Pengertian, Jenis, Siklus dan Masalah Gangguan Tidur

Daftar Isi

Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau sebagian, dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan, namun individu tersebut dapat dibangunkan oleh stimulus atau rangsangan yang sesuai. Tidur bertujuan untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keter-jagaan yang berikutnya.

Pengertian, Jenis, Siklus dan Masalah Gangguan Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan tak sadar yang dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensoris atau rangsang lainnya. Tidur bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga akan tetapi suatu proses aktif yang terdiri dari periode berulang tidur gelombang lambat dan paradoks. Tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologi, dan kesehatan.

Tidur juga dapat diartikan sebagai keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Pengertian Tidur 

Berikut definisi dan pengertian tidur dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Fordiastiki (1997), tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau sebagian, dimana fungsi tubuh dihambat atau dikurangi, dan juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi siap secara revesibel terhadap rangsangan dari luar. 
  • Menurut Fakihan (2016), tidur adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak sadar karena perseptual individu terhdadap lingkungan yang menurun, pada kondisi demikian keadaan seseorang dapat dibangunkan kembali dengan rangsangan yang cukup. 
  • Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), tidur adalah suatu kegiatan relatif tanpa sadar yang penuh, ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan kegiatan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing masing menyatakan fase kegiatan otak dan tubuh yang berbeda. Tidur bertujuan untuk memulihkan dan memperbaiki sistem tubuh manusia. 
  • Menurut Potter dan Perry (2010), tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya. 
  • Menurut Mubarak, Indrawati, dan Susanto (2015), tidur adalah kondisi dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan, dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai.

Jenis-jenis Tidur 

Menurut Khasanah dan Hidayat (2012), tidur dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Tidur Gelombang Lambat (NREM)

Tidur gelombang lambat disebut juga dengan istilah Non Rapid Eye Movement (NREM). Jenis tidur ini merupakan jenis tidur yang dalam atau dikenal sebagai tidur yang nyenyak dikarenakan gelombang otak bergerak lebih lambat sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dikarenakan memiliki ciri-ciri yang betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme menurun. Tidur NREM biasanya berlangsung selama 70-100 menit.

Tidur gelombang lambat atau NREM dibagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut:

NREM Tahap I 

Tahapan ini merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri yaitu rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa ngantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun. Pada tahapan ini berlangsung selama 5 menit. Apabila terbangun, maka tidak akan merasa dirinya sedang tidur.

NREM Tahap II 

Tahapan ini merupakan tahapan tidur ringan dengan proses tubuh terus menurun dengan ciri-ciri yaitu, mata pada umumnya terlihat menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, dan metabolisme dalam tubuh pun menurun. Pada tahapan ini biasanya berlangsung selama 10-15 menit. Apabila ingin dibangunkan maka, membutuhkan stimulus yang lebih dari pada tahap I.

NREM Tahap III 

Tahapan ini merupakan tahapan tidur dengan ciri nadi, frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya melambat disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis yang menyebabkan seseorang sulit terbangun.

NREM Tahap IV 

Tahapan ini merupakan tahapan tidur yang paling dalam dibandingkan tahapan sebeleumnya. Irama denyut jantung dan pernapasan turun hingga 20-30 persen daripada saat melakukan aktifitas normal sehingga kecepatan jantung dan pernafasan menurun. Pada tahapan ini juga seseorang akan jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerakan bola mata cepat, sekresi lambung menurun, serta tonus oton menurun karena keadaan tubuh sudah sangat nyaman dan otot-otot dalam keadaan rileks sehingga sangat sulit dibangunkan dengan rangsangan apapun. Tahap ini sangat optimal dalam pengembalian energi setelah beraktifitas dan berguna untuk pelepasan hormon pertumbuhan.

b. Tidur Paradoks (REM)

Tidur paradoks dikenal juga dengan istilah tidur REM (Rapid Eye Movement). Tidur paradoks merupakan jenis tidur dalam kondisi aktif yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam biasanya berlangsung pada tidur malam selama 5-20 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, namun jika kondisi seseorang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan tidak mengalami fase pertama pada tidur jenis ini.

