Fonologi - Pengertian, Jenis dan Perubahan
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa bidang linguistik yang mempelajari dan menyelidiki sistem bunyi dan seluk beluk bunyi dengan memperhatikan fungsi bunyi sebagai pembeda arti dari sudut suatu bahasa tertentu. Secara etimologis kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti bunyi, dan logi yang berarti pengetahuan. Bunyi yang dipelajari dalam fonologi yaitu bunyi yang memiliki makna, bukan bunyi yang tanpa makna.
Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi bahasa, dan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dengan dihasilkan oleh alat ucap manusia. Fonologi mempunyai dua cabang ilmu yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Sedangkan fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Fonologi juga diartikan sebagai kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Fonologi merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai oleh pengguna bahasa agar dapat menunjang penguasaan tataran ilmu bahasa lainnya. Kajian fonologi dapat dimanfaatkan untuk kajian cabang linguistik lainnya baik secara praktis maupun teoretis. Cabang linguistik tersebut yaitu bidang morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, dialektologi, psikolinguistik, linguistik terapan, bahkan hingga dalam dunia klinis.
Pengertian Fonologi
Berikut definisi dan pengertian fonologi dari beberapa sumber buku dan referensi:
- Menurut Chaer (2003), fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.
- Menurut Kridalaksana (2001), fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
- Menurut Nurhayati dan Mulyani (2006), fonologi adalah sistem bunyi mengkaji tentang struktur dan fungsi bunyi bahasa untuk membedakan makna kata.
- Menurut Marsono (2019), fonologi adalah cabang ilmu bahasa guna menyelidiki bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi sebagai pembeda arti dari sudut suatu bahasa tertentu.
- Menurut Mulyana (2007), fonologi adalah satu bidang kajian linguistik yang mempelajari sistem bunyi dan seluk beluk bunyi bahasa.
Fonetik dan Fonemik
a. Fonetik
Menurut Chaer (2014), fonetik adalah cabang kajian fonologi yang berusaha mempelajari atau menyelidiki bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsi bunyinya sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik merupakan suatu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa meliputi proses terjadinya bunyi hingga proses bunyi dapat didengar oleh telinga, tanpa memperhatikan fungsi bunyi tersebut. Kajian fonetik dapat memberi tahu dengan tepat mengenai pelafalan bunyi yang seharusnya.
Fonetik berusaha merumuskan dan menyelidiki secara teratur tentang hal ihwal bunyi bahasa. Hal-hal tersebut meliputi proses terbentuknya, besaran frekuensi, intensitas, timbrenya sebagai getaran udara, dan proses bunyi tersebut diterima oleh telinga. Menurut Nurhayati dan Mulyani (2006), terdapat tiga cara pendekatan fonetik, yaitu sebagai berikut:
- Fonetik auditoris, yaitu penyelidikan terhadap kemungkinan bunyibunyi direspons oleh telinga manusia saat bunyi-bunyi bahasa tersebut disampaikan oleh pembicara atau mengenai proses bunyi tersebut diterima oleh telinga.
- Fonetik akustis, yaitu pendekatan fonetik yang mempelajari tentang mekanisme arus bunyi yang keluar dari rongga mulut atau rongga hidung atau keduanya dari pembicara dianggap sebagai gelombang bunyi ujaran.
- Fonetik artikulatoris (organis), merupakan fonetik yang menyelidiki tentang proses bunyi-bunyi bahasa tersebut dihasilkan oleh organ atau alat ucap manusia (organs of speech). Fonetik artikulatoris mempelajari tentang bagaimana alat-alat ucap yang ada pada manusia dapat menghasilkan bunyi bahasa.
b. Fonemik
Menurut Chaer (2014), fonemik mengkaji suatu perbedaan bunyi dapat berfungsi membedakan makna atau tidak. Fonemik merupakan cabang fonologi yang mengkaji bunyi suatu ujaran berdasarkan fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral atau belum terbukti dapat membedakan makna disebut fona, sedangkan fonem adalah satuan bunyi ujaran terkecil yang telah terbukti dapat membedakan makna.
Objek kajian fonemik adalah fonem, yaitu bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi sebagai pembeda makna kata. Fonem merupakan abstraksi dari satu atau beberapa fon, baik vokal maupun konsonan. Pendapat lain menyebutkan bahwa fonem tidak memiliki arti, karena yang memiliki arti sesungguhnya adalah kata yang terdapat unsur fonem.
Untuk mengetahui sebuah bunyi merupakan fonem atau bukan, hal tersebut dapat dicari dengan menggunakan pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda yang dapat menyebabkan perbedaan makna. Dengan kata lain, pasangan minimal merupakan pasangan kata yang tersusun dari bunyi-bunyi bahasa dan memiliki makna yang sama, jika salah satu bunyi tersebut diganti akan berganti pula maknanya.
Perubahan dan Pelesapan Fonem
Menurut Muslich (2008), fonem adalah satuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Sebagai bentuk linguistik terkecil yang membedakan makna, wujud fonem tidak hanya berupa bunyi-bunyi segmental (baik vokal maupun konsonan), tetapi bisa juga berupa unsur-unsur suprasegmental (baik tekanan, nada, durasi maupun jeda). Terdapat beberapa bentuk perubahan dan pelepasan fonem, yaitu sebagai berikut:
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi. Misalnya kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan saptu, terlihat bunyi /b/ berubah menjadi /p/ sebagai pengaruh bunyi /t/.
b. Disimilasi
Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi. Disimilasi merupakan perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda. Misalnya kata sayur-mayur [sayUr mayUr] adalah hasil proses morfologis pengulangan bentuk dasar sayur [sayUr]. Setelah diulang, [s] pada bentuk dasar [sayUr] mengalami perubahan menjadi [m] sehingga menjadi [sayUr mayUr].
c. Modifikasi Vokal
Modifikasi fonem adalah perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Perubahan ini sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam peristiwa asimilasi, tetapi karena kasus ini tergolong khas, maka perlu disendirikan. Misalnya kata toko, koko masing-masing diucapkan [toko], [koko]. Sementara itu, kata tokoh, kokoh diucapkan [tOkOh], [kOkOh].
d. Netralisasi
Netralisasi merupakan perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh lingkungan. Misalnya dalam kata /sabtu/ dan saptu/ atau /lembab/ dan /lembap/, kedua bunyi tersebut tidak membedakan makna. Di sini tampaknya fungsi pembeda makna itu menjadi batal.
e. Zeroisasi (kontraksi)
Zeroisasi (kontraksi) adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Misalnya kata tidak diganti dengan tak atau ndak, tidak ada diganti dengan tiada, kata bagaimana diganti dengan gimana. Penghilangan beberapa fonem tersebut dianggap tidak baku oleh tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka
- Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
- Kridalaksana, Harimukti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
- Nurhayati, Endang dan Mulyani, Siti. 2006. Linguistik Bahasa Jawa: Kajian Fonologi, Morfologi, Sintaksis dan Semantik. Yogyakarta: Bagaskara.
- Marsono. 2011. Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.