Model Pembelajaran Small Group Discussion
Model pembelajaran small group discussion (diskusi kelompok kecil) adalah salah satu bentuk model pembelajaran diskusi antara peserta didik dengan peserta didik lainnya atau peserta didik dengan pengajar yang melibatkan dua atau lebih yang berinteraksi secara menyeluruh dan saling bertatap muka dengan tujuan untuk menganalisis, memecahkan suatu masalah, mengeksplorasi atau memperdebatkan suatu topik tertentu. Model pembelajaran small group discussion dianggap bermanfaat untuk merangsang pemikiran, menantang sikap dan kepercayaan, serta mengembangkan skill-skill interpersonal.
Pembelajaran dengan metode small group discussion merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa untuk memecahkan permasalahan terkait materi pembelajaran dan persoalan yang ada di kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ini melibatkan sekelompok individu yang berinteraksi dengan tujuan saling bertukar informasi, memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan secara kooperatif.
Small group discussion juga diartikan sebagai suatu pendekatan dalam pemahaman materi pelajaran yang menuntut siswa lebih aktif berdiskusi dan tidak semata-mata mengandalkan guru saja. Dalam pelaksanaan diskusi pada model pembelajaran small group discussion dilakukan dengan lebih sedikit peserta dengan tujuan antara lain yaitu meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa dan membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir.
Pengertian Small Group Discussion
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran small group discussion dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Hasibuan dan Moejiono (2000), small group discussion adalah model pembelajaran yang dalam prosesnya melibatkan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara menyeluruh dan saling bertatap muka mengenai tujuan yang sudah ditentukan melalui tukar menukar informasi, saling bertukar pendapat atau pemecahan masalah.
- Menurut Jacobsen (2009), small group discussion adalah salah satu tipe metode active learning yang memanfaatkan interaksi antara pendidik dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik sebagai alat utama untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik. Jika diterapkan dengan efektif, small group discussion dapat merangsang pemikiran, menantang sikap dan kepercayaan, serta mengembangkan skill-skill interpersonal.
- Menurut Ismail (2008), small group discussion adalah proses pembelajaran dengan cara berdisukusi dengan kelompok kecil yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan terkait materi pokok dan permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari.
- Menurut Trianto (2011), small group discussion adalah kegiatan berinteraksi antara peserta didik dengan peserta didik lainnya atau peserta didik dengan pengajar untuk menganalisis, memecahkan suatu masalah, mengeksplorasi atau memperdebatkan suatu topik tertentu.
Tujuan dan Manfaat Small Group Discussion
Menurut Ismail (2008), model pembelajaran small group discussion bertujuan untuk meningkatkan kerja sama siswa, kemampuan berpikir siswa, keaktifan siswa, demokrasi dalam kelas, menimbulkan kepekaan sosial, persaingan yang sehat antar tim dan dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar menjadi kelompok terbaik dan memacu siswa untuk meraih prestasi belajar sebaik mungkin.
Adapun beberapa manfaat dari metode diskusi antara lain yaitu:
- Diskusi mendorong peserta didik untuk aktif menggunakan pengetahuan dan pengalamannya dalam memecahkan masalah tanpa bergantung pada orang lain.
- Peserta didik mampu menyampaikan pendapat secara lisan. Sebab hal ini diperlukan untuk kehidupan yang demokratis.
- Mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tanggung jawab terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka mengembangkan kecerdasan inter-personal peserta didik.
Aspek-aspek Small Group Discussion
Menurut Anita Lie (2005), model pembelajaran small group discussion memiliki beberapa aspek atau unsur yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
Ketergantungan positif ini bukan berarti siswa bergantung secara menyeluruh kepada siswa lain. Jika siswa mengandalkan teman lain tanpa dirinya sendiri memberi ataupun menjadi tempat bergantung bagi sesamanya, hal itu tidak bisa dinamakan ketergantungan positif.
b. Akuntabilitas individual (individual accountability)
Metode small group discussion menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota.
c. Tatap muka (face to face interaction)
Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman. Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada guru.
d. Keterampilan sosial (Social skill)
Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai keterampilan sosial yakni kepemimpinan (leadership), membuat keputusan (trust building), kemampuan berkomunikasi dan keterampilan manajemen konflik (management conflict skill).
e. Proses kelompok (Group procesing)
Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang harus diubah atau dipertahankan.
Prinsip-prinsip Small Group Discussion
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), terdapat beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode small group discussion, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Stimulasi belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru kepada siswa.
b. Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti gambar, foto, diagram, dan lain-lain. Sedangkan motivasi belajar bisa tumbuh dari dua hal, yakni tumbuh dari dalam dirinya sendiri dan tumbuh dari luar dirinya.
c. Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.
d. Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
e. Pemakaian dan pemindahan
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, pemberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, melakukan dalam situasi yang menyenangkan.
Langkah-langkah Small Group Discussion
Menurut Ismail (2008), langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran small group discussion adalah sebagai berikut:
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil antara 4 sampai 6 orang.
- Guru memberikan soal IPS untuk masing-masing kelompok sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
- Mintalah siswa untuk mendiskusikan permasalahan tersebut.
- Mintalah tiap-tiap kelompok untuk menuangkan poin-poin penting (kata kunci) hasil diskusinya pada selembar kertas.
- Dari tiap-tiap kelompok, mintalah mereka untuk menunjuk 1-2 juru bicara.
- Mintalah para juru bicara kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
- Mintalah kelompok lain untuk memberi sanggahan atau pertanyaan.
- Guru melakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.
Pendapat lain terkait langkah-langkah dalam proses belajar menggunakan metode small group discussion adalah:
- Pendidik membuat topik dan tujuan diskusi.
- Pendidik menjelaskan aturan dalam berdiskusi dan menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas.
- Peserta didik diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang).
- Aktivitas dimulai dengan memilih salah satu untuk dijadikan pemimpin diskusi atau juru bicara, notulen, dan lainnya sebagai anggota.
- Peserta didik memulai diskusi dari menjelaskan masalah yang ada, kemudian menganalisis jawaban atas masalah yang ada dan yang terakhir menyimpulkan hasil dari diskusi.
- Peserta didik memiliki tugas mengemukakan ide–idenya untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang didiskusikan.
- Pendidik bertugas untuk mengawasi interaksi antar peserta didik, mendampingi peserta didik jika diskusi keluar dari topik.
- Hasil diskusi yang telah disepakati dari setiap kelompok kecil akan dipresentasikan ke kelas besar.
- Dalam kelas besar didiskusikan kembali apabila peserta didik mengalami kesulitan dan pendidik bertugas untuk memberikan informasi berkaitan dengan topik diskusi.
- Memberikan kesimpulan dan melakukan evaluasi. Pendidik mengulas pada setiap akhir sesi diskusi peserta didik.
Kelebihan dan Kekurangan Small Group Discussion
Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran small group discussion. Menurut Sriyono (1992), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran small group discussion adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran small group discussion adalah:
- Melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses belajar mengajar.
- Memupuk kepercayaan kepada diri sendiri.
- Menggabungkan berbagai pendapat dari berbagai sumber.
- Menghasilkan pandangan baru.
- Memudahkan pencapaian tujuan.
- Melatih peserta didik belajar bertukar pikiran dan berpikir secara terarah.
- Memupuk sikap toleran, mau memberi dan menerima.
- Mengembangkan kebebasan intelek peserta didik.
- Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguji, mengubah, dan memperbaiki pandangannya.
- Memberi kesempatan kepada mereka untuk menjalin hubungan dan kerja sama berikutnya.
b. Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran small group discussion adalah:
- Hasil diskusi tidak bisa dicapai dengan baik, sebab diskusi menyimpang dari pokok bahasan.
- Diskusi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar belakang pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan.
- Waktu yang dibutuhkan lebih lama.
- Diskusi tidak akan melibatkan segenap peserta bila pemimpin diskusi kurang bijaksana.
- Terjadi dominasi pada saat diskusi.
Daftar Pustaka
- Hasibuan dan Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
- Jacobsen, David A., dkk. 2009. Methods For Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Ismail, Arif. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
- Anita Lie. 2005. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
- Sriyono. 1992. Tehnik Belajar Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.