Brain Based Learning - Pengertian, Prinsip, Aspek dan Langkah

Daftar Isi

Brain based learning adalah pembelajaran menggunakan pendekatan yang diselaraskan dengan cara berfikir otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Brain based learning mempertimbangkan sifat alami otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan maupun pengalaman sehingga otak dapat belajar secara optimal. Brain based learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa.

Brain Based Learning - Pengertian, Prinsip, Aspek dan Langkah

Brain based learning merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Brain based learning dapat memfasilitasi semua siswa dengan tingkat kecerdasan yang berbeda tersebut terangkum dalam gaya pembelajaran yang sama serta berpusat pada siswa. Brain based learning menuntut siswa untuk aktif dalam menemukan pengetahuan mereka tentang topik yang sedang dipelajari, hal ini dilandasi oleh struktur kognitif yang dimiliki siswa serta didasarkan pada cara otak bekerja.

Brain based learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara pemberdayaan otak sehingga otak dapat belajar secara optimal. Brain based learning mempertimbangkan sifat alami bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman, juga tidak mengharuskan siswa untuk belajar, tetapi merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar dengan keinginannya sendiri.

Pengertian Brain Based Learning 

Berikut definisi dan pengertian brain based learning atau pembelajaran berbasis otak dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Given (2007), brain based learning adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan cara berfikir otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Pembelajaran berbasis otak mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan maupun pengalaman. 
  • Menurut Jensen (2008), brain based learning adalah pendekatan berbasis kemampuan dalam pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Brain based learning sebagai pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak, didesain secara alamiah, tidak terfokus pada keter-urutan, akan tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan terhadap belajar sehingga siswa mudah menyerap materi yang dipelajari. 
  • Menurut Sapa'at (2009), brain based learning adalah sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Brain based learning merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak sebagai upaya pemberdayaan otak sehingga otak dapat belajar secara optimal.

Komponen Brain Based Learning 

Menurut Renata (2013), pada sistem pembelajaran alamiah berbasis otak atau brain based learning, terdapat lima komponen utama yang dilakukan, yaitu: 

  1. The curious brain. Ia membangkitkan ketertarikan kepada hal-hal baru. Ini adalah komponen otak yang cenderung menjadi lebih aktif saat kita dihadapkan pada ide-ide dan tantangan baru. 
  2. The meaningful brain. Makna lebih penting bagi dari pada informasi. Otak mencari makna melalui peniruan. Peniruan membuat otak mampu menyimpan pengetahuan ke dalam memori. 
  3. The emotional brain. Emosi dan kecerdasan berasal dari bagian yang berbeda di otak, namun keduanya bekerja secara integral dan tak terpisahkan serta bisa ditingkatkan menggunakan stimulus dan tantangan. 
  4. The social brain. Otak kita bersifat sosial. Interaksi dan keadaan sosial mempengaruhi tingkat stress. Proses belajar akan lebih efektif jika dilakukan dalam situasi yang menyenangkan pembelajar dimana proses membangun struktur pemahaman, pembelajaran yang kooperatif, dan interaksi sosial memungkinkan terjadi di dalamnya.
  5. The conscious and subconscious brain. Belajar melibatkan proses sadar dan bawah sadar. Belajar bukan hanya terjadi di dalam kelas, namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip-prinsip Brain Based Learning 

Menurut Sapa'at (2009), terdapat tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam implementasi brain based learning, yaitu sebagai berikut: 

  1. Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa. Soal-soal pelajaran dikemas se-atraktif dan se-menarik mungkin misalnya melalui teka-teki, simulasi games, tujuannya agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa. 
  2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Lakukan pembelajaran di luar kelas pada saat-saat tertentu, iringi kegiatan pembelajaran dengan musik yang didesain secara tepat sesuai kebutuhan di kelas, lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada diri siswa. 
  3. Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Siswa sebagai pembelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa ber-aktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya.

Aspek-aspek Brain Based Learning 

Menurut Jensen (2008), terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan brain based learning yang akan mempengaruhi pada proses pembelajaran, yaitu lingkungan, gerakan dan olahraga, musik, permainan, dan penampilan guru. Adapun penjelasan dari beberapa aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan 

Iklim visual menjadi salah satu faktor penting dari sebuah lingkungan karena dapat menarik perhatian para pembelajar.Iklim visual ini terdiri dari kontras, kemiringan, lekukan, ujung garis, warna dan ukuran. Prioritas atensi otak kita adalah pada jenjang gelombang, warna, cahaya, kegelapan, gerakan, bentuk, dan kedalaman. Pencahayaan yang baik untuk pembelajaran adalah pencahayaan yang lembut dan alami (tidak terlalu terang).

