Kecerdasan Spasial

Daftar Isi

Kecerdasan spasial adalah kemampuan memahami dan membayangkan perspektif ruang, dimensi, atau geometris termasuk kepekaan terhadap garis dan warna. Seseorang dengan kemampuan kecerdasan spasial biasanya lebih cepat dalam memahami bentuk-bentuk ruang, seperti bentuk rumah, bangunan, dan dekorasi. Kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk memecahkan masalah visual menggunakan persepsi bentuk dimensi dua dan tiga serta pemahaman mengenai informasi yang diterima serta hubungannya.

Kecerdasan Spasial

Kecerdasan spasial juga dikenal dengan kecerdasan visual, kemampuan tilikan ruang, kecerdasan logika gambar, spatial ability dan sebagainya. Kecerdasan spasial biasanya berkaitan dengan kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual, dan mengorientasikan benda secara tepat. Kecerdasan spasial selain berguga dalam visualisasi ruang dan memahami bentuk-bentuk yang memiliki struktur, warna, dan garis ruang secara tepat, juga banyak digunakan dalam menggambar diagram, peta konsep, mencocokkan gambar dengan kata-kata, serta menggambar suatu bentuk.

Kecerdasan spasial juga diartikan sebagai kemampuan untuk mengkonsep dan menggunakan pola dalam ruang. Selain itu, kecerdasan spasial juga merupakan kemampuan untuk mengubah (memanipulasi) bentuk gambar, melihat objek dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Kecerdasan spasial bermanfaat untuk menempatkan diri dalam berbagai lingkup bidang, seperti; pemetaan ruang, gambar, teknik, dimensi yang berkaitan dengan ruang nyata maupun ruang abstrak. Jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan spasial adalah fotografer, dekorator ruang, perancang busana, arsitek, pembuat film, animator, desainer interior, pelukis, pematung, dan programer komputer.

Pengertian Kecerdasan Spasial 

Berikut definisi dan pengertian kecerdasan spasial dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Hariwijaya dan Surya (2012), kecerdasan spasial adalah kemampuan menciptakan ruang geometris dan mengamati dunia visual. Kecerdasan visual meliputi kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, dan ruang. Kemampuan visual secara spasial mengorientasi diri dalam matriks ruang. 
  • Menurut Musfiroh (2008), kecerdasan spasial adalah kemampuan mempersepsi dunia visual-spasial secara akurat serta mentransformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai bentuk. Seseorang dengan kecerdasan spasial terkesan kreatif, memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visual dan spasial dalam bentuk gambar atau bentuk yang terlihat mata. 
  • Menurut Anastasi dan Urbina (2007), kecerdasan spasial adalah kecerdasan yang terdiri dua faktor, yang pertama berhubungan dengan persepsi hubungan-hubungan spasial atau geometri, yang keduan dengan visualisasi manipulatif lainnya berupa visualisasi perubahan posisi atau transformasi. 
  • Menurut Amstrong (2009), kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat dan melakukan transformasi pada persepsi tersebut. Kecerdasan spasial melibatkan kepekaan terhadap warna, garis bentuk, ruang, dan hubungan yang terkait dalam elemen-elemen ini.
  • Menurut Safaria (2010), kecerdasan spasial adalah kemampuan dalam memahami perspektif ruang dan dimensi. Dalam hal ini individu yang memiliki kelebihan kecerdasan spasial akan cepat dalam memahami bentuk-bentuk ruang, seperti bentuk rumah, bangunan, dan dekorasi.

Komponen Kecerdasan Spasial 

Menurut Suparno (2013), kecerdasan spasial terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:

a. Spasial perseption (persepsi spasial) 

Pesepsi spasial adalah kemampuan mengamati suatu bangun ruang atau bagian-bagian bangun ruang yang diletakkan dalam posisi vertikal atau horizontal. Contohnya terdapat sebuah gelas yang berisi air dan diletakkan dalam posisi tegak dan miring. Kemudian peserta didik akan memahami bahwa permukaan air dalam gelas tersebut akan tetap sama dalam posisi mendatar.

b. Spasial visualisation (visualisasi spasial) 

Visualisasi spasial lebih kepada kemampuan untuk memvisualisasikan perpindahan suatu bangun ruang atau perubahan pada bagian-bagian suatu bangun ruang. Contohnya sebuah bangun ruang yang dipotong oleh sebuah bidang atau jaring-jaring manakah yang bisa membentuk suatu bangun limas.

c. Mental rotation (kemampuan rotasi) 

