan informasi lama dengan informasi baru dan antar konsep. Organizing: kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi. Reflecting: kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan mengali informasi yang suda didapat. Extending: kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan dan menemukan.

odel pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)

Model pembelajaran CORE adalah singkatan dari empat kata yang memiliki kesatuan fungsi dalam pembelajaran, yaitu Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending. Elemen-elemen tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan sejumlah materi yang bervariasi, merefleksikan segala sesuatu yang peserta didik pelajari, dan mengembangkan lingkungan belajar.

Model pembelajaran CORE merupakan model pembelajaran yang mengharapkan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan cara menghubungkan (Connecting) dan mengorganisasikan (Organizing) pengetahuan baru dengan pengetahuan lama kemudian memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari (Reflecting) serta diharapkan siswa dapat memperluas pengetahuan mereka selama proses belajar mengajar berlangsung (Extending).

Pengertian Model Pembelajaran CORE 

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Prastowo (2013), model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa dalam menghubungkan, mengorganisasikan, mendalami, mengelola, dan mengembangkan informasi yang didapat, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan serta kemampuan berpikir siswa. 
  • Menurut Calfee, dkk (2004), model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran menggunakan metode diskusi yang dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan berpikir reflektif dengan melibatkan siswa yang memiliki empat tahapan pengajaran yaitu Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending. 
  • Menurut Shoimin (2014), model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran yang terdiri dari empat aspek, yaitu; (1) Connecting merupakan kegiatan mengkoneksikan informasi lama dengan informasi baru dan antar konsep. (2) Organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi. (3) Reflecting merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan mengali informasi yang suda didapat. (4) Extending merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan dan menemukan. 
  • Menurut Curwen, dkk (2010), model pembelajaran CORE adalah model yang menggabungkan empat unsur konstruktivis penting, yaitu menghubungkan pengetahuan siswa, mengatur informasi baru untuk siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pengetahuan yang didapat, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperluas pembelajaran. 
  • Menurut Jacob, dkk (2005), model pembelajaran CORE adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada konstruksivisme, yaitu suatu posisi filosofis yang memandang pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh dari kombinasi pengalaman pribadi seseorang dengan pengalaman yang di-konstruksi dari orang lain.

Aspek-aspek Model Pembelajaran CORE 

Menurut Suyatno (2009) dan Mulyasa (2013), aspek-aspek yang ada dalam model pembelajaran CORE adalah sebagai berikut:

a. Connecting 

Connecting dapat diartikan menghubungkan. Maksud dari menghubungkan disini adalah suatu kegiatan yang dapat menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru dengan menggunakan konsep-konsep sesuai dengan materi pembelajaran yang dibelajarkan.

Pada tahap connecting, guru mengaktifkan latar belakang pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru atau menulis dari pengetahuan dan pengalaman mereka yang akan diterapkan untuk topik yang akan dipelajari.

Connecting erat kaitannya dengan pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan pembelajaran yang mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif dimaknai sebagai fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

b. Organizing 

Organizing berarti mengatur, mengorganisasikan, mengorganisir, dan mengadakan. Organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan informasi-informasi yang diperoleh. Kegiatan yang dilakukan dengan mengorganisasikan pengalaman maupun ilmu yang diketahui siswa dengan materi yang dibelajarkan. Dapat dikatakan bahwa organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide atau mengumpulkan informasi untuk memahami materi dengan bimbingan guru.

Organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi. Pada tahap ini peserta didik mengorganisasikan informasi-informasi yang diperolehnya seperti konsep apa yang diketahui, konsep apa yang dicari, dan keterkaitan antar konsep apa saja yang ditemukan pada tahap connecting untuk dapat membangun pengetahuannya (konsep baru) sendiri.

Tahap organizing adalah kunci penting agar siswa aktif menciptakan, mengatur informasi/ ide dengan bimbingan guru. Penciptaan aktif ini semakin memperkuat metakognitif siswa dan kemampuan penalaran. Kegiatan ini dalam proses pembelajaran meliputi penyusunan ide-ide atau rencana setelah siswa menemukan keterkaitan dalam masalah yang diberikan, sehingga terciptanya strategi dalam menyelesaikan masalah.

c. Reflecting 

Reflecting berarti menggambarkan, membayangkan, mencerminkan, mewakili, memantulkan dan memikirkan. Refleksi adalah cara berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dalam hal belajar di masa lalu. Reflecting merupakan kegiatan memikirkan kembali informasi yang sudah didapat. Pada tahap ini peserta didik mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Reflecting adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. pada tahap reflecting memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memikirkan kembali apakah hasil diskusi pada tahap organizing sudah benar atau masih terdapat kesalahan yang perlu diperbaiki. Dengan memikirkan kembali pengetahuan apa yang sudah didapat, maka pemahaman konsep peserta didik sudah terbentuk.