b. Gerakan dan Olahraga 

Terdapat banyak penelitian yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara gerakan dengan pembelajaran. Dalam hal ini, otak kecil yang bertanggung jawab terhadap gerakan. motorik juga berperan dalam kognisi. Gerakan-gerakan dapat meningkatkan jumlah koneksi atau neuron. Selain dapat menambah oksigen dalam otak, olahraga juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan menyimpan memori. Dengan demikian, latihan fisik merupakan salah satu cara yang baik dalam menstimulasi otak dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Musik 

Musik dapat memperkaya lingkungan pembelajaran dengan menenangkan sistem-sistem saraf kita, ini diperkuat dengan penelitian yang menunjukkan bahwa musik juga dapat meningkatkan kemampuan memori, kognisi, konsentrasi, dan kreativitas. Hanya dengan memutar musik di bagian belakang ruang kelas dengan volume rendah dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang rileks dan optimal.

d. Permainan 

Permainan menjadi salah satu yang berpengaruh dalam prinsip pembelajaran ini, karena tidak dapat dipungkiri bahwa orang suka bermain, jadi siswa akan dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat manusia asik bermain, kegiatan itu akan memberikan kesempatan kepada kita untuk mempelajari keterampilan motorik, emosional, sosial, dan kognitif dalam lingkungan yang dapat menunjang performa pembelajaran yang hampir sempurna. Dalam hal ini, tentu saja permainan yang dimaksud adalah permainan yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Dengan menyelipkan suatu permainan dalam pembelajaran dan menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna serta menyenangkan.

e. Penampilan Guru 

Guru bertindak sebagai pengelola proses pembelajaran, yang menjadikan guru sebagai pusat dari segala perhatian di kelas. Oleh karena itu, penampilan guru pun menjadi salah satu pengaruh dalam proses pembelajaran prinsip brain based learning ini. Guru dituntut untuk memiliki performa tinggi, aktif, kreatif, dan bersahabat dengan siswa.

Langkah-langkah Brain Based Learning 

Menurut Jensen (2008), langkah-langkah atau sintaks pada model pembelajaran brain based learning adalah sebagai berikut:

a. Pra pemaparan 

Fase ini memberikan sebuah ulasan kepada otak tentang pembelajaran baru sebelum benar-benar menggali lebih jauh. Pra pemaparan membantu otak membangun peta konseptual yang lebih baik. Dalam fase ini siswa diminta untuk mempersiapkan tugas, latihan serta bahan diskusi kelompok dalam proses pembelajaran. Beberapa hal yang diperhatikan dalam tahapan pra pemaparan yaitu: 

  1. Memajang ulasan tentang topik baru pada papan. Pemetaan pikiran sangat baik untuk melakukan ini.
  2. Mengajari keterampilan belajar untuk belajar dan strategi-strategi memori. 
  3. Menyediakan nutrisi otak yang baik, termasuk penyediaan air minum yang banyak. 
  4. Menciptakan lingkungan yang benar-benar menarik. 
  5. Kondisikan ekspetasi yang positif, dan biarkan siswa menyuarakan pikiran mereka. 
  6. Membangun hubungan positif yang kuat dengan para pembelajar. 
  7. Membaca kondisi pembelajaran dan membuat penyesuaian sembari terus melanjutkan pembelajaran.

b. Persiapan 

Hal ini merupakan fase dalam menciptakan keingin-tahuan atau kesenangan.Fase ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan tulis yang akan digunakan, serta memberi motivasi tentang pentingnya mempelajari materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal-hal yang diperhatikan dalam tahap persiapan adalah: 

  1. Berikan konteks pada topik yang sedang dipelajari. 
  2. Otak dapat belajar paling baik khususnya dari pengalaman kongkret terlebih dahulu. Berikanlah sesuatu yang nyata, fisik atau kongkret. 
  3. Berikanlah kejutan, atau hal-hal baru untuk melibatkan emosi pembelajar. 
  4. Bangkitkan dari diri pembelajar nilai dan relevansi pribadi yang memungkinkan dari topik yang sedang dipelajari.

c. Insiasi dan akuisisi 

Hal ini merupakan fase pemberian muatan pembelajaran yang berisikan fakta awal yang penuh dengan ide, rincian, kompleksitas dan makna, hal ini diikuti dengan antisipasi, keingintahuan dan pencarian untuk menemukan makna bagi diri seseorang dalam bantuan bimbingan guru serta diskusi kelompok. Hal-hal yang diperhatikan dalam fase ini adalah: 

  1. Berikanlah fakta awal yang penuh ide, rincian, kompleksitas, dan makna. 
  2. Berikanlah pengalaman pembelajaran yang nyata. 
  3. Berikanlah tugas kelompok yang meliputi pembangunan, penemuan, eksplorasi, atau perancangan.

d. Elaborasi 

Fase ini memberikan kesempatan kepada siswa dalam diskusi kelompok untuk memahami, menganalisis