Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum dan kegiatan yang dilakukan di dalamnya, dengan tujuan untuk menghasilkan dan menyesuaikan perkembangan pembelajaran sehingga memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik. Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan konsep yang akan ditempuh atau dipilih oleh suatu lembaga pendidikan agar pengembangan kurikulum menjadi lebih terarah dan terukur.

Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan untuk menghasilkan kurikulum yang baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil evaluasi kurikulum yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Pengembangan kurikulum adalah proses siklus yang akan terus berjalan, hal itu disebabkan karena pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang tertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, meliputi tujuan, isi (materi), metode, organisasi dan penilaian itu sendiri.

Pengembangan kurikulum juga diartikan sebagai proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan suatu kurikulum yang spesifik sesuai dengan kondisi lembaga pendidikan. Proses pengembangan kurikulum berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, seperti penetapan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan belajar, dan sumber belajar untuk memudahkan proses belajar-mengajar. Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu terjadi pada diri siswa.

Pengertian Pengembangan Kurikulum 

Berikut definisi dan pengertian pengembangan kurikulum dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Ahmad, dkk (1998), pengembangan kurikulum adalah suatu proses merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan dengan hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik. 
  • Menurut Arifin (2012), pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari dalam dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya atau adanya perubahan/merevisi atau peralihan total dari suatu kurikulum ke kurikulum lain. 
  • Menurut Hamalik (2013), pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar-mengajar. 
  • Menurut Suparlan (2011), pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
  • Menurut Sukmadinata (2011), pengembangan kurikulum adalah perencana, pelaksana, penilai dan pengembang kurikulum sebenarnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembang kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum 

Menurut Hamid (2012), pengembangan kurikulum terdiri dari lima prinsip utama, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip Relevansi 

Relevansi artinya adanya kedekatan hubungan sesuatu dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, berarti perlunya kesesuaian antara program pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang. Adapun relevansi yang harus dimiliki dalam program kurikulum, terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Relevansi ke luar 

  • Kesesuaian atas keserasian antara pendidikan dengan lingkungan hidup siswa. 
  • Kesesuaian antara pendidikan dengan kehidupan anak didik disaat sekarang dan yang akan datang. 
  • Kesesuaian antara pendidikan dengan tuntutan dunia kerjanya bagi siswa. 
  • Kesesuaian antara pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Relevansi ke dalam 

Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum. yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

b. Prinsip Fleksibelitas 

Prinsip fleksibilitas diartikan sebagai pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur, dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang peserta didik. Di dalam kurikulum, fleksibelitas dapat dibagi menjadi dua bentu, yaitu: 

  1. Fleksibelitas dalam memilih program pendidikan. Fleksibelitas di sini maksudnya adalah bentuk pengadaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program spesialisasi, ataupun program-program pendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya. 
  2. Fleksibelitas dalam pengembangan program pengajaran. Fleksibelitas di sini maksudnya adalah dalam bentuk memberikan kesempatan kepada pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat umum.

c. Prinsip Kontinuitas 

Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi. Adapun kontinuitas dalam kurikulum setidaknya ada dua jenis, yaitu:

1. Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah 

  • Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya. 
  • Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah tidak harus diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga terhindar dari tumpang tindih dalam pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar.

2. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi 

Kesinambungan di antara berbagai bidang studi menunjukkan bahwa dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, untuk mengubah angka temperatur dari skala Celsius ke skala Fahrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian pecahan. Karenanya, pelajaran mengenai bilangan pecahan tersebut hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik mempelajari cara mengubah temperatur itu.

d. Prinsip Praktis 

Prinsip praktis disebut juga dengan efisiensi, maksudnya adalah mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai. Prinsip efisiensi sering kali dikonotasikan dengan prinsip ekonomi, yang berbunyi: dengan modal atau biaya, tenaga, dan waktu yang sekecil-kecilya akan dicapai hasil yang memuaskan. Efesiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.

Dalam pengembangan kurikulum, prinsip efisiensi harus mendapat perhatian termasuk efisiensi segi waktu, tenaga, peralatan dan biaya. Efisiensi waktu perlu direncanakan kegiatan belajar siswa agar tidak banyak membuang waktu di sekolah. Efisiensi penggunaan tenaga dan peralatan perlu ditetapkan jumlah minimal siswa yang harus dipenuhi oleh sekolah dan cara menentukan jumlah guru yang dibutuhkan. Dengan mengusahakan tercapainya berbagai segi efisiensi di atas, diharapkan dapat dicapai efisiensi-efisiensi di atas, diharapkan dicapai efisiensi dalam pembiayaan pendidikan.

e. Prinsip Efektifitas 

Prinsip efektivitas yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pendidikan dan proses belajar mengajar yaitu berkenaan dengan masalah efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar siswa. Efektifitas mengajar guru berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.

Efektivitas belajar siswa, berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Efektivitas belajar mengajar dalam dunia pendidikan mempunyai keterkaitan erat antara guru dan siswa kepincangan salah satunya akan membuat terhambatnya pencapaian tujuan pendidikan.

Model-model Pengembangan Kurikulum 

Menurut Haryati (2011), terdapat beberapa jenis atau model pengembangan kurikulum yang biasa dilakukan, antara lain yaitu sebagai berikut: 

a. The administrative model 

Model ini dikenal dengan adanya garis staf atau model lain dari atas ke bawah (top down). Kerja model ini adalah inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan yang kemudian membentuk tim terdiri, pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan staf pengajar inti yang bertugas merencanakan memberi pengarahan tentang garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan. 

b. The grass roots model (dari bawah) 

Model ini bersifat desentralisasi kegiatan pengembangan kurikulum cara ini sangat memperhatikan kerja sama dengan orang tua. Peserta didik dan masyarakat. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Sehingga guru mempunyai wewenang dalam kurikulum karena guru paling tahu kebutuhan kelasnya. Oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. 

c. Beauchamp’s system 

Model ini dikembangkan oleh seorang ahli kurikulum bernama Beauchamp. Menurut Beauchamp terdapat lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu: 

  1. Menentukan area. 
  2. Menentukan personalia terdiri spesialis kurikulum, perwakilan kelompok orang profesional, staf pengajar, tokoh-tokoh masyarakat, dan orang awam. 
  3. Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum meliputi penentuan tujuan, materi kegiatan belajar, dan evaluasi. 
  4. Mengimplementasikan kurikulum secara sistematis. 
  5. Penyelenggaraan evaluasi kurikulum.

d. The demonstration model 

Model ini bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru. Dalam pengembangan model ini terdapat dua bentuk pengembangan. Pertama, kelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melakukan uji coba. Kedua, beberapa pihak yang merasa kurang puas terhadap kurikulum yang sudah ada kemudian melakukan eksperimen, uji coba dan pengembangan secara mandiri.

e. Taba’s inverted model 

Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya model ini disebut model terbalik. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model taba ini, yaitu: 

  1. Mengadakan unit-unit eksperimen kerjasama guru-guru. Di dalam unit eksperimen ini diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktik. Ada delapan langkah kegiatan dalam unit eksperimen ini: (1) mendiagnosis kebutuhan, (2) merumuskan tujuan khusus, (3) memilih isi, (4) mengorganisasi isi, (5) memilih pengalaman belajar, (6) mengorganisasi pengalaman belajar, (7) mengevaluasi, (8) melihat sekuens dan keseimbangan. 
  2. Menguji unit eksperimen.Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan kepraktisannya untuk kelas-kelas atau tempat lain. 
  3. Mengdakan revisi dan konsolidasi terhadap hasil unit eksperimen.
  4. Menyusun kerangka kerja teoritis. Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional. 
  5. Menyusun kurikulum, yang dikembangkan secara menyeluruh dan mendiseminasikan (menerapkan kurikulum pada daerah atau sekolah yang lebih luas).

Tahapan Pengembangan Kurikulum 

Menurut Arifin (2012), pengembangan kurikulum terdiri dari beberapa tingkat, yaitu makro (nasional), tingkat institusi (sekolah), tingkat mata pelajaran (bidang studi), dan pada tingkat pembelajaran di kelas. Adapun penjelasan dari tahapan pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan tingkat makro (nasional) 

Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum dibahas dalam ruang lingkup nasional yang meliputi Tri-Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Secara vertikal, pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan tingkatan pendidikan atau sekolah, seperti TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan perguruan tinggi. Secara horizontal, pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan jenis pendidikan atau sekolah yang sederajat, seperti Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dan Program Paket A.

b. Pengembangan tingkat institusi (sekolah) 

Pengembangan kurikulum tingkat institusi/lembaga mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu merumuskan tujuan sekolah atau standar kompetensi lulusan masing-masing lembaga, penetapan isi dan struktur program, dan penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Standar kompetensi lulusan yang dimaksud adalah rumusan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diharapkan dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan keseluruhan program pendidikan pada suatu lembaga pendidikan.

c. Pengembangan tingkat mata pelajaran (bidang studi) 

Pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi ini dilakukan dalam bentuk menyusun atau mengembangkan silabus bidang studi/mata pelajaran untuk setiap semester. Silabus suatu bidang studi berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, sistem penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Pengembangan silabus harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, antara lain ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan baik oleh guru secara mandiri, berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Pusat Kegiatan Guru (PKG) maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

d. Pengembangan tingkat pembelajaran di kelas 

Untuk mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas, maka guru perlu menyusun program pembelajaran, seperti paket modul, paket belajar, paket berprogram, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Secara garis besar, RPP tersebut terdiri atas identitas mata pelajaran, topik/materi pokok, kelas dan semester, waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat/media/sumber, dan penilaian. Berdasarkan RPP tersebut, guru diharapkan dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

Daftar Pustaka

  • Ahmad dkk, HM. 1998. Pengembangan Kurikulum di Perguruan Tinggi. Bandung: Pustaka Setia.
  • Arifin, Zaenal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
  • Suparlan. 2011. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 
  • Hamid, Hamdani. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
  • Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengembangan Kurikulum. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2023/02/pengembangan-kurikulum.html