Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Koreografi - Pengertian, Aspek, Unsur dan Prinsip

Koreografi adalah konsep, teori atau prinsip dalam penataan dan pengaturan gerakan-gerakan tari dalam sebuah pertunjukan. Seseorang yang terampil dalam penyusunan koreografi disebut dengan koreografer. Hal utama yang dilakukan dalam koreografi adalah mengatur atau menata bagian-bagian gerakan tari sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan secara bersama membentuk kesatuan yang utuh.

Koreografi Tari

Istilah koreografi merupakan serapan dari bahasa inggris, yaitu Choreography yang berasal dari istilah Yunani, yaitu Choreia yang artinya tarian bersama atau koor, dan Graphia yang artinya penulisan sehingga secara kesatuan berarti penulisan dari sebuah tarian kelompok. Oleh karena itu, koreografi dapat diartikan sebagai pengetahuan penyusunan tari atau hasil susunan tari. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata koreografi diartikan sebagai seni mencipta dan mengubah tari.

Pengertian Koreografi 

Berikut definisi dan pengertian koreografi dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Murgiyanto (1983), koreografi adalah proses pemilihan dan pengaturan gerakan-gerakan menjadi sebuah tarian, dan di dalamnya terdapat laku kreatif. 
  • Menurut Hadi (2012), koreografi adalah dasar-dasar pengetahuan atau metode penataan tari yang meliputi konsep, teori, maupun prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para koreografer dalam menciptakan atau menata gerak-gerik. 
  • Menurut Soedarsono (1986), koreografi adalah pengetahuan yang harus diketahui oleh seorang koreografer dari sejak menggarap gerak-gerak tari sampai kepada pengetahuan tata cara menyiapkannya pada program pertunjukan.

Aspek-Aspek Koreografi 

Menurut Hadi (2012), terdapat tiga aspek utama dalam koreografi, yaitu kekuatan gerak (tenaga), ruang, dan waktu. Adapun penjelasan dari ke tiga aspek koreografi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan gerak (tenaga) 

Tenaga yang ter-salur di dalam tubuh penari dapat merangsang ketegangan atau kekenduran didalam otot-otot penontonnya. Pada waktu menyaksikan seorang penari melakukan gerakan-gerakan sulit, penonton akan merasakan ketegangan dalam otot-otot-nya, dan setelah selesai gerakan sulit itu dilakukan, lepaslah ketegangan dalam otot-otot mereka. Beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan tenaga adalah: 

  1. Intensitas. Intensitas adalah banyak sedikitnya tenaga yang digunakan didalam sebuah gerak, dalam bergerak seorang penari dapat menggunakan tenaga yang jumlahnya sedikit atau banyak. 
  2. Tekanan. Tekanan atau aksen terjadi jika ada penggunaan tenaga yang tidak rata, artinya ada yang sedikit ada pula yang banyak. Penggunaan tenaga yang lebih besar sering dilakukan untuk mencapai kontras dengan gerakan sebelumnya dan tekanan gerak semacam ini berguna untuk membedakan pola gerak yang satu dengan pola gerak yang lainnya. 
  3. Kualitas. Berdasarkan cara bagaimana tenaga disalurkan atau dikeluarkan, kita mengenalkan berbagai macam kualitas gerak. Tenaga dapat dikeluarkan dengan cara bergetar, menusuk dengan cepat, melawan gaya tarik bumi agar tidak jatuh, atau terus menerus bergerak dengan tenaga yang tetap.

b. Ruang 

Penari yang bergerak menciptakan desain didalam ruang dan hubungan timbal balik antara gerak dan ruang akan membangkitkan corak dan makna tertentu. Seorang penari mampu mengontrol penggunaan ruang yang akan memperbesar kekuatan yang ditumbuhkan oleh gerak yang dilakukan. hal itu disebabkan oleh gerak penari yang berinteraksi dengan ruang, hal-hal yang berkaitan dengan ruang antara lain adalah:

  1. Garis. Dalam bergerak tubuh kita dapat diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kesan berbagai macam garis. Garis-garis ini menimbulkan kesan yang tidak berbeda dengan garis-garis dalam seni rupa. Garis mendatar memberikan kesan istirahat, garis tegak lurus memberikan kesan tenang, dan seimbang, garis lengkung memberikan kesan manis, sedangkan garis-garis diagonal atau zig-zag memberikan kesan dinamis. 
  2. Volume. Gerakan tubuh kita mempunyai ukuran besar kecil atau volume. Gerakan melangkah kedepan misalnya, bisa dilakukan dengan langkah yang pendek, langkah biasa, atau langkah lebar. Ketiga gerakan itu sama, tetapi ukurannya berbeda-beda. Sebuah posisi atau gerakan yang kecil bisa dikembangkan, sementara gerakan yang besar dapat dikecilkan volume-nya. 
  3. Arah. Seringkali dalam menari kita mengulang sebuah pola atau rangkaian gerak dengan mengambil arah yang berbeda. Arah hadap tubuh seorang penari dapat banyak berbicara untuk mengenali tingkah laku seseorang. 
  4. Level atau tinggi rendah. Unsur ke ruangan gerak yang lain adalah level atau tinggi rendahnya gerak. Ketinggian maksimal yang dapat dicapai oleh seorang penari adalah ketika meloncat ke udara, sedang ketinggian minimal dicapai ketika rebah ke lantai. 
  5. Fokus pandangan. Fokus pandangan sangat berpengaruh terhadap penyajian tari, karena jika arah pandang tiap-tiap penari berbeda-beda, maka perhatian penonton akan terpecah pula.