Tidur REM atau tidur paradoks memiliki ciri-ciri seperti, mimpi yang aktif dan lebih sulit dibangunkan, otot-otot yang meregang, kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakkan mata cepat tertutup dan terbuka, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat serta terjadi ereksi penis pada pria, dan biasanya dalam tidur paradoks disertai dengan mimpi aktif. Saraf-saraf simpatik bekerja selama tidur REM, diperkirakan terjadi proses yang penting untuk keseimbangan secara mental, emosi, juga berperan dalam belajar, adaptasi, dan memori.

Siklus Tidur 

Secara umum, siklus tidur normal akan melewati jenis tidur NREM dan REM. Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi secara berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit. Kondisi kesehatan individu dewasa biasanya terjadi 4 sampai 6 siklus tidur selama 7-6 jam. Seseorang yang tidur dan terbangun pada keadaan tahap apapun harus memulai tahap baru yakni tidur dimulai dari tahap NREM dan melalui semua proses hingga mencapai tidur tahap REM. Adapun siklus tidur dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Siklus Tidur

Kondisi pra-tidur merupakan keadaan dimana seseorang masih dalam keadaan sadar penuh, namun mulai ada keinginan untuk tidur. Pada perilaku pra-tidur ini, misalnya seseorang pergi ke kamar tidur lalu berbaring di kasur atau berdiam diri merebahkan dan melemaskan otot, namun belum tidur. Selanjutnya mulai merasa kantuk, maka orang tersebut memasuki NREM Tahap I. Bila tidak bangun baik disengaja maupun tidak disengaja, maka selanjutnya ia memasuki NREM Tahap II. Begitu seterusnya sampai NREM Tahap IV. Ia kembali memasuki NREM tahap III dan selanjutnya tahap II. Ini adalah fase tidur NREM. Selanjutnya ia akan memasuki Tidur REM. Bila ini telah dilalui semua, maka orang tersebut telah melalui siklus tidur pertama baik tidur NREM maupun REM. Siklus ini terus berlanjut selama orang tersebut tidur. Namun, pergantian siklus tidur ini tidak lagi dimulai dari awal tidur, yaitu pre-sleep dan tahap I, tetapi langsung tahap II ke tahap selanjutnya seperti pada siklus pertama. Semua siklus ini berakhir bila orang tersebut terbangun dari tidurnya.

Jenis-jenis Gangguan Siklus Tidur 

Terdapat beberapa jenis gangguan siklus tidur yang terjadi pada seseorang, yaitu sebagai berikut:

a. Sleep-wake phase disorder 

Gangguan ini ditentukan oleh ketidakmampuan untuk tertidur dan bangun pada waktu yang ditentukan. Gangguan siklus tidur ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu; gangguan fase tidur-bangun tertunda setidaknya dua jam dan gangguan fase tidur-bangun lanjut dimana seseorang tertidur dan bangun setidaknya dua jam lebih cepat dari jadwal biasanya.

b. Irregular rhythm sleep-wake disorder 

Gangguan ini ditandai dengan episode tidur dan bangun yang tidak teratur selama periode 24 jam. Penderita sering mengalami gejala insomnia saat mencoba tidur dan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Orang dengan gangguan ini memiliki jam internal yang tidak mengikuti jadwal 24 jam. Siklus tidur-bangun mereka mungkin lebih pendek atau lebih lama dari 24 jam, tergantung bagaimana ritme sirkadian mereka yang disinkronkan.

c. Non-24-Hour Sleep-Wake Rhythm Disorder 

Juga dikenal sebagai gangguan lari bebas atau gangguan ritme tidur-bangun non 24 jam. Gangguan tidur ini terjadi saat jam internal tidak disetel ulang setiap 24 jam. Akibatnya, periode tidur normal seseorang terus-menerus bergeser, bekerja sepanjang waktu selama beberapa hari atau minggu. Tingkat keparahan gejala sering kali bergantung pada jadwal orang tersebut dan apakah kewajiban mereka bertentangan dengan siklus tidur mereka. Orang dengan kondisi ini mungkin memiliki gejala insomnia dan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari ketika periode tidur mereka tidak sesuai dengan jadwal kehidupan sosial dan profesional mereka. Ketika jadwal mereka sejalan dengan periode tidur, seseorang dengan kondisi ini mengalami sedikit gangguan tidur.

