Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya. Seseorang dengan kecerdasan interpersonal yang baik dapat bersosialisasi, bekerja sama, menjalin berhubungan, dan berinteraksi dengan orang lain tanpa menyinggung apalagi menyakiti serta mampu memperhitungkan keberadaannya dan menempatkan diri sendiri dengan kebiasaan yang berlaku.

Kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal disebut juga dengan istilah kecerdasan sosial, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, bagaimana seseorang itu bisa saling memahami, menghargai, mampu bekerjasama, peka terhadap situasi dan kondisi orang lain, dan mudah dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga akan terciptanya hubungan ataupun persahabatan yang harmonis. Seseorang dengan kecerdasan interpersonal cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Kecerdasan interpersonal yang dimiliki pada seseorang ditunjukkan dengan kemampuan untuk memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang lain. Terdapat empat elemen penting dari kecerdasan interpersonal yang perlu digunakan dalam membangun komunikasi, yaitu; membaca isyarat sosial, memberikan empati, mengontrol emosi, dan mengekspresikan emosi pada tempatnya.

Pengertian Kecerdasan Interpersonal 

Berikut definisi dan pengertian kecerdasan interpersonal dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Uno dan Mohamad (2013), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. 
  • Menurut Safaria (2015), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau saling menguntungkan. 
  • Menurut Hermita, dkk (2019), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama, berhubungan baik dengan orang lain, kemampuan anak berempati dan memahami perasaan dan kebutuhan orang lain selama berinteraksi dan mampu memperhitungkan keberadaannya dan menempatkan diri sendiri dengan kebiasaan yang berlaku. 
  • Menurut Lwin (2008), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak. 
  • Menurut Suyadi (2014), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal yang baik membuat yang bersangkutan mempunyai kepekaan hati yang tinggi sehingga bisa berempati tanpa menyinggung apalagi menyakiti perasaan orang lain.

Komponen Kecerdasan Interpersonal 

Menurut Safaria (2015), kecerdasan interpersonal terdiri dari tiga komponen utama, yang masing-masing saling terkait satu sama lain. Adapun ke tiga komponen dari kecerdasan interpersonal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sosial Insight (wawasan sosial) 

Sosial insight atau wawasan sosial adalah kemampuan memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun. Sosial insight terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1. Kesadaran diri 

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk menyadari pikirannya, perasaannya, emosinya dan menyadari situasi yang terjadi di sekelilingnya. Kesadaran diri juga merupakan rekognisi atas kepribadian, kekuatan, dan kelemahan dan rasa suka atau tidak suka tentang diri sendiri. Menerima siapa dirinya, selanjutnya berusaha mengoreksi, mengembangkan dan menasihati dirinya.

2. Pemahaman situasi sosial dan etika sosial 

Dalam kehidupan sehari-hari persoalan aturan selalu berkaitan dengan situasi. Setiap situasi menuntut aturannya sendiri yang disebut etika atau kaidah sosial yang mengatur perilaku yang harus dilakukan dan perilaku yang dilarang untuk dilakukan. Aturan-aturan ini mencakup banyak hal, seperti bagaimana etika dalam bertamu, meminjam, duduk, berbicara dan mendengarkan. Semua ini akan dialami dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga harus dipahami siswa dengan baik.

3. Keterampilan pemecahan masalah 

Setiap siswa membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif. Apalagi jika masalah tersebut berkaitan dengan konflik interpersonal. Karena apabila semakin tinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan didapatkan-nya dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut.

b. Sosial sensitivity (kepekaan sosial) 

Sosial sensitivity atau kepekaan sosial adalah kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non-verbal. Siswa yang memiliki sensitivitas sosial yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif ataupun negatif. Sosial sensitivity terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1. Empati 

Empati adalah pemahaman tentang orang lain, berdasarkan sudut pandang, perspektif, kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman-pengalaman orang tersebut. Secara umum, arti kata empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami orang lain dengan memposisikan diri sebagai orang lain tersebut. Oleh sebab itu sikap empati sangat dibutuhkan dalam proses bersosialisasi agar tercipta suatu hubungan yang bermakna dan saling menguntungkan.

2. Sikap prososial 

Prososial merupakan suatu tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu orang lain yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati. Perilaku prososial adalah yang digunakan oleh para psikologi sebuah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.

c. Sosial communications (komunikasi sosial) 

Social communications atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka dibutuhkan sarana berupa proses komunikasi. Social communications terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1. Komunikasi efektif 

Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tanpa komunikasi peradaban manusia tidak akan berkembang dengan pesat. Komunikasi efektif yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan secara baik kepada orang lain.

2. Mendengar efektif 

Keterampilan mendengar akan menunjang proses komunikasi siswa dengan orang lain. Sebab orang akan merasa dihargai dan diperhatikan ketika mereka didengarkan. Sebuah hubungan komunikasi tidak akan berlangsung baik jika salah satu pihak tidak mengacuhkan apa yang diungkapkan lawan bicaranya. Mendengar membutuhkan perhatian dan sikap empati, sehingga orang akan merasa dimengerti dan dihargai.

Adapun menurut Yaumi dan Ibrahim (2013), kecerdasan interpersonal terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:

1. Membaca isyarat sosial 

Memperhatikan penuh bagaimana orang lain berkomunikasi, memahami komunikasi verbal dan non-verbal yang digunakan dalam berinteraksi (seperti bersandar, menyentuh lengan, tatapan, tertawa, senyum dan berbagai komunikasi non verbal lainnya), memerhatikan keberhasilan dan ketidakberhasilan komunikasi untuk menentukan apa yang sesungguhnya membuat komunikasi berjalan atau tidak berjalan dengan baik.

2. Memberikan empati 

Mencoba memposisikan diri berada pada perspektif orang lain ketika berdiskusi tentang sesuatu khususnya jika ingin berkolaboratif dengan orang tersebut, membuat keputusan atau menyelesaikan konflik, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan oleh orang tersebut dalam suatu situasi. Membandingkan keinginan kita dengan keinginan orang itu, kemudian mencari kesamaan yang dapat dikompromikan.

3. Mengontrol emosi 

Jika merasa sedikit panas atau tegang tentang topik yang sedang dibicarakan, sebaiknya melangkah sedikit kebelakang untuk mendinginkan suasana, kemudian menanyakan secarik kertas untuk mencatat apa yang telah dibicarakan sebelumnya). Setelah mengontrol situasi, kemudian mengungkap kembali topik yang telah dibicarakan dengan suara pelan. Akhirnya, menyatakan keinginan untuk bekerja sama dan mencari solusi, terfokus pada hasil positif dan menghindari konflik.

4. Mengekspresikan emosi pada tempatnya 

Mengetahui kapan saatnya mengungkapkan rasa iba dan kasih sayang, hubungan emosional, atau mengungkapkan emosi yang positif. Mempelajari bagaimana caranya membagi senyum, memberi pujian, mengungkapkan pembicaraan yang hangat dan mengungkapkan secara verbal segala pikiran positif. Mempelajari model hubungan interpersonal yang telah diperankan oleh orang-orang yang berhasil. Meniru spirit dan tindakan mereka ketika membangun hubungan interpersonal dalam suatu tim atau kelompok.

Karakteristik Kecerdasan Interpersonal 

Menurut Hudaniah (2009), seseorang dengan kemampuan atau kompetensi interpersonal memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:

a. Initiative 

Initiative merupakan suatu usaha untuk memulai bentuk interaksi dengan orang lain baik terhadap antar pribadi yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal maupun melakukan tindakan-tindakan yang dapat membantu seseorang dalam mempertahankan hubungan tersebut.

b. Negative assertion 

Kemampuan untuk mempertahankan diri dari tuduhan tidak benar atau tidak adil, kemampuan untuk mengatakan tidak terhadap permintaan-permintaan yang tidak masuk akal, dan kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan saat diperlukan.

c. Disclosure 

Pengungkapan bagian dalam diri (inner-self) antara lain berupa pengungkapan ide-ide, pendapat, minat, pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaannya kepada orang lain. Dengan hanya menyimpan ide-ide yang kita miliki maka akan membuat suatu hubungan menjadi tidak berkembang.

d. Emotional management 

Ekspresi perasaan yang memperlihatkan adanya perhatian, simpati dan penghargaan terhadap orang lain. Emotional support juga mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberikan perasaan nyaman kepada orang lain yang sedang dalam kondisi tertekan dan bermasalah. Kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk memberikan afeksi dan empati.

e. Conflict management 

Cara atau strategi untuk menyelesaikan adanya pertentangan dengan orang lain yang mungkin terjadi saat melakukan hubungan interpersonal. Walaupun konflik dapat merusak hubungan sosial tetapi ada cara-cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan hal-hal tersebut. Konflik dapat disalurkan dan dibangun secara konstruktif sehingga meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.

