Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kepemimpinan Diri (Self Leadership) - Pengertian, Fungsi, Aspek dan Strategi

Self leadership atau kepemimpinan diri adalah kemampuan dan pemahaman yang dimiliki individu dalam mempengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi dirinya (pola pikir dan perilakunya) untuk berperilaku dan melakukan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Self leadership adalah praktik yang dapat memengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan terhadap tujuan seseorang. Seseorang yang memiliki self leadership dalam dirinya akan terus berusaha untuk mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan hidupnya.

Kepemimpinan Diri (Self Leadership) - Pengertian, Fungsi, Aspek dan Strategi

Self leadership merupakan serangkaian proses yang digunakan individu untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Self leadership adalah perluasan strategi yang difokuskan pada perilaku, pola pikir dan perasaan yang digunakan untuk mempengaruhi atas diri sendiri. Self leadership atau kepemimpinan diri merupakan salah satu hal yang mempengaruhi penilaian diri seseorang dalam membentuk motivasi diri dan penataan diri yang sangat dibutuhkan untuk dapat berperilaku sesuai dengan kondisi ideal yang diinginkan.

Self leadership juga dapat diartikan sebagai usaha mengarahkan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan namun harus dikerjakan. Kepemimpinan diri dapat membuat diri merasakan bahwa pekerjaan yang dilakukan terasa menarik dan menyenangkan untuk dilakukan. Self leadership dapat memotivasi diri untuk menjalankan tugas yang diberikan. Keterampilan self leadership dapat dilakukan melalui pengolahan pola pikir dan perasaan individu dalam mempengaruhi diri mereka sendiri sehingga individu dapat mengikuti apa yang ada di dalam diriya untuk mencapai suatu tujuan dan bertanggung jawab atas tujuannya.

Pengertian Self Leadership 

Berikut definisi dan pengertian self leadership dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Houghton (2002), self leadership adalah proses dimana orang mempengaruhi diri mereka untuk mencapai pengarahan diri dan motivasi diri yang diperlukan untuk berperilaku dan melakukan apa yang diinginkan.
  • Menurut Rachmawati, dkk (2018), self leadership adalah filosofi dan sekumpulan strategi tindakan dan mental yang sistematis untuk mengarahkan seseorang kepada kinerja yang lebih tinggi dan efektif juga suatu usaha mempengaruhi diri sendiri untuk dapat mengerahkan diri agar dapat bekerja dengan lebih baik. 
  • Menurut Putra dan Desak (2018), self leadership adalah pemahaman dalam mempengaruhi diri yang cenderung mengarahkan seseorang terhadap tindakan dalam melakukan pekerjaan yang memotivasi secara alami. 
  • Menurut Widyani, dkk (2017), self leadership adalah pemahaman dalam mempengaruhi diri yang cenderung mengarahkan seseorang terhadap kemampuan berinovasi dalam menyelesaikan pekerjaan. 
  • Menurut Neck dan Houghton (2006), self leadership adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk mempengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi dirinya (pola pikir dan perilakunya) untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Fungsi dan Manfaat Self Leadership 

Menurut Mulyono (2019), self leadership memiliki beberapa fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi sebuah organisasi, yaitu sebagai berikut: 

