Disposisi Matematis - Pengertian, Komponen, Karakteristik dan Indikator
Disposisi matematis adalah pandangan dan apresiasi siswa terhadap matematika sebagai sesuatu yang logis, bermanfaat dan menghasilkan sesuatu yang berguna, sehingga siswa memiliki sikap yang positif, kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan, gigih, dan antusias untuk belajar dan melaksanakan kegiatan matematika. Disposisi matematis merupakan suatu kecenderungan atau kebiasaan untuk melihat matematika sebagai sesuatu yang masuk akal, berguna, bermanfaat serta keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam ber-matematika.
Disposisi matematis bukan sekedar rasa ketertarikan terhadap matematika. Disposisi matematis adalah dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika. Dedikasi tersebut berupa apresiasi positif siswa terhadap matematika berupa rasa percaya diri, fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematika, tekun dalam mengerjakan tugas, mempunyai minat, belajar dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap persoalan matematis.
Disposisi matematis merupakan aspek afektif pembelajaran matematika. Aspek ini tertulis secara tidak langsung dalam tujuan mata pelajaran matematika poin kelima menumbuhkan sikap positif seperti sikap logis, kritis, cermat, teliti, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah. Disposisi siswa terhadap matematika terwujud melalui sikap dan tindakan atau strategi apa yang dipilih untuk menyelesaikan tugas serta kemauan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar matematika.
Pengertian Disposisi Matematis
Berikut definisi dan pengertian disposisi matematis atau matematika dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Syaban (2009), disposisi matematis adalah pandangan terhadap matematika sebagai sesuatu yang logis dan menghasilkan sesuatu yang berguna.
- Menurut Sumarmo (2013), disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.
- Menurut Widyasari, dkk (2016), disposisi matematis adalah sikap siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, apakah tekun, berpikir fleksibel, percaya diri dan berminat dalam mengeksplorasi berbagai alternatif cara dalam penyelesaian masalah.
- Menurut Wardani (2011), disposisi matematis adalah suatu ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika seperti kecenderungan untuk berpikir dan bertindak dengan positif termasuk kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan, antusias dalam belajar, gigih dalam menghadapi permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain dan reflektif dalam kegiatan matematika.
- Menurut Suhendra, dkk (2007), disposisi matematis adalah kecenderungan untuk memandang matematika sebagai hal yang bermanfaat, bersikap positif terhadap matematika dan terbiasa melakukan kegiatan matematik.
Komponen Disposisi Matematis
Disposisi siswa terhadap matematika terwujud melalui sikap dan tindakan atau strategi apa yang dipilih untuk menyelesaikan tugas serta kemauan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar matematika. Keyakinan siswa mengenai kecakapan dalam menyelesaikan masalah matematika dan memahami sifat-sifat serta konsep matematika memiliki pengaruh penting terhadap bagaimana siswa menyelesaikan masalah matematika dan pendekatan apa yang akan digunakan sehingga pada akhirnya mereka mampu dan berhasil menyelesaikan soal-soal dan masalah matematika yang disajikan.
Menurut Widyasari, dkk (2016), terdapat tiga komponen disposisi matematis yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Komponen tersebut adalah sebagai berikut:
- Kecenderungan (inclination), berkaitan dengan bagaimana sikap siswa terhadap tugas-tugas yang diberikan.
- Kepekaan (sensitivity), berkaitan dengan sikap siswa terhadap kesiapan diri dan kesempatan dalam menghadapi tugas.
- Kemampuan (ability), berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dari tugas yang sesungguhnya.
Karakteristik Disposisi Matematis
Menurut Widyasari, dkk (2016), karakteristik yang menjadi indikator siswa memiliki disposisi matematis adalah sebagai berikut:
a. Percaya diri
Percaya diri adalah keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk mampu mencapai target, keinginan dan tujuan untuk diselesaikan walaupun menghadapi berbagai tantangan dan masalah serta dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Adapun karakteristik dari percaya diri adalah sebagai berikut:
- Percaya pada kemampuan diri sendiri. Keyakinan pada diri sendiri terhadap semua kejadian yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi dan mengatasi kejadian tersebut.