Rotasi mental mencangkup kemampuan secara cepat dan tepat untuk merotasikan gambar 2-D atau 3-D. Contohnya memilih dari beberapa gambar dengan perbedaan posisi kemudian menyamakan secara identik dengan gambar salah satu gambar.

d. Spasial relations (relasi spasial) 

Relasi spasial memiliki arti kemampuan untuk mengerti wujud dari suatu benda atau bagian dari benda tersebut dan hubungannya antara satu bagian dengan bagian yang lain. Contohnya diberikan sebuah kubus dengan pola yang berbeda pada tiap sisinya. Peserta didik diminta menunjukkan kubus yang dapat mewakili kubus yang ditentukan.

e. Spasial orientation (orientasi spasial) 

Orientasi spasial merupakan kemampuan untuk mengorientasikan diri sendiri, baik secara fisik ataupun mental dalam suatu ruang. Seseorang dapat memahami bentuk dari suatu bangun ruang atau bagian dari bangun ruang apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Contohnya model dari kubus apabila dilihat dari samping kanan, samping kiri, atas ataupun bawah.

Karakteristik Kecerdasan Spasial 

Menurut Haas (2003), karakterisik kecerdasan spasial yang dapat diamati pada peserta didik yaitu sebagai berikut:

a. Imaging (Pengimajinasian) 

Pengimajinasian merupakan bagaimana seseorang dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan imajinasi yang dimiliki. Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti menatap langit-langit, atau kegiatan di luar, atau mencoret-coret di buku catatan akan membantu mereka dalam proses pembelajaran. Beberapa indikator pengimajinasian adalah: 

  1. Siswa mampu menggunakan bantuan gambar dalam menyelesaikan permasalahan. 
  2. Siswa mampu menggambarkan penyelesaian masalah dengan benar.

b. Conceptualizing (Pengonsepan) 

Karakteristik pengonsepan adalah menyelesaikan permasalahan dengan membangun konsep yang ada dan dihubungkan dengan permasalahan. Beberapa kegitan yang berkaitan dengan pengonsepan yaitu mengumpulkan dan mengontruksi kerangka kerja konseptual untuk memperlihatkan hubungan antara fakta-fakta dan persoalan pokoknya. Adapun indikator adalah: 

  1. Siswa mampu menyebutkan dengan benar konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan. 
  2. Siswa mampu menghubungkan antara data yang diketahui dengan konsep yang telah dimiliki.

c. Problem-Solving (Pemecahan Masalah) 

Karakteristik pemecahan masalah adalah bagaimana siswa menyelesaikan permasalahan dengan memecahkan masalah yang ada. Kegiatan yang dilakukan adalah siswa dengan kemampuan visual spasial memiliki pemikiran yang divergen/menyebar, lebih memilih solusi yang tidak umum dan strategi yang bermacam-macam untuk menyelesaikan masalah. Adapun indikator dari pemecahan masalah adalah: 

  1. Siswa melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. 
  2. Siswa mencetuskan banyak ide, banyak penyelesaian masalah atau banyak pertanyaan dengan lancar.

d. Pattern-Seeking (Pencarian Pola) 

Siswa dengan kemampuan visual spasial tidak hanya unggul dalam mencari pola-pola dalam menentukan jumlah, namun mereka juga mampu menemukan pola dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan masalah keruangan. Adapun indikator dari kemampuan ini adalah siswa mampu menemukan pola dalam menyelesaikan permasalahan.

Ciri-ciri Kecerdasan Spasial 

Menurut Yusuf dan Nurihsan (2012), indikator atau ciri-ciri siswa dengan kemampuan kecerdasan spasial antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Belajar dengan cara melihat dan mengobservasi benda. Memahami dengan baik wajah, objek, bentuk, dan warna secara detail serta keseluruhan pandangan dari benda tersebut. 
  2. Mengemudikan diri dan memahami objek-objek secara efektif melalui ruang, misalnya mengendalikan mobil, mendayung perahu, memimpin perjalanan dalam bentuk suatu celah atau menemukan jalan di hutan tanpa ada jejak sebelumnya.
  3. Menerima membaca grafik, peta serta diagram. Ia juga mampu membaca penyajian grafik maupun media-media visual lainnya.
  4. Menikmati membuat sketsa, menggambar, melukis, memahat, serta pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan bentuk-bentuk visual.
  5. Menikmati membuat bangunan tiga dimensi, seperti origami, mainan berbentuk jembatan, rumah-rumahan atau kontainer. Ia juga mampu merubah objek-objek dalam imajinasinya serta mampu membayangkan memindahkan benda dalam imajinasinya. 
  6. Mampu melihat sesuatu dalam cara dan perspektif yang berbeda, ataupun mendeteksi objek yang bersembunyi diantara objek lainnya. 
  7. Mampu memersepsi pola-pola bentuk yang nyata maupun yang hampir tidak terlihat/halus. 
  8. Mampu menciptakan informasi konkrit dan gambaran visual, serta cakap dalam mempresentasikan desain visual.
  9. Menunjukkan minat berkarir menjadi artis, fotografer, insinyur, videografi, arsitek, desainer, pilot, ataupun karier yang berorientasikan visual lainnya. 
  10. Menciptakan bentuk-bentuk baru yang orisinal dari media visual ruang atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan seni.