  1. Kemampuan self leadership yang dikembangkan dalam organisasi akan berguna bagi penyebaran shared leadership dalam organisasi yang dapat mengarah kepada pengurangan beban kerja pemimpin formal yang memungkinkan peningkatan kontrol yang lebih efektif. Artinya dengan berkembangnya kemampuan self leadership, maka rentang kendali (span of control) seorang pemimpin akan semakin berkurang dan pengontrolannya tidak perlu seketat mengawasi bawahan yang tidak mandiri. 
  2. Kemampuan self leadership dapat menurunkan derajat ketergantungan kepada otoritas pemimpin tradisional berkat adanya pemberdayaan bawahan akan tanggung jawab yang diperlukannya dalam menjalankan tugasnya. 
  3. Self leadership dapat dianggap sebagai pengganti kepemimpinan yang merupakan alternatif bagi pendekatan top-down leadership dengan otoritas hirarkis formalnya, karena dengan adanya self leadership, maka pendekatan bottom-up menjadi semakin menyebar yang pada akhirnya akan memungkinkan kinerja organisasi menjadi lebih baik. 
  4. Self leadership dianggap merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja organisasi. Hal ini dimungkinkan berkat adanya melalui pola pikir dan tindakan individu-individu dalam organisasi yang kemudian dapat dijadikan alat untuk menganalisis kinerja organisasi tersebut, baik secara parsial maupun keseluruhan. 
  5. Kemampuan self leadership akan memampukan karyawan menanggulangi berbagai tantangan yang dikarenakan oleh sistem organisasi saat ini yang lebih kompleks dan dinamis dikarenakan kemampuannya mengambil keputusan dengan lebih cepat berkat adanya pendelegasian wewenang yang lebih jelas.

Aspek-aspek Self Leadership 

Menurut Musaheri (2013), self leadership terdiri dari beberapa aspek, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Self-awarness (kesadaran diri) 

Self-awarness adalah upaya pengenalan diri sendiri terutama potensi, talenta dan karakter, serta kelebihan dan kelemahan dirinya sebagai individu, seorang yang mengenal dirinya dengan baik akan mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan hal tersebut dalam mewujudkan kinerja yang luar biasa. Seseorang yang dipekerjakan pada bidang yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya tentu akan sulit mencintai pekerjaanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pengamatan terhadap reaksi orang-orang di sekitarnya yaitu dari sikap, ucapan, serta tindakan dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Self-managing (mengelola diri sendiri) 

Self-managing adalah mengelola diri sendiri dengan baik mempermudah dalam untuk mencapai tujuan. Bentuk pengelolaan diri adalah berupa menyusun tindakan-tindakan yang aka dilakukan dalam skala prioritas beserta jangka waktu penyelesaiannya.

c. Self-directing (mengarahkan diri) 

Self-directing adalah mengarahkan diri ditujukan dengan jelas sebagai tujuan individu sehingga bisa memimpin dirinya sendiri mencapai tujuan yang diinginkan. Semakin jelas tujuan yang diraih akan menjadi mudah untuk memimpin dirinya khusus untuk mengarahkan dirinya sendiri kearah tujuan yang ingin dicapai.

d. Self-accomplishment (penyelesaian diri sendiri) 

Self-accomplishment adalah menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas, syarat dan ketentuan untuk menuntaskan pekerjaan dimana seseorang harus mencintai pekerjaannya, dan punya rasa memiliki yang kuat dimana ketika seorang bekerja dalam menyelesaikan tugas nya harus dengan gigih dan tekun.

Strategi Self Leadership 

Menurut Neck dan Houghton (2002), terdapat tiga strategi yang dapat dijalankan untuk meningkatkan kemampuan self leadership pada individu, yaitu sebagai berikut:

a. Behavior Focused Strategies 

Behavior focused strategies atau strategi terfokus pada perilaku adalah tindakan yang dilakukan yang berdampak positif dan akan mengarah pada keberhasilan, serta menekan perilaku negatif yang dapat mengarah pada kegagalan. Strategi ini untuk meninggikan kesadaran diri untuk memfasilitasi manajemen perilaku terutama manajemen perilaku yang terkait dengan tugas-tugas yang dibutuhkan tapi tidak menyenangkan. Adapun beberapa bentuk perilaku dalam strategi ini adalah:

  1. Self-goal setting. Upaya individu untuk menetapkan sebuah batasan waktu bagi dirinya pribadi, dalam upaya mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan organisasi. Penetapan tenggat waktu yang lebih cepat ini dapat menjadi pendorong individu terhadap beberapa tujuan atau sasaran lainnya, apakah yang terkait dengan pekerjaan atau bukan. 
  2. Self-reward. Upaya individu mempengaruhi dirinya sendiri dengan menggunakan reward, baik pada tingkat fisik maupun mental ketika ia dapat mencapai tujuan yang ditetapkannya, misalnya dengan memberikan hadiah bagi dirinya sendiri. 
  3. Self-punishment. Upaya individu dalam memperbaiki perilakunya yang tidak diharapkan rekan kerjanya atau pimpinannya melalui rasa bersalah ketika ia gagal mengerjakan tugasnya atau kritik terhadap diri. 
  4. Self-observation. Mengobservasi diri sendiri meliputi meningkatkan kesadaran diri dan mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu. Kesadaran diri akan mengarah kepada pengidentifikasian perilaku mana yang positif atau negatif, diperlukan atau tidak bagi dirinya atau pihak lainnya yang akhirnya dapat mengarahkan individu untuk menentukan perilaku mana yang harus diubah, ditingkatkan atau dibuang. 
  5. Self-cueing strategy. Upaya memanipulasi lingkungan eksternal guna mendukung perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, seperti dengan mengubah tatanan ruangan atau membuat catatan untuk mengingatkan adanya sebuah tujuan yang harus dicapai.

b. Natural Reward Strategies 

Strategi ini menekankan pada aspek menyenangkan dari tugas atau kegiatan yang diberikan. Strategi ini dapat meningkatkan kinerja karena berfokus pada pekerjaan atau tugas yang menyenangkan. Strategi ini akan membantu individu untuk menciptakan perasaan berkompeten dan self determination (percaya bahwa dirinya bisa menentukan nasibnya sendiri), sehingga dapat memberikan energi pada perilakunya yang lebih lanjut akan meningkatkan kinerja. Misalnya untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan, seseorang akan memainkan musik yang lembut, memajang sebuah gambar, atau menambahkan barang-barang pribadi di meja kerja, hingga mengalihkan diri ke pekerjaan yang disukai seperti bekerja di luar ruangan atau bertemu dengan pelanggan. Terdapat dua strategi utama pada natural reward strategies, yakni melibatkan atau membangun fitur menarik yang lebih menyenangkan ke dalam aktivitas tertentu, dan yang kedua membentuk persepsi dan menjauhkan fokus perhatian dari aspek-aspek yang tidak menyenangkan dari tugas dan kembali fokus pada tugas-tugas.

c. Constructive Thought Strategies 

Strategi ini fokus pada upaya untuk membangun dan mengubah pola pikir menggunakan cara yang diinginkan. Hal-hal yang dapat dilakukan pada strategi ini seperti menganalisis diri dan meningkatkan sistem kepercayaan yakni dengan mengevaluasi dan mengganti kepercayaan dan asumsi yang tidak rasional; membangun citra mental yang positif terhadap kinerja; melakukan self-talk yang positif untuk memfasilitasi kinerja, serta menggunakan skrip (rekanan individual untuk aturan, kebijakan, atau prosedur organisasi) sebagai pengganti skrip yang tidak efektif. Terdapat beberapa perilaku yang dapat dilakukan dalam membangun strategi ini, yaitu sebagai berikut: 

  1. Visualizing successful performance. Merupakan bentuk mental imagery dimana individu menciptakan kognitif simbolis dan terselubung yang memungkinkan individu secara simbolis mengalami hasil dari perilaku sebelum melakukannya secara nyata, atau dengan kata lain membayangkan telah melakukan suatu perilaku dengan sukses meskipun belum melakukannya.
  2. Self-talk. Self-talk (berbicara dengan diri sendiri), merupakan suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan. Mengintrospeksi diri pada berbagai kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk kemudian memperbaiki menjadi lebih baik.
  3. Evaluating beliefs and assumptions. Merupakan upaya evaluasi terhadap seberapa tepat keyakinan dan anggapan-anggapan yang diyakini benar-benar terjadi dalam kenyataannya. Kondisi ini dibentuk oleh individu dalam menilai dan mengevaluasi kepercayaan dan asumsi yang irrasional yang difungsional dengan pemikiran yang lebih konstraktif.