- Berperilaku mandiri saat mengambil keputusan. Berperilaku baik dalam mengambil keputusan dan dilakukan secara mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Selain itu, memiliki kemampuan meyakini perbuatan yang dilakukannya.
- Mempunyai konsep diri positif. Adanya apresiasi yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri sendiri.
b. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari-nya, dilihat dan didengar. Rasa ingin tahu adalah sesuatu yang dapat diraih oleh para siswa jika kita membuatnya menjadi nyata dan fokus. Rasa ingin tahu dipresentasikan dengan kemampuan belajar dan semangat untuk melakukan penyelidikan yang kita ingin dimiliki oleh para siswa. Adapun karakteristik dari rasa ingin tahu adalah sebagai berikut:
- Menggunakan beberapa alat indera untuk menyelidiki.
- Mengajukan pertanyaan.
- Memperlihatkan minat.
- Antusias mencari jawaban.
- Perhatian pada objek yang dipelajari.
- Antusias pada proses.
- Menanyakan setiap langkah-langkah kegiatan.
c. Ketekunan
Ketekunan adalah kekerasan tekad dan kesungguhan hati. Artinya bekerja, belajar, dan berusaha semaksimal mungkin, sehingga dengan kesungguhan hati dan tekad yang kuat bisa dijadikan sebagai teladan bagi orang lain dan memberikan hasil kepada dirinya sendiri. Beberapa karakteristik yang mencerminkan ketekunan belajar, antara lain yaitu:
- Tidak cepat putus asa bila menemukan kesulitan dalam belajar.
- Tidak cepat puas terhadap prestasi yang dicapai.
- Terbuka dalam menerima kritikan.
- Selalu berkeinginan untuk meningkatkan hasil belajar.
- Berkeinginan untuk mencapai hasil belajar yang terbaik.
- Tidak cepat merasa jenuh atau bosan.
- Sangat berkeinginan untuk menyelidiki hal-hal baru.
- Sangat berkeinginan menegakkan disiplin.
d. Fleksibiltas
Fleksibilitas dalam dunia pendidikan ialah kemampuan penyesuaian diri yang mudah atau penyelarasan dalam keadaan yang berubah. Kemampuan adaptasi ini secara umum ada dalam semua aspek kegiatan belajar mengajar matematika. Salah satu cara untuk meningkatkan fleksibilitas ialah dengan memberikan tugas pengajuan masalah pada siswa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah serta adaptasi siswa pada perubahan-perubahan situasi. Beberapa karakteristik fleksibel antara lain yaitu sebagai berikut:
- Menentukan konsep berdasarkan perspektif yang berbeda-beda.
- Membuat model matematika sesuai apa yang telah dibuat.
- Mempresentasikan konsep dari perspektif dan representasi sesuai ilustrasi soal.
- Memilih strategi yang paling efektif.
- Mengubah arah berpikir secara spontan dalam berpindah strategi.
- Melakukan perhitungan dengan benar.
e. Reflektif
Berpikir reflektif merupakan berpikir bermakna didasarkan pada alasan dan tujuan. Berpikir reflektif adalah aktif terus menerus, gigih dan mempertimbangkan dengan seksama tentang segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya atau format yang diharapkan tentang pengetahuan apabila dipandang dari sudut pandang yang mendukungnya dan menuju pada suatu kesimpulan. Berpikir reflektif adalah serangkaian langkah-langkah rasional logis berdasarkan metode ilmiah mendefinisikan, menganalisis dan memecahkan masalah. Adapun karakteristik berpikir reflektif matematis antara lain yaitu:
- Menginterpretasi suatu kasus berdasarkan konsep matematika yang terlibat.
- Mengidentifikasi konsep atau rumus matematika yang terlibat dalam soal matematika tidak sederhana.
- Mengevaluasi atau memeriksa kebenaran suatu argumen berdasarkan konsep atau sifat yang digunakan.
- Menarik analogi dari dua kasus serupa.
- Menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan dan jawaban.
- Menggeneralisasi.
- Mengidentifikasi.
- Membedakan data relevan dan tidak relevan.
- Memecahkan masalah matematis.
Indikator Disposisi Matematis
Memiliki disposisi matematis tidak cukup ditunjukkan hanya dengan menyenangi belajar matematika. Melalui pengamatan, disposisi matematis siswa dapat diketahui ada tidaknya perubahan pada saat siswa memperoleh atau mengerjakan tugas-tugas. Menurut Syaban (2009), terdapat beberapa indikator disposisi matematis, di antaranya adalah: sifat rasa percaya diri dan tekun dalam mengerjakan tugas matematika, memecahkan masalah, berkomunikasi matematis, dan dalam memberi alasan matematis, sifat fleksibel dalam menyelidiki, dan berusaha mencari alternatif dalam memecahkan masalah, menunjukkan minat, dan rasa ingin tahu, sifat ingin memonitor dan merefleksikan cara mereka berfikir, berusaha mengaplikasikan matematika ke dalam situasi lain, menghargai peran matematika sebagai alat dan bahasa.
Menurut Sumarmo (2013), indikator disposisi matematis dan beberapa item instrumen pertanyaan yang digunakan sebagai landasan indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rasa ingin tahu
Memiliki minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematika. Adapun item instrumen yang digunakan sebagai indikator adalah:
- Saya belajar matematika atas kemauannya sendiri.
- Saya tertantang untuk mengerjakan soal matematika yang sulit.
- Saya mempelajari buku matematika selain yang digunakan di kelas.
- Saya merasa senang mencoba hal-hal baru dalam belajar matematika.
b. Percaya diri
Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, menyelesaikan masalah, memberi alasan, dan mengkomunikasikan gagasan. Adapun item instrumen yang digunakan sebagai indikator adalah:
- Saya yakin dapat memperoleh nilai yang baik dalam matematika.
- Saya yakin mampu mengerjakan tugas matematika.
c. Reflektif
Memonitor dan merefleksikan performance yang dilakukan. Adapun item instrumen yang digunakan sebagai indikator adalah:
- Saya menetapkan target dalam belajar matematika.
- Saya membandingkan hasil belajar matematika dengan target yang ditetapkan.
- Saya berusaha mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam belajar matematika.
- Saya memeriksa kebenaran pekerjaan matematika.
- Saya memperhatikan komentar guru terhadap pekerjaan matematikanya.
d. Tekun
Tekun mengerjakan tugas matematika. Adapun item instrumen yang digunakan sebagai indikator adalah:
- Saya berusaha keras mengerjakan soal matematika sampai menemukan jawaban.
- Saya selalu mengerjakan tugas matematika sampai selesai.
- Saya optimis dalam mengerjakan tugas matematika.
e. Aplikatif
Menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari. Adapun item instrumen yang digunakan sebagai indikator adalah:
- Saya dapat memperoleh nilai matematika bagus dengan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
- Saya menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
- Saya dapat menggunakan matematika dalam situasi lain.
f. Apresiasi
Mengapresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai matematika sebagai alat dan sebagai bahasa. Adapun item instrumen yang digunakan sebagai indikator adalah:
- Saya terapresiasi belajar matematika.
- Saya memiliki semangat yang tinggi belajar matematika.
- Saya berprestasi dalam bidang matematika.
g. Fleksibilitas
Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematis dan berusaha mencari metode alternatif dalam menyelesaikan masalah. Adapun item instrumen yang digunakan sebagai indikator adalah:
- Saya berani mengungkapkan pendapatnya jika dirasa benar.
- Saya mengerjakan soal matematika dengan beragam cara.
- Saya melakukan diskusi dengan teman apabila terdapat soal yang sulit.
Daftar Pustaka
- Sumarmo, Utari. 2013. Berpikir dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya. Kumpulan Makalah. Bandung: FMIPA UPI.
- Wardhani, Sri dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Kemdiknas.
- Widyasari, N., Dahlan, J.A., dan Dewanto, Stanley. 2016. Meningkatkan Kemampuan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal Pendidkan Matematika, Vol.2, No.2.
- Suhendra, dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematika. Jakarta: UT.
- Syaban, Mumun. 2009. Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi. Bandung: Universitas Langlangbuana.