Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah kemampuan individu dalam memunculkan suatu gagasan atau ide yang baru, yang diterapkan dalam pemecahan masalah, sehingga individu tersebut mampu mengerjakan/menyelesaikan sesuatu yang belum pernah dikerjakan oleh orang lain. Berpikir kreatif dikenal juga dengan istilah berpikir divergen, yaitu kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban.

Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional. Berpikir kreatif dimulai dari proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.

Pengertian lain menyebutkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kemampuan berpikir lebih dari biasanya dengan mengoptimalkan khayalan atau imajinasi dalam pemecahan masalah dengan sudut pandang yang berbeda beda. Kemampuan berpikir kreatif biasanya dikaitkan dengan keterampilan kognitif dan kemampuan untuk menghasilkan solusi baru untuk masalah tertentu. Seseorang yang berpikir kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan, dimana rencana-rencana mereka telah dipikirkan dengan matang terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.

Pengertian Berpikir Kreatif 

Berikut definisi dan pengertian berpikir kreatif dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Munandar (2009), berpikir kreatif adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. 
  • Menurut Maxwell (2004), berpikir kreatif adalah kemampuan individu untuk memikirkan apa yang telah dipikirkan semua orang, sehingga individu tersebut mampu mengerjakan apa yang belum pernah dikerjakan oleh semua orang. 
  • Menurut Majed (2012), berpikir kreatif adalah proses kognitif, yang mengarahkan untuk menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau memunculkan kembali ide-ide yang ada untuk membayangkan atau menemukan sesuatu yang baru yang belum pernah terfikirkan. 
  • Menurut Siswono (2004), berpikir kreatif adalah suatu proeses yang digunakan ketika mendatangkan/memunculkan suatu ide baru. Kemampuan berpikir kreatif meliputi kemampuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan baru kemudian menemukan hubungan antara ide-ide yang berbeda serta mampu mengkontruksi ulang atau menemukan cara pemecahan masalah. 
  • Menurut Johnson (2011), berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.

Ciri-ciri Berpikir Kreatif 

Menurut Siswono (2004), terdapat tiga indikator dalam berpikir kreatif, yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Adapun penjelasan dari masing-masing indiktaor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kefasihan 

Kefasihan adalah kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan bermacammacam interprestasi solusi dan jawaban. Kefasihan dalam penyelesaian masalah mengacu pada keberagaman (bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat dengan benar. Dua jawaban yang beragam belum tentu berbeda. Beberapa jawaban masalah dikatakan beragam tetapi tidak berbeda bila jawaban-jawaban itu tidak sama satu dengan yang lain.

b. Fleksibilitas 

Fleksibilitas adalah kemampuan dalam menyelesaikan (atau menyatakan atau justifikasi) dalam satu cara, kemudian dengan cara lain mendiskusikan berbagai metode penyelesaian. Fleksibilitas dalam penyelesaian masalah mengacu pada kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda.

c. Kebaruan 

Kebaruan adalah kemampuan memeriksa berbagai metode penyelesaian atau jawaban kemudian membuat metode lain yang berbeda. Kebaruan dalam menyelesaikan masalah mengacu pada kemampuan seseorang menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.

Adapun Menurut Munandar (2009), terdapat beberapa ciri atau indikator yang dimiliki seseorang dalam kemampuannya berpikir kreatif, yaitu sebagai berikut:

a. Berpikir lancar (fluency) 

Berpikir lancar adalah kemampuan seseorang dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Dalam menghadapi masalah, orang kreatif mampu memberikan banyak cara atau saran untuk memecahkan masalah. Adapun beberapa indikator dari berpikir lancar yaitu: 

  1. Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar. 
  2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 
  3. Memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Berpikir luwes (flexibility) 

Berpikir luwes adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi karena dia mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Adapun beberapa indikator dari berpikir luwes yaitu: 

  1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 
  2. Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. 
  3. Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda.
  4. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c. Berpikir orisinil (originality) 

Berpikir orisinil adalah kemampuan seseorang dalam melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik, karena mereka sanggup memikirkan yang tidak lazim untuk mengugkapkan dirinya, atau mampu menemukan kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dari unsur-unsur yang biasa. Adapun beberapa indikator berpikir orisinil adalah: 

  1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
  2. Memikirkan cara yang tidak lazim.
  3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagiannya.

d. Berpikir terperinci (elaborasi) 

Berpikir terperinci adalah kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Adapun beberapa indikator berpikir terperinci adalah: 

  1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. 
  2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan. Atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Tahapan Berpikir Kreatif 

Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan orisinil. Berpikir kreatif mempunyai beberapa mekanisme, proses atau yang harus dilalui. Menurut Munandar (2012), tahapan pengembangan kemampuan berpikir kreatif, yaitu sebagai berikut: 

  1. Orientasi. Masalah dirumuskan dan aspek-aspek masalah diidentifikasi. 
  2. Preparasi. Individu berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan relevan dengan masalah yang dihadapi.
  3. Inkubasi. Proses pemberhentian sementara ketika berbagai masalah berhadapan dengan jalan buntu. Tetapi meskipun begitu proses berpikir berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar. 
  4. Iluminasi. Ketika masa inkubasi berakhir dengan ditemukannya solusi untuk memecahkan masalah. 
  5. Verifikasi. Tahap untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.

Adapun menurut Susanto (2013), tahapan pengembangan kemampuan dalam berpikir kreatif dilakukan melalui beberapa proses, yaitu sebagai berikut: 

  1. Stimulus. Untuk dapat berpikir kreatif perlu adanya stimulus dari pikiran yang lain. Stimulus awal didorong oleh suatu kesadaran bahwa sebuah masalah harus diselesaikan. 
  2. Eksplorasi. Peserta didik dibantu untuk memerhatikan alternatif-alternatif pilihan sebelum membuat suatu keputusan. Untuk berpikir secara kreatif, peserta didik harus mampu menginvestigasi lebih lanjut. 
  3. Perencanaan. Setelah diadakan stimulus berupa masalah, kemudian melakukan eksplorasi untuk pemecahan masalah, selanjutnya membuka berbagai rencana atau strategi untuk pemecahan masalah. Dari beragam rencana yang dibuat, dapat diambil beberapa rencana yang paling tepat untuk solusi. 
  4. Aktivitas. Proses kreatif dimulai dengan suatu ide atau kumpulan ide. Dengan kata lain memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyadari berpikir mereka dalam bentuk aktivitas atau melaksanakan berbagai rencana yang lebih ditetapkan. 
  5. Review. Peserta didik perlu mengadakan evaluasi dan meninjau kembali pekerjaan. Peserta didik dilatih untuk menggunakan imajinasi mereka untuk mengevaluasi.

Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif 

Menurut Munandar (2009), terdapat beberapa faktor yang dianggap dalam mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kreatif, yaitu:

  1. Kemampuan kognitif. Termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
  2. Sikap yang terbuka. Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal maupun eksternal. 
  3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri. Orang kreatif ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi-konvensi.

Daftar Pustaka

  • Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Maxwell, John C. 2004. Berpikir Lain Dari Yang Biasanya (Thinking For A Change). Batam: Karisma Press.
  • Majed, M.A. 2012. The Level of Creative Thinking and Metacognitive Thinking Skills of Intermediate School in Jordan: Survey Study. Canadian Social Science.
  • Siswono, Tatag Yuli Eko. 2004. Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpadu Dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CPS) Di SMP Negeri 4 dan SMP Negeri 26 Surabaya. Buletin Pendidikan Matematika Vol.6 No.2.
  • Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa Learning.
  • Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Berpikir Kreatif. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2022/12/berpikir-kreatif.html