d. Shift work sleep disorder 

Kebanyakan orang dengan gangguan tidur kerja shift memiliki pekerjaan yang memerlukan shift di luar jadwal jam 9-5, termasuk shift malam dan malam. Mereka mengalami gejala insomnia di malam hari dan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari karena jadwal tidur mereka tidak selaras dengan ritme sirkadian normal 24 jam, yang dipengaruhi oleh terang dan gelap. Gangguan tidur kerja shift sering membuat orang tidak bisa tidur satu hingga empat jam setiap 24 jam.

e. Jet-lag disorder 

Gangguan sementara ini terjadi ketika pelancong melewati beberapa zona waktu selama satu penerbangan atau serangkaian penerbangan berturut-turut, menyebabkan ritme sirkadian mereka tidak sinkron dengan waktu lokal di tujuan akhir mereka. Tingkat keparahan jet lag tergantung pada lama perjalanan, serta arah pelancong yang menuju ke timur cenderung mengalami jet-lag yang lebih kuat daripada yang menuju ke barat.

Masalah-masalah Tidur 

Menurut Khasanah dan Hidayat (2012), terdapat beberapa masalah tidur secara umum yang ditemukan pada beberapa orang, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Insomnia 

Insomnia merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas nya, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terdapat 3 jenis, yaitu: initial insmonia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur; intermen insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari; dan terminal insomnia, insomnia jenis ini merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar gangguan yang disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa maupun stress.

b. Hipersomnia 

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, biasanya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, gangguan metabolisme.

c. Parasomnia 

Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.

d. Enuresa 

Enuresa merupakan buang air kencil secara tidak sengaja saat tidur, atau biasa disebut mengompol. Enuresa terdapat 2 jenis, yaitu: enuresa nokturnal, merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol pada saat bangun tidut. Enuresa nokturnal umumnya merupakam gangguan pada tidur NREM.

e. Apnea Tidur dan Mendengkur 

Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau mendengkur-nya.

f. Narcolepsi 

Narkolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di saat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan narkolepsi.

g. Mengigau 

Mengigau ini dikategorikan dalam gangguan tidur, bila terlalu sering dan di luar kebiasaan. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.

Faktor yang Mempengaruhi Siklus Tidur 

Terdapat beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi siklus tidur pada seseorang, antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Penyakit 

Orang yang sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari tidur yang normal. Namun sebaliknya, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskular, alzheimer dan penyakit persarafan.

2. Lingkungan 

Lingkungan dapat mendukung atau menghambat tidur. Temperatur, ventilasi, penerangan ruangan, dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.

3. Motivasi 

Keinginan untuk tetap terjaga seringkali berpengaruh terhadap tidur seseorang. Sebagai contoh adalah saat dimana seorang ingin tetap terjaga ketika melihat per-tunjukkan musik, maka orang tersebut akan tetap terjaga meskipun dalam keadaan lelah.

4. Stress dan kecemasan 

Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu tidur. Seseorang yang dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur. Kecemasan akan meningkatkan kadar norepinephrin dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatis. Perubahan ini menyebabkan berkurangnya tahap IV NREM dan tidur REM.

5. Obat-obatan dan alkohol 

Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-obatan yang mengandung diuretik menyebabkan Insomnia, anti depresan akan memsupresi REM. Orang yang minum alkohol terlalu banyak seringkali mengalami gangguan tidur.

6. Merokok 

Nikotin mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan yang tidak perokok. Dengan menahan untuk tidak merokok setelah makan malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok.

7. Chronotype 

Dalam ranah kajian kronobiologi atau jam biologis pada tubuh manusia, terdapat dua tipe yang membedakan pola tidur manusia atau yang disebut Chronotype. Kedua tipe itu adalah Morning Types dan Evening Types. Perbedaan pola tidur manusia ini sangat erat kaitannya dan dipengaruhi oleh apa yang dinamakan Ritme Sirkadian.

Daftar Pustaka

  • Fakihan, Ahmad. 2016. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lanjut Usia. Jurnal Program Studi Fisiotrapi S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
  • Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
  • Potter dan Perry. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba Medika.
  • Mubarak, I. Indrawati L, Susanto J. 2015. Buku 1 Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
  • Khasanah, K., dan Hidayat, W. 2012. Kualitas Tidur Lansia di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang. Journal Nursing Studies.