Faktor yang Mempengaruhi Self Leadership 

Menurut Mulyono (2019), terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi self leadership, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Urgency 

Situasi yang sangat urgent kurang mendukung pengembangan kemampuan self leadership, karena dalam situasi seperti ini bentuk kepemimpinan yang tradisional akan lebih efektif untuk memecahkan masalah yang ada. Selain itu dalam situasi di mana amat diperlukan pemecahan masalah dalam kemendesakan yang tinggi, pengembangan kemampuan self leadership tidak akan memadai dilakukan dikarenakan pengembangan kemampuan self leadership memerlukan waktu yang tidak sebentar.

b. Employee Commitment 

Ketika komitmen karyawan tidak dituntut tinggi, maka pengembangan kemampuan self leardership kurang diperlukan. Tetapi ketika organisasi berada dalam situasi yang memerlukan komitmen karyawan yang tinggi, maka pengembangan kemampuan self leadership akan tepat bagi organisasi untuk tetap eksis dalam situasi yang demikian.

c. Creativity 

Bagi organisasi yang memerlukan derajat inovasi yang tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya atau melayani publik dengan cepat dan efektif, pengembangan kemampuan self leadership diperlukan. Adanya pemberian kebebasan dan kondisi dalam organisasi yang mendorong terciptanya pengembangan self leadership yang tinggi dan juga situasi organisasi yang kondusif untuk saling berbagi pengaruh dengan rekan kerja dalam pembuatan keputusan, pemecahan masalah dan pengidentifikasian peluang di masa mendatang akan menyebabkan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi kreativitas yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat inovatif organisasi.

d. Interdependence 

Jumlah saling ketergantungan dalam sistem kerja sebuah organisasi akan mempengaruhi berapa besar porsi self leadership yang diperlukan. Self leadership diperlukan ketika ketergantungan dalam melakukan tugas yang ada dalam organisasi tidak begitu tinggi. Dengan demikian pengembangan self leadership kurang memadai dilakukan dalam cakupan proses produksi tertentu di bidang manufaktur dimana derajat saling ketergantungannya tinggi.

e. Compelxity 

Semakin kompleks pekerjaan yang harus dilakukan, maka pengembangan kemampuan self leadership akan kurang efektif, karena dalam situasi seperti ini adalah mustahil satu orang mampu menguasai berbagai bidang sekaligus. Kalaupun terpaksa dilakukan, maka pengembangan self leadership sebaiknya dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan periodisasi pekerjaan yang kompleks itu, tentu saja tetap disesuaikan dengan kemampuan individu-individu terkait dan hal ini memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Daftar Pustaka

  • Houghton, J.D., dan Neck, C.P. 2002. The Revised Self-Leadership Questionnaire: Testing a Hierarchical Factor Structure for Self-Leadership. Journal of Managerial Psychology.
  • Rachmawati, E., Mujanah, S., & Retnaningsih, W. 2018. Pengaruh Self Leadership Kecerdasan Sosial Employee Ability terhadap Komitmen Organisasional dan Kinerja Karyawan Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Surabaya. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen.
  • Putra, I Made Aditya Darma & Sintaasih, Desak Ketut. 2018. Pengaruh Self Leadership dan Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Karyawan di Hotel Four Points by Sheraton. E-Jurnal Manajemen Unud.
  • Widyani, D.A.A., dkk. 2017. The Roles of Knowledge Sharing in Mediating the Effect of Self-afficacy and Self-Leadership toward Innovation Behavior. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
  • Mulyono, M.A. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Musaheri. 2013. Pengaruh Motivasi Berprestasi, Locus Of Control, dan Self Leadership terhadap Kompetensi dan Kinerja Guru Eks Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional Se-Madura. Jurnal Pelopor Pendidikan.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Kepemimpinan Diri (Self Leadership) - Pengertian, Fungsi, Aspek dan Strategi. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2023/05/kepemimpinan-diri-self-leadership.html