Mengembangkan Kemampuan Kecerdasan Visual 

Menurut Suryadi (2006), terdapat beberapa kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan atau mengembangkan kecerdasasan visual pada anak, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Menggambar dan melukis. Pada anak-anak, kegiatan menggambar dan melukis tampaknya yang paling sering dilakukan mengingat kegiatan ini bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan biaya yang variatif. Sediakan anak-anak dengan alat lukis atau gambar, seperti pensil, kertas gambar, krayon, dan sebagainya. Biarkan anak menggambar atau melukis apa saja yang mereka sukai. Kegiatan ini bisa melatih dan merangsang kreativitas anak juga imajinasinya. Selain itu, menggambar dan melukis juga merupakan ajang bagi anak untuk mengekspresikan dirinya. 
  2. Mencoret-coret. Untuk mampu menggambar, atau memulainya dengan tahapan mencoret-coret terlebih dahulu. Kegiatan ini merupakan sarana ekspresi anak. Selain itu, kegiatan ini menuntut koordinasi tangan-mata anak. Coretan yang merupakan tahapan dari menggambar merupakan sarana untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya. 
  3. Menyanyi, mengenal dan membayangkan suatu konsep. Dibalik kegembiraan anak saat melakukan kegiatan ini, seni juga dapat membuat anak menjadi cerdas. Melalui menyanyi, misalnya anak mengenal berbagai konsep. Lagu mengenai pemandangan misalnya, akan membuat konsep melalui bukit, sungai, sawah, langit, dan gunung. Bagaimana ia harus membayangkan objek-objek alam yang akan dinyanyikan, dan bagaimana hubungan objek tersebut, semuanya akan semakin mengasah kemampuan visual spasial anak. 
  4. Membuat prakarya. Tidak hanya menggambar, kegiatan membuat prakarya juga dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak. Kerajinan tangan yang paling mungkin dilakukan anak adalah dengan menggunakan kertas. Aktivitas ini menuntut kemampuan anak untuk memanipulasi bahan. Kreativitas dan imajinasi anak terasah, selain dapat membangun kepercayaan diri anak. 
  5. Mengunjungi berbagai tempat. Anak dapat memperkaya pengalaman visualnya dengan mengajaknya ke museum, kebun binatang, tamasya, ke pasar, ke toko buku, dan sebagainya. Setelah anak kembali dari tempat-tempat tersebut, ajaklah anak untuk mengilustrasikan keadaan tempat-tempat tersebut. Ini akan melatih kemampuan visual anak. 
  6. Permainan konstruktif dan kreatif. Sejumlah permainan seperti membangun konstruksi, dapat membantu mengoptimalkan perkembangan kecerdasan visual-spasial anak. Anak dapat menggunakan alat permainan seperti balok-balok, puzzle, permainan rumah-rumahan, peta, gambar, dan sebagainya. 
  7. Mengatur dan merancang. Kejelian anak untuk mengatur dan merancang juga dapat diasah dengan mengajaknya dalam kegiatan mengatur ruang di rumah. Kegiatan seperti ini juga baik untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, bahwa ia mampu memutuskan sesuatu.

Daftar Pustaka

  • Hariwijaya, M,. dan Surya, Sutan. 2012. Adventures In Math Tes IQ Matematika. Jakarta : Suka Buku.
  • Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo.
  • Anastasi, A,. dan Urbina. 2007. Tes Psikologi. Jakarta: Indeks.
  • Amstrong, T. 2009. Kecerdasan Multipel di dalam Kelas. Jakarta: Indeks.
  • Safaria, Triantoro. 2010. Spiritual Intelegence (Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak). Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Suparno, P. 2013. Miskonsepsi & Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:  Grasindo.
  • Haas, S.C. 2003. Algebra for Gifted Visual-Spatial Learned. Gifted Education Communicator (Spring).
  • Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juantika. 2012. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Suryadi. 2006. Kiat Jitu dalam Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota.