Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Berpikir Reflektif - Pengertian, Syarat, Tahapan dan Tingkatan

Berpikir reflektif adalah suatu kegiatan berpikir yang terarah, gigih dan terus-menerus dengan mempertimbangkan secara seksama dalam penyelesaian masalah baru yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman lama yang telah diketahui untuk menentukan langkah yang berurutan dan saling terhubung. Proses berpikir yang dilakukan pada berpikir reflektif tidak hanya berupa urutan dari berbagai gagasan, tetapi suatu proses yang sedemikian rupa sehingga masing-masing ide mengacu pada ide terdahulu untuk menemukan langkah berikutnya.

Berpikir Reflektif - Pengertian, Syarat, Tahapan dan Tingkatan

Berpikir reflektif merupakan proses berpikir secara aktif dan terus-menerus, yang dilakukan secara sadar dengan mengambil berbagai alasan dan pengetahuan lama yang telah diperoleh sehingga dapat ditemukan satu kesimpulan untuk dapat digunakan dalam menyelesaikan sebuah masalah. Berpikir reflektif berupa serangkaian langkah–langkah pengetahuan yang telah dimiliki dan sedang dipelajari dalam menganalisa masalah, mengevaluasi, menyimpulkan dan memutuskan penyelesaian yang terbaik terhadap masalah yang diberikan.

Berpikir reflektif juga dapat diartikan sebagai kegiatan berpikir tingkat tinggi, dengan tujuan untuk membuat individu berusaha untuk menghubungkan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan lamanya. Berpikir reflektif itu dapat digambarkan sebagai informasi atau data yang digunakan untuk merespon, berasal dari dalam diri (internal), bisa menjelaskan apa yang telah dilakukan, menyadari kesalahan dan memperbaikinya serta mengkomunikasikan ide dengan simbol atau gambar bukan dengan objek langsung.

Pengertian Berpikir Reflektif 

Berikut definisi dan pengertian berpikir reflektif dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Ariestian (2016), berpikir reflektif adalah suatu kegiatan berpikir yang dapat membuat peserta didik berusaha untuk menyelesaikan permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan lamanya. 
  • Menurut Fuady (2015), berpikir reflektif adalah kerangka berpikir dengan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dan yang sedang dipelajari dalam menganalisis masalah, mengevaluasi, menyimpulkan dan memutuskan penyelesaian terbaik terhadap masalah yang diberikan. 
  • Menurut Dewey (1993), berpikir reflektif adalah aktif, terus menerus, gigih, dan mempertimbangkan dengan saksama tentang segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya atau format yang diharapkan tentang pengetahuan apabila dipandang dari sudut pandang yang mendukungnya dan menuju pada suatu kesimpulan. 
  • Menurut Suharna (2018), berpikir reflektif adalah proses terarah dan tepat dimana individu menganalisis, mengevaluasi, memotivasi, mendapatkan makna mendalam, menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. 
  • Menurut Noer (2010), berpikir reflektif adalah suatu proses mental tertentu yang memfokuskan dan mengendalikan pola pikiran proses yang dilakukan bukan sekedar urutan dari gagasan-gagasan melainkan suatu proses yang masing-masing ide mengacu pada ide terdahulu untuk menentukan langkah berikutnya sehingga langkah-langkah yang berurutan saling terhubung.

Karakteristik Berpikir Reflektif 

Berpikir reflektif terjadi jika permasalahan dibutuhkan penyelesaian secara obyektif, jika penyelesaian dapat dilakukan secara mudah dan tepat, tidak perlu penggunaan berpikir reflektif. Berpikir reflektif baru ada jika seseorang harus menemukan cara-cara baru dalam memberi reaksi pada situasi yang tengah dihadapinya, atau mengatasi sesuatu hambatan yang merupakan tantangan yang diberikan dari proses mental yang termasuk berpikir reflektif.

Menurut Anwar dan Sofiyan (2018), berpikir relektif dicirikan dengan beberapa karakteristik, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Refleksi sebagai analisis retrospektif atau mengingat kembali (kemampuan untuk menilai diri sendiri). Dimana pendekatan ini, siswa maupun guru merefleksi pemikirannya untuk menggabungkan dari pengalaman sebelumnya dan bagaimana dari pengalaman tersebut berpengaruh dalam praktiknya.
  2. Berpikir reflektif sebagai proses pemecahan masalah (kesadaran tentang bagaimana seseorang belajar). Diperlukannya mengambil langkah-langkah untuk menganalisis dan menjelaskan masalah sebelum mengambil tindakan.
  3. Berpikir reflektif kritis pada diri (mengembangkan perbaikan diri secara terus menerus). Berpikir reflektif kritis dapat dianggap sebagai proses analisis, mempertimbangkan kembali dan mempertanyakan pengalaman dalam konteks yang luas dari suatu permasalahan. 
  4. Berpikir reflektif pada keyakinan dan keberhasilan diri. Keyakinan lebih efektif dibandingkan dengan pengetahuan dalam mempengaruhi seseorang pada saat menyelesaikan tugas atau masalah. Selain itu, keberhasilan merupakan peran yang sangat penting dalam menentukan praktik dalam kemampuan berpikir reflektif.

Syarat Berpikir Reflektif 

Menurut Dewey (1993), terdapat tiga sumber asli yang perlu dimiliki sebagai syarat untuk dapat berpikir secara reflektif, yaitu sebagai berikut: 

  1. Curiosity (keingintahuan). Hal ini lebih kepada cara-cara siswa merespon masalah. Curiosity merupakan keingintahuan seseorang akan penjelasan fenomena-fenomena yang memerlukan jawaban fakta secara jelas serta keinginan untuk mencari jawaban sendiri terhadap soal yang diangkat. 
  2. Suggestion (saran). Suggestion merupakan ide-ide yang dirancang oleh siswa akibat pengalamannya. Saran yang diberikan harus bermacam-macam (agar siswa mempunyai pilihan yang banyak dan beraneka ragam) serta mendalam (agar siswa dapat memahami inti masalahnya). 
  3. Ordelinnes (keteraturan). Dalam hal ini siswa bisa mampu merangkum idenya untuk membentuk satu kesatuan atau sebuah kesimpulan.

Komponen Berpikir Reflektif 

Menurut Kusumaningrum dan Saefudin (2012), berpikir reflektif terdiri dari beberapa komponen, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Recognize or felt difficulty problem, merasakan dan mengidentifikasi masalah. Masalah mungkin dirasakan siswa setelah siswa membaca data pada soal. Kemudian siswa mencari cara untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Pada langkah ini, siswa merasakan adanya permasalahan dan mengidentifikasinya. 
  2. Location and definition of the problem, membatasi dan merumuskan masalah. Langkah ini menuntun siswa untuk berpikir kritis. Berdasarkan pengalaman pada langkah pertama tersebut, siswa mempunyai masalah khusus yang merangsang pikirannya, dalam langkah ini siswa mencermati permasalahan tersebut dan timbul upaya mempertajam masalah. 
  3. Suggestion of possible solution, mengajukan beberapa kemungkinan alternatif solusi pemecahan masalah. Pada langkah ini, siswa mengembangkan berbagai kemungkinan dan solusi untuk memecahkan masalah yang telah dibatasi dan dirumuskan tersebut, siswa berusaha untuk mengadakan penyelesaian masalah. 
  4. Rational elaboration of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan. Siswa mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut, dalam langkah ini siswa memikirkan dan merumuskan penyelesaian masalah dengan mengumpulkan data-data pendukung. 
  5. Test and formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi pemecahan masalah dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan membuat kesimpulan. Siswa menguji kemungkinan dengan jalan menerapkan-nya untuk memecahkan masalah sehingga siswa menemukan sendiri keabsahan temuannya.

Tahapan Berpikir Reflektif 

Menurut Kuswana (2013), berpikir reflektif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu sebagai berikut: 

  1. Mengetahui keterbatasan dalam pengamatan konstruksi tunggal, apa yang diamati orang adalah benar. Perbedaan yang tidak disadari. 
  2. Untuk mengetahui dua kategori, jawaban benar dan salah. Jawaban benar dikatakan memiliki pengetahuan baik, dan jawaban salah dikatakan memiliki pengetahuan kurang. Perbedaan bisa diselesaikan melalui penambahan informasi yang lebih lengkap. 
  3. Pada beberapa wilayah, pengetahuan tertentu telah dicapai, di wilayah lain untuk sementara telah pasti, keyakinan pribadi dapat diketahui. 
  4. Pengetahuan tidak dikenal dalam beberapa konsep kasus spesifik, dapat menyebabkan generalisasi abstrak tidak pasti. Pembenaran pengetahuan memiliki diferensiasi buruk. 
  5. Pengetahuan tidak pasti harus dipahami dalam konteks tertentu, dengan demikian pembenaran spesisfik konteks. Pengetahuan dibatasi oleh sudut pandang orang yang tahu. 
  6. Pengetahuan tidak pasti, tapi dibangun dengan membandingkan bukti dan pendapat dari sisi yang berbeda serta konteksnya.  
  7. Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses penyelidikan yang sistematis. Prinsip ini serata dengan prinsip umum di seluruh ranah. Pengetahuan bersifat sementara.

Adapun menurut Nasriadi (2016), tahapan berpikir reflektif adalah sebagai berikut:

a. Tahap memahami masalah (understanding the problem) 

Pemecahan masalah: Memahami masalah (understanding the problem).

Deskriptor berpikir reflektif:

  1. Menjelaskan tentang identifikasi fakta yang telah dilakukan.
  2. Menjelaskan tentang bagaimana menghubungkan identifikasi. fakta, identifikasi pertanyaan dan kecukupan data dengan informasi yang dimiliki.

b. Tahap membuat rencana penyelesaian (devising a plan) 

Pemecahan masalah: Membuat rencana penyelesaian (devising a plan).

Deskriptor berpikir reflektif: 

  1. Menjelaskan tentang bagaimana mengatur dan merepresentasikan data. 
  2. Menjelaskan tentang operasi apa yang akan dipilih. 
  3. Menjelaskan tentang bagaimana pemecahan masalah yang akan dilakukan.

c. Tahap melaksanakan rencana penyelesaian (carrying out the plan) 

Pemecahan masalah: Melaksanakan rencana penyelesaian (carrying out the plan).

Deskriptor berpikir reflektif: 

  1. Menyelesaikan soal sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.
  2. Menjelaskan pemecahan masalah yang telah dilakukan.

d. Tahap memeriksa kembali hasil penyelesaian (looking back) 

Pemecahan masalah: Memeriksa kembali (looking back)

Deskriptor berpikir reflektif: 

  1. Menjelaskan apakah hasil yang diperoleh sudah menjawab pertanyaan. 
  2. Menjelaskan apakah hasil yang diperoleh masuk akal. 
  3. Menjelaskan apakah ada kesalahan. 
  4. Membuktikan kebenaran dari pemecahan masalah yang telah dilakukan.

Tingkatan Berpikir Reflektif 

Menurut Prasetyowati dan Kartinah (2018), berpikir reflektif terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut:

a. Reacting (berpikir reflektif untuk aksi) 

Pada fase ini peserta didik cenderung menggunakan sumber asli Curiosity (keingin-tahuan dalam pemahaman masalah). Dalam fase ini hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah:

  1. Menyebutkan apa saja yang ditanya pada soal. 
  2. Menyebutkan apa yang diketahui. 
  3. Menyebutkan hubungan antara yang ditanya dengan yang diketahui. 
  4. Mampu menjelaskan apa yang diketahui sudah cukup untuk menjawab yang ditanyakan.

b. Comparing (berpikir reflektif untuk evaluasi) 

Pada fase ini peserta didik cenderung menggunakan sumber asli Suggestion berupa gagasan yang dirancang sesuai pengetahuan yang telah diketahui. Pada fase ini peserta didik melakukan beberapa hal sebagai berikut: 

  1. Menjelaskan jawaban pada permasalahan yang pernah didapatkan. 
  2. Mengaitkan masalah yang ditanyakan dengan masalah yang pernah dihadapi.

c. Conteplanting (berpikir reflektif untuk inkuiri kritis) 

Pada fase ini peserta didik cenderung menggunakan sumber asli berupa keteraturan (Orderlinnes) berdasar Curiosty (keingintahuan) dan saran (Suggestion). Pada fase ini peserta didik melakukan beberapa hal:

  1. Menentukan maksud dari permasalahan. 
  2. Mendeteksi kesalahan pada jawaban. 
  3. Memperbaiki, menjelaskan apabila terjadi kesalahan dari jawaban. 
  4. Membuat kesimpulan dengan benar.

Adapun menurut Fadhilah (2015), tingkatan kemampuan berpikir reflektif dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:

a. T1: Kurang Reflektif 

Pada tingkatan ini siswa dapat dikatakan kurang reflektif karena siswa hanya melalui tingkat reacting, yaitu bisa melakukan pemahaman terhadap soal yang diberikan melalui beberapa indikator diatas. Pada fase ini siswa menggunakan sumber asli Curiosity (keingintahuan), karena dengan adanya keingintahuan siswa bisa memahami apa yang ditanyakan.

b. T2: Cukup Reflektif 

Pada tingkatan ini siswa dapat dikatakan cukup reflektif karena siswa mampu melalui tingkatan reacting dan comparing yaitu bisa memahami masalah sekaligus menjelaskan jawaban dari permasalahan yang pernah didapatkan, mengaitkan masalah yang ada dengan permasalahan lain yang hampir sama dan pernah dihadapi. Pada tingkat ini siswa cenderung menggunakan sumber asli Curiosity (keingintahuan) dan Suggestion (saran), karena siswa menghubungkan apa yang ditanyakan dengan permasalahan yang hampir sama dan pernah dihadapi.

c. T3: Reflektif 

Pada tingkatan ini siswa dapat dikatakan reflektif karena dapat melalui tingkatan Reacting, Comparing dan Contemplanting yaitu bisa membuat kesimpulan berdasarkan pemahaman terhadap apa yang ditanyakan, pengaitannya dengan permasalahan yang pernah dihadapi, menentukan maksud dari permasalahan yang pernah dihadapi, menentukan maksud dari permasalahan, dapat memperbaiki dan menjelaskan jika jawaban yang diutarakan salah. Pada tingkat ini siswa cenderung menggunakan sumber asli Orderlinnes (keteraturan) berdasarkan Curiosity (keingintahuan) Suggestion (saran).

Daftar Pustaka

  • Noer. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
  • Anwar dan Sofiyan. 2018. Teoritik Tentang Berpikir Reflektif Siswa dalam Pengajuan Masalah Matematis. Jurnal Numeracy.
  • Nasriadi, A. 2016. Berpikir Reflektif Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif. Jurnal Vol.III No.1.
  • Ariestian, Yola. 2016. Proses Berpikir Reflektif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Jurnal Kadikma 7, No.1.
  • Fuady, Anies. 2015. Berpikir Reflektif Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
  • Ilmiah Pendidikan Matematika 1, No.2.
  • Dewey, John. 1993. How We Think. New York: D.C. Heath & Co.
  • Suharna, Hery. 2018. Teori Berpikir Reflektif dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Yogyakarta: Budi Utama.
  • Kusumaningrum, Maya dan Saefudin, A.A. 2012. Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Matematika Melalui Pemecahan Masalah Matematika. Seminar Nasional Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika Dalam Membangun Karakter Guru Dan Siswa.
  • Kuswana, Wowo Sunaryo. 2013. Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Prasetyowati, Dina dan Kartinah. 2018. Berpikir Reflektif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent. Jurnal Silogisme, Vol.3, No.2.
  • Fadhilah, Millatul. 2015. Analisis Berpikir Reflektif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Garis Singgung Lingkaran Kelas VIII A (Unggulan) di MTs Negeri Pagu Tahun Ajaran 2014/2015. Tulungagung: IAIN Tulungagung.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Berpikir Reflektif - Pengertian, Syarat, Tahapan dan Tingkatan. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2023/04/berpikir-reflektif.html