c. Waktu 

Dalam menari secara sadar kita harus merasakan adanya aspek cepat lambat, kontras, berkesinambungan, dan rasa berlalunya waktu sehingga dapat dipergunakan secara efektif. Dalam hubungan tersebut terdapat tiga elemen dasar waktu, yaitu: 

  1. Tempo. Tempo adalah kecepatan dari gerakan tubuh kita, jika kecepatan berubah maka kesannya-pun akan berubah. Sebuah anggukan kepala yang sangat perlahan memberi kesan persetujuan yang ramah, agung atau mungkin kesombongan. Akan tetapi anggukan kepala yang cepat dapat mengesankan persetujuan tanpa pertimbangan yang mendalam. Gerakan yang cepat biasanya lebih aktif yang menggairahkan, sedangkan gerakan yang lambat berkesan tenang, agung, atau sebaliknya membosankan. 
  2. Ritme. Di dalam kesenian, komponen-komponen pembangun ritme ketukan-ketukan yang berbeda panjang atau pecahan-pecahannya. Disusun sedemikian rupa sehingga membentuk pola-pola ritmis tertentu. Dengan demikian ritme lebih lanjut dapat didefinisikan sebagai per-ulangan yang teratur dari kumpulan-kumpulan bagian gerak atau suara yang berbeda kecepatannya. 
  3. Durasi. Hitungan atau ketukan adalah unit waktu terkecil bagi seorang penari untuk bergerak.

Unsur-unsur Koreografi 

Tari menurut adalah gerak yang indah, lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari. Menurut Rosala, dkk (1999), terdapat tiga unsur pokok dalam koreografi, yaitu sebagai berikut:

a. Wiraga 

Wiraga adalah dasar wujud lahiriah badan beserta anggota badan yang disertai keterampilan geraknya. Wiraga berasal dari kata wit, yang berarti asal atau dasar dan raga yang berarti wujud lahiriah atau badan dan anggotanya. Jadi, wiraga merupakan kemampuan dasar gerak tubuh penari dalam menari. Wiraga adalah kemampuan penari menghayati suatu tarian sesuai dengan suasana, peran, dan maksud dari tari yang dibawakan Termasuk dalam ruang lingkup wiraga adalah teknik gerak dan keterampilan gerak.

b. Wirama 

Wirama dalam tari adalah kaitannya dengan keajegan dan biasanya berkaitan pula dengan hitungan. Wirama adalah untuk menilai kemampuan penari terhadap penguasaan irama, baik itu irama musik iringan maupun irama geraknya. Ritme dalam musik mewujud dalam tatanan bunyi atau suara sedang ritme dalam tari mewujud dalam gerak. Pemilihan iringan tari didasarkan pada ritme, hal ini terkait dengan pertimbangan bahwa struktur musik dapat memperkuat struktur tari.

c. Wirasa 

Wirasa merupakan kegiatan wiraga dan penerapan wirama harus selalu mengingat arti, maksud dan tujuan. Wirasa adalah penghayatan atau penjiwaan. Wirasa juga diartikan sebagai kemampuan penari dalam mengekspresikan dan menghayati tarian yang dibawakan, sehingga tarian dapat dibawakan secara total oleh penari.

Prinsip-prinsip Koreografi 

Menurut Hadi (2012), seorang penyusun tari atau koreografer perlu memperhatikan prinsip-prinsip ke-bentukan tari yang meliputi keutuhan, variasi, repetisi, transisi, rangkaian, perbandingan dan klimaks. Adapun penjelasan dari prinsip-prinsip koreografi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kesatuan (Unity) 

Atribut yang paling esensial dari tari yang diberi bentuk adalah kesatuan atau unity atau keutuhan (wholeness). Tari merupakan kesatuan yang siap dihayati dan dimengerti karena kesatuan menarik dan menahan perhatian. Kesatuan garap membuat suatu obyek seni untuk diserap. Satu tarian yang dibuat dari banyak elemen-elemen yang tidak berhubungan nampak sangat baur (chotic) dan tidak berarti. Kesatuan menolong pengamat menangkap ide-ide sentral dan memberinya sesuatu kepadanya dapat memegang dan menahan di dalam ingatannya. Kesatuan yang harus dipertimbangkan adalah kesatuan aspek, gerak, ruang, dan waktu. Membentuk tari pengertiannya sama dengan merangkai gerak dari berbagai unsur elemen, yang secara bersama mencapai vitalitas utuh, tanpa kesatuan unsur tidak akan terwujud, sehingga keseluruhan menjadi bagian penting daripada bagian-bagian. Kesatuan aspek-aspek gerak, ruang, waktu yang hadir dalam tari merupakan keutuhan yang siap dihayati dan dimengerti. Setiap aspek tidak pernah hadir terisolir satu sama lain tetapi selalu dalam eksistensi yang total sehingga memberi daya hidup pada bentuk gerak, keutuhan menjadi lebih berarti dari jumlah bagian-bagiannya.