Kegiatan reflecting dalam proses pembelajaran dilakukan ketika siswa berada dalam satu kelompok diskusi. Dalam kegiatan ini, perwakilan dari kelompok diskusi diharapkan bisa memaparkan hasil diskusinya di depan kelas, dan yang lain memperhatikan dengan menyimpulkan materi baru tersebut, sehingga siswa bisa saling menghargai dan mengoreksi pekerjaan orang lain. Dengan demikian, diskusi dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir reflektif siswa. Jadi, pada tahap reflecting siswa dapat memikirkan, menggali dan menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari.

d. Extending 

Extending berarti memperpanjang, menyampaikan, mengulurkan, memberikan dan memperluas. Kegiatan untuk mengembangkan dan memperluas informasi, menggunakan konsep-konsep yang telah didapatkan, serta dapat menemukan sesuatu yang sesuai dengan konsep-konsep tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan tugas individu dengan mengerjakan tugas.

Extending merupakan tahap dimana siswa dapat memperluas pengetahuan mereka tentang apa yang sudah diperoleh selama proses belajar mengajar berlangsung. Tahap extending memberikan kesempatan bagi siswa untuk mensintesis pengetahuan mereka, mengaturnya dengan cara baru, dan mengubahnya untuk aplikasi baru. Perluasan pengetahuan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki siswa.

Tahap extending meliputi kegiatan dimana peserta didik menunjukkan bahwa mereka dapat menerapkan belajar untuk masalah yang signifikan dalam pengaturan yang baru. Jadi, peserta didik dapat memperluas pengetahuannya melalui diskusi dan dapat menerapkan pengetahuannya untuk menyelesaikan soal secara individu. Tahap extending merupakan tahap akhir dalam model pembelajaran CORE sehingga sangat dipengaruhi oleh tahap-tahap sebelumnya. Oleh karena itu, peserta didik harus bekerja sama secara efektif dan kooperatif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

Langkah-langkah Model Pembelajaran CORE 

Menurut Shoimin (2014), tahapan atau langkah-langkah model pembelajaran CORE adalah sebagai berikut: 

  1. Memulai proses pembelajaran dengan kegiatan yang menarik.
  2. Penyampaian materi lama yang dihubungkan dengan materi baru oleh guru kepada siswa. 
  3. Pengorganisasian ide-ide dengan untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. 
  4. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
  5. Memikirkan kembali, mendalami dan menggali informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa.
  6. Pengembangan, memperluas, menggunakan dan menemukan, melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas.

Adapun sintaks atau fase-fase dalam pelaksanaan model pembelajaran CORE dijelaskan secara detail sebagai berikut:

a. Pembukaan 

Membuka pelajaran dengan kegiatan yang menarik peserta didik yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.

b. Menyampaikan Tujuan 

Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru oleh guru kepada peserta didik, Proses ini ditandai dengan memberi pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan sebelumnya (Connecting).

c. Kegiatan Inti 

  1. Pembagian kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. 
  2. Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan guru. Pada tahap ini setiap kelompok diberi tugas, peserta didik boleh bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan. (Organizing). 
  3. Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok peserta didik. Pada tahap ini peserta didik mengulang apa yang telah didapat pada diskusi kelompok dengan cara mewakilkan salah satu anggota dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas dan peserta didik yang lain mengoreksi. (Reflecting).

d. Kegiatan Akhir 

Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas. Pada tahap ini peserta didik diminta mengerjakan soal. Sementara guru berkeliling memantau pekerjaan peserta didik. (Extending).

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CORE 

Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran CORE. Menurut Shoimin (2014), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CORE adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran CORE adalah: 

  1. Mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. 
  2. Mengembangkan dan melatih daya ingat siswa mengenai suatu konsep dalam materi pembelajaran.
  3. Mengembangkan daya berpikir siswa sekaligus mengembangkan ketrampilan pemecahan suatu masalah. 
  4. Memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa karena mereka banyak berperan aktif dalam pembelajaran.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran CORE adalah: 

  1. Membutuhkan persiapan yang matang dari guru untuk menggunakan model pembelajaran ini. 
  2. Jika siswa tidak kritis, proses pembelajaran menggunakan model ini tidak bisa berjalan dengan lancar. 
  3. Memerlukan banyak waktu untuk menerapkan model CORE. 
  4. Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model CORE.

Daftar Pustaka

  • Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIVA Press. 
  • Calfee, R.C., & Greitz, R.M. 2004. Making Thinking Visible, National Science Education Standards. Riverside: University of California.
  • Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Jacob, C., dkk. 2005. Penggunaan Model CORE dalam Pembelajaran Logika dengan Pendekatan Reciprocal Teaching Bagi Siswa SMA Negeri 9 Bandung dan SMA Negeri 1 Lembang. Laporan Piloting Pendidikan Matematika MIPA UPI Bandung.
  • Curwen, M.S., dkk. 2010. Increasing Teachers Metacognition Develops Students Higher Learning during Content Area Literacy Instruction: Findings from the Read-Write Cycle Project. Issues in Teacher Education.
  • Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
  • Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Jacobs, L.C, dkk. 2005. Introduction to Research in Education. New York: Holt Rinerhart and Winston.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/11/model-pembelajaran-core-connecting.html