Kecerdasan Linguistik, Verbal atau Bahasa

Daftar Isi

Kecerdasan linguistik adalah kecakapan dan kemampuan dalam menyusun dan menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan termasuk kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi dalam bahasa, semantik atau pemaknaan bahasa, dan dimensi pragmatis atau penggunaan bahasa secara praktis. Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan menyusun pikiran dengan jelas dan mampu mengungkapkan pikiran-pikiran tersebut dalam berbicara, membaca, maupun menulis.

Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik disebut juga dengan kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu kecerdasan linguistik juga sering disebut dengan kecerdasan bahasa. Bahasa merupakan implementasi perasaan dan pikiran seseorang dengan ter-struktur, dengan disertai bunyi. Dengan seperti itu, dengan bahasa, manusia bisa saling menyapa, bertukar pendapat maupun pikiran untuk memenuhi segala aspek dalam kehidupannya.

Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan bahasa dan kosakata, baik yang tertulis maupun yang diucapkan. Seseorang dengan kecerdasan verbal yang tinggi tidak hanya akan memperlihatkan suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan berbagai tugas lain yang berkaitan dengan berbicara dan menulis. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh oleh seorang orator, negosiator, pengacara, maupun para pemimpin tinggi di dunia.

Pengertian Kecerdasan Linguistik 

Berikut definisi dan pengertian kecerdasan linguistik dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Madyawati (2016), kecerdasan linguistik adalah sebuah kecerdasan untuk memakai kata dengan maksimal baik tulisan ataupun lisan. Kecerdasan linguistik terdiri dari empat kemampuan, yaitu berbicara menyimak, menulis dan membaca. 
  • Menurut Suyadi (2010), kecerdasan linguistik adalah kecakapan untuk menyusun pikiran secara runtut serta mampu menggunakan verbal sebagai kompetisi, contohnya saja menulis, bicara dan membaca. 
  • Menurut Ula (2013), kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata dengan efektif baik oral maupun tertulis. Kecerdasan linguistik berhubungan erat dengan ketrampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. 
  • Menurut Deporter (2010), kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam berbicara, membaca, menulis, dan menafsirkan. 
  • Menurut Jamaris (2017), kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan, termasuk kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi dalam bahasa, semantik atau pemaknaan bahasa, dan dimensi pragmatik atau penggunaan bahasa secara praktis.

Komponen Kecerdasan Linguistik 

Kecerdasan linguistik mencakup keterampilan bahasa, yaitu kemampuan menyimak (mendengar secara cermat dan kritis), kemampuan membaca secara efektif, kemampuan berbicara dan kemampuan menulis. Menurut Lwin (2008), kecerdasan linguistik terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a. Mendengar 

Bagi orang-orang yang bisa mendengar, suara manusia memberikan pengalaman pertama terhadap bahasa atau mengenalkan bahasa.

b. Berbicara 

Kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain. Berbicara secara efektif tidak hanya melibatkan kata-kata yang digunakan tetapi juga melibatkan nada suara, ekspresi wajah, sikap, dan gerakan tubuh.

c. Membaca 

Membaca melibatkan belajar memahami dan menggunakan bahasa, khususnya bentuk bahasa tulis. Berbicara merupakan proses yang alami, semntara membaca memerlukan usaha dan pembelajaran tertentu. Dalam sebuah kelas yang besar, guru perlu untuk mengindentifikasikan tingkat perkembangan dan minat setiap siswa, kebiasaan untuk malas membaca dapat berubah ketika mereka diberikan kesempatan untuk membaca buku sesuai dengan minat mereka.

d. Menulis 

Kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bahasa yang lainnya. Menulis didorong oleh kegiatan berbicara, mendengar dam membaca. Memasukkan berkomunikasi lebih efektif dan belajar secara menyeluruh. Dengan menulis seseorang dapat mengembangkan perasaan atau ide mereka. Kegiatan menulis sebagai tindakan yang relevan yang terjadi di antara diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Menulis juga dapat membuat manusia berkomunikasi dengan yang lainnya sekalipun belum pernah bertemu. Kemampuan menulis dapat dengan mudah digunakan untuk menyusun gagasan atau pikiran yang kemudian dapat dituangkan ke dalam kertas.

Adapun menurut Otto (2015), perkembangan kecerdasan linguistik pada anak terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:

a. Fonologi 

Perkembangan fonologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa. Pengetahuan ini merujuk pada pengetahuan mengenai hubungan bahasa dan simbol dalam bahasa. Bagian terkecil dari sistem bunyi tersebut dikenal dengan istilah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga usia satu tahun. Fonem vokal diekspresikan lebih dahulu oleh anak usia 4-6 bulan daripada fonem konsonan. Fonem seperti m dan a dikombinasikan oleh anak sehingga menjadi ma-ma-ma.

b. Morfologi 

Perkembangan morfologi berkaitan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa termasuk struktur kata. Bagian terkecil dari arti bahasa disebut dengan istilah morfem. Sebagai contoh, anak yang masih kecil mengucapkan "mam" yang dapat berarti makan. Ada dua jenis morfem yaitu (a) morfem bebas dan (b) morfem terikat.

c. Sintaksis 

Sintaksis merupakan aturan atau tata bahasa yang menentukan penggabungan kata-kata yang membentuk kalimat, frasa maupun ujaran yang bermakna, atau dengan kata lain penggunaan SPOK yang tepat. Perkembangan sintaksis merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang menghasilkan pemikiran dan kalimat yang utuh. Dengan bertambahnya usia anak, seiring dengan perkembangannya dalam berbahasa, anak mulai melibatkan komponen fonologi maupun morfologi lebih banyak dalam mengucapkan kalimat tiga atau empat kata.

d. Semantik 

Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata. Pengetahuan semantik merujuk pada penamaan kata yang mencirikan suatu konsep. Perkembangan semantik terjadi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lama dibandingkan dengan perkembangan anak dalam memahami fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Perkembangan semantik bermula pada saat anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika menggunakan kata benda, kata kerja, dan seiring dengan perkembangannya menggunakan kata sifat maupun kata keterangan.

e. Pragmatik 

Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengetahuan pragmatik juga memberi peran terhadap kesadaran individu mengenai cara berbicara dengan orang lain, berpartisipasi secara lisan dalam berbagai kondisi sosial, serta cara menghasilkan percakapan yang saling berhubungan. Kemampuan ini penting dimiliki oleh anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dalam hal ini, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa sangat dibutuhkan agar anak mampu menggunakan kalimat yang tepat untuk menyampaikan maksud dalam situasi tertentu.

Indikator Kecerdasan Linguistik 

Menurut Madyawati (2016), anak yang memiliki kecerdasan linguistik dapat dilihat melalui beberapa indikator, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Senang berkomunikasi dengan orang lain baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya. 
  2. Senang bercerita panjang lebar tentang pengalamannya sehari-hari, yang dilihat dan diketahui anak. 
  3. Mudah dalam mengingat nama keluarga dan teman, termasuk hal kecil yang pernah dilihat dan didengar, misalnya iklan. 
  4. Suka membawa buku dan pura-pura membaca, menyukai buku, dan lebih cepat mengenal huruf dibanding anak se-usianya. 
  5. Mudah mengucapkan kata-kata, menyukai permainan kata, dan suka melucu. 
  6. Menyukai cerita dan pembaca cerita. Pada usia 4-6 tahun anak dapat menceritakan kembali sebuah cerita dengan baik. 
  7. Memiliki jumlah kosakata yang lebih banyak dalam berbicara dibanding anak-anak se-usianya. 
  8. Suka meniru tulisan di sekitarnya.
  9. Menulis kalimat dengan dua kata. 
  10. Suka mencoba membaca tulisan pada label makanan, elektronik, papan nama toko, dan lain-lain. 
  11. Menyukai permainan linguistik, misalnya tebak kata.

Adapun menurut Yaumi dan Ibrahim (2013), ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan linguistik yaitu: 

  1. Menulis lebih banyak dari teman se-usianya.
  2. Mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui cara verbal. 
  3. Senang merangkai dan bermain kosakata.
  4. Mempunyai ingatan yang baik untuk mengingat nama tempat, tempat tinggal, atau hal-hal kecil dan yang perlu diketahui. 
  5. Mempunyai cita-cita atau pekerjaan yang berhubungan atau membutuhkan kecerdasan linguistik sebagai aspek pentingnya. 
  6. Mempunyai ketertarikan terhadap pelajaran bahasa termasuk juga mempelajari bahasa asing.
  7. Senang bergabung pada acara-acara debat, dialog, atau berbicara di hadapan publik.
  8. Mampu merespon perkataan dengan baik. 
  9. Senang membaca semua bacaan.

Mengembangkan Kecerdasan Linguistik 

Menurut Sujiono (2009), terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan kecerdasan linguistik anak, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Mengajak anak berbicara 

Pada umumnya setiap anak memiliki pendengaran yang cukup baik sehingga menstimulasi anak dengan mengajak-nya berbicara merupakan langkah awal yang tepat untuk mengenalkan anak dalam berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dimulai sejak anak masih bayi. Walaupun bayi hanya mampu mendengar dan mengamati gerakan lidah, tetapi hal ini sangat berguna karena bunyi merupakan unsur yang penting dalam bahasa. Saat berusia enam bulan, anak cenderung mengulangi beberapa suku kata yang pernah didengar.

b. Bermain huruf 

Anak belajar mengenali huruf dengan cara melihat dan menyentuhnya. Bermain mengenalkan huruf abjad dapat dilakukan sejak kecil, seperti bermain dengan menggunakan huruf sandpaper (amplas). Setelah pemahaman mengenai huruf beserta penggunannya meningkat, level permainan kartu bergambar dapat ditingkatkan termasuk kosa katanya. Selain pengenalan huruf, permainan ini juga dapat meningkatkan jumlah perbendaharaan kata yang dimiliki anak.

c. Merangkai cerita 

Anak-anak yang belum mampu membaca tulisan, pada umumnya gemar "membaca" gambar. Kegiatan merangkai cerita dapat dimulai dengan memberi anak potongan gambar dan meminta anak mengungkapkan hal yang dipikirkan anak mengenai gambar tersebut secara lisan. Ketika anak sudah mulai berlatih menulis, stimulasi anak agar bersedia mengungkapkan perasaannya melalui tulisan. Kegiatan ini dapat melatih kemampuan berbicara dan menulis anak.

d. Berdiskusi atau bercakap-cakap 

Berdiskusi dapat dimulai dengan membicarakan hal apa saja disekitar anak. Apapun pendapat anak, yang terpenting adalah menghargai isi pembicaraan tersebut. Membicarakan perasaan, selain mengasah perkembangan bahasa, juga melatih anak untuk mengendalikan emosi.

e. Bermain peran 

Bermain peran memiliki banyak manfaat bagi anak. Di antaranya yaitu membantu anak untuk mencoba berbagai peran sosial yang diamati, memantapkan peran sesuai jenis kelamin, melepaskan ketakutan atau kegembiraan, mewujudkan khayalan dan imajinasi, serta bekerja sama dan bergaul dengan anak-anak lain. Dalam bermain peran, anak melakukan dialog atau berkomunikasi dengan lawan mainnya, hal ini dapat mengembangkan kemampuan dalam penggunaan kosakata menjadi satu kalimat dan berkomunikasi dengan orang lain.

f. Memperdengarkan lagu anak-anak 

Selain mempertajam pendengaran anak, mendengarkan lagu juga menuntut anak untuk menyimak lirik yang dinyanyikan sehingga menambah kosakata serta pemahaman arti kata.

Daftar Pustaka

  • Madyawati, Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Kencana.
  • Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pedagoga.
  • Ula, S. Shoimatul. 2013. Revolusi Belajar: Optimalisasi Kecerdasan Melalui  Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
  • Deporter, Bobby. 2010. Quantum teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas). Bandung: Kaifa.
  • Jamaris, M. 2017. Pengukuran Kecerdasan Jamak. Bogor: Ghalia Indonesia.
  • Lwin, May. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: Indeks. 
  • Otto, Beverly. 2015. Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Prenadamedia Group.
  • Yaumi, Muhammad dan Ibrahim, Nurdin. 2013. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak(Multiple Intelligences) Mengidentifikasi dan Mengebangkan Multitalenta Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.