Indikator Kecerdasan Interpersonal 

Menurut Safaria (2005), anak-anak dengan kecerdasan interpersonal memiliki beberapa indikator atau ciri-ciri, di antaranya adalah sebagai berikut: 

  1. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif. 
  2. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara total. 
  3. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna. 
  4. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun nonverbal yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya.
  5. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution, serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya.
  6. Memiliki kemampuan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif.

Adapun menurut Gunawan (2005), ciri-ciri yang dapat dikenali pada anak dengan kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut:

  1. Membentuk dan mempertahankan suatu hubungan sosial. 
  2. Mampu berinteraksi dengan orang lain. 
  3. Mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk berhubungan. 
  4. Mampu mempengaruhi pendapat dan tindakan orang lain. 
  5. Turut serta dalam upaya bersama dan mengambil berbagai peran yang sesuai mulai dari menjadi pengikut hingga menjadi pemimpin. 
  6. Mengamati perasaan, pikiran, motivasi, perilaku dan gaya hidup orang lain. 
  7. Mengerti dan berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
  8. Mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerjasama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang beragam. 
  9. Tertarik menekuni bidang yang berorientasi interpersonal, manajemen, atau politik.
  10. Peka terhadap perasaan, motivasi, dan keadaan mental seseorang.

Pengembangan Kecerdasan Interpersonal 

Menurut Anita Lie (2003), terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak-anak, yaitu sebagai berikut: 

  1. Ungkapkan perasaan kasih dan sayang secara eksplisit. Anak membutuhkan kasih sayang baik dari keluarga, teman maupun orang-orang di sekitarnya. Rasa cinta dan kasih sayang yang selalu diperolehnya akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi dengan kecerdasan interpersonal yang mantap. 
  2. Berikan penghargaan atas setiap pemberian atau ungkapan kasih sayang anak. Anak-anak tidak segan untuk mengungkapkan kasih sayangnya kepada orang di sekitarnya terutama orang tua. Pelukan, ciuman, gurauan, tingkah laku manja adalah cerminan kebutuhan pengungkapan rasa kasih sayang anak. Respon yang positif terhadap ungkapan kasih sayang anak akan membuat anak merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai. Hal ini akan berpengaruh pada pengenalan diri anak dan peningkatan kecerdasan interpersonal. 
  3. Ajari anak untuk mengenali perasaan orang lain melalui sinyal-sinyal non verbal. Mengenali ekspresi dan gerakan tubuh orang lain sangat penting bagi anak. Anak akan belajar mengesampingkan keinginan-keinginannya dengan melihat kebutuhan orang lain. 
  4. Beri kesempatan anak untuk berhadapan dengan orang lain. Kemampuan berinteraksi dengan orang lain harus ditanamkan sejak dini dan secara bertahap. Orang tua maupun guru perlu membimbing dan menuntunnya antara lain dengan cara memberikan kesempatan untuk bertanya, berbicara, maupun melakukan interaksi dengan orang banyak. 
  5. Pahami kebutuhan anak akan persahabatan dengan teman sebaya. dan dukung kegiatan-kegiatan positif bersama teman. Anak membutuhkan persahabatan dengan teman sebayanya. Hal-hal yang mungkin tidak dapat dilakukan dengan orang tuanya, anak dapat melakukan dengan teman-temannya. Bersama teman-temannya anak dapat memenuhi kebutuhan untuk bermain, didukung, dipercaya dan diterima sebagai individu.

Daftar Pustaka

  • Uno, H.B., dan Mohamad, Nurdin. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif dan Menarik). Jakarta: Bumi Aksara.
  • Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelegence. Yogyakarta: Amara Books.
  • Hermita, Neni, dkk. 2017. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak. Yogyakarta: Deepublish.
  • Lwin, May. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: Indeks. 
  • Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains. Bandung:  Remaja Rosdakarya.
  • Yaumi dan Ibrahim. 2013. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Prenadamedia Group.
  • Tri, Dayakisni Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
  • Gunawan, A.W. 2005. Born to Be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Lie, Anita. 2003. 101 Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Kecerdasan Interpersonal. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2023/02/kecerdasan-interpersonal.html