b. Variasi 

Di dalam tari yang merupakan kesatuan harus ada variasi. Ketegangan dinamis yang tumbuh dari organisasi kekuatan-kekuatan memberi vitalitas tari. Kontras-kontras dalam ketegangan atau kekuatan-kekuatan meninggikan persepsi dari pola kekuatan yang menyumbang pada ekspresi tari. Variasi bukanlah untuk kepentingan variasi sendiri, variasi harus dikembangkan dalam kerangka yang kesatuan bentuk. Variasi yang harus dikembangkan adalah variasi aspek gerak, ruang, waktu. Karya yang kreatif harus mengetahui materi yang baru. Dalam merangkai perlu memperlihatkan nilai-nilai yang baru.

c. Kontinuitas 

Dalam sebuah tari bagaikan sebuah cerita. Harus ada penjabaran yang gradual tetapi ajeg dari pandangan dalam dan koreografer. Sebuah tari harus dialami sebagai satu kejadian (happening). Kontinuitas adalah unsur penting dalam semua seni, demikian pula dalam tari. Sifat sementara dari gerak pengulangan yang digunakan dalam tari bukan hanya sebagai salah satu cara memberitakan ide, tetapi juga merupakan satu metode untuk meyakinkan pengamat dan memberi kesempatan mencerna dan menyerap gerak. Kontinuitas yang dimaksud adalah pengulangan gerak tari yang berupa kreativitas artinya mengulangi untuk keberlangsungan proses tari. Menikmati suguhan tari dengan penglihatan berarti menangkap pesan yang berlangsung dalam dinamika susunan tari.

d. Perpindahan/transisi 

Dalam merangkai gerakan aspek teknis tidak dapat dilupakan adalah sambungan atau perpindahan dari satu gerak ke gerak lainnya dari satu keadaan ke keadaan tertentu, dalam istilah Jawa disebut sendi atau transition. Perpindahan akan memberikan tenaga hidup, sehingga bentuk tarian tampak utuh dan mengesankan. Dalam memikirkan proses sambungan atau perpindahan tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus menyatu dalam kesatuan gerak-gerak yang akan disambung dari gerak satu ke gerak yang lain.

e. Rangkaian 

Rangkaian dari suatu kejadian terdapat juga dalam tari. Sebuah bentuk tari bagaikan sebuah cerita. Ekspresi yang diungkapkan secara abstrak adalah pandangan yang dalam dari seorang pencipta oleh karena itu harus dialami sebagai satu kejadian. Prinsip rangkaian tidak terbatas pada pengertian teknis daripada rangkaian gerak, tetapi lebih daripada seluruh isi daripada tari. Kreativitas tari lebih dulu mempertimbangkan rangkaian gerak yang ada maksudnya. Dalam rangka mencari bentuk tari rangkaian gerak sangatlah mendasar.

f. Klimaks 

Urut-urutan gerak harus membentuk satu klimaks. Dalam struktur tari ada permulaan, perkembangan, dan penyelesaian. Klimak dinikmati sebagai titik puncak dalam perkembangan. Klimaks memberi satu arti dari kehadiran dan penyelesaian. Klimaks merupakan rangkaian yang paling diperlukan dalam urutan gerak tari. Setiap rangkaian tari harus mencapai satu klimaks agar maksud bentuk tari tercapai, dalam struktur tari ada permulaan, perkembangan, dan klimaks. Membuat karya tari, baik yang berbentuk tari solo atau dramatik, untuk mendapatkan keutuhan garapan harus diperhatikan desain dramatik. Satu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki pembuka, klimaks, penutup. Dari pembuka ke klimaks mengalami perkembangan dan dari klimaks ke penutup terdapat penurunan. Ada dua jenis desain dramatik, yaitu yang berbentuk kerucut tunggal dan kerucut berganda. Rangkaian gerak menuju klimaks, waktu yang diperlukan untuk naik ke puncak atau klimaks jauh lebih lama dari yang berupa kerucut berganda sangat baik dipergunakan untuk koreografi tari solo.

g. Keutuhan-keutuhan harmonis dan dinamis 

Koreografi berusaha mencipta sebuah tari yang diartikan sebagai satu keutuhan harmonis dan dinamis. Koreografer harus mempunyai permainan dari kekuatan-kekuatan yang kontras dan berinteraksi yang memberi karya vitalitas, tetapi aksi harus terjadi dalam satu struktur yang bersatu.

Daftar Pustaka

  • Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Hadi, Y. Sumandiyo. 2012. Koreografi Bentuk Teknik Isi. Yogyakarta: Cipta Media.
  • Soedarsono. 1986. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Jakarta: DepDikBud.
  • Rosala, dkk. 1999. Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora.

PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Koreografi - Pengertian, Aspek, Unsur dan Prinsip. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2023/05/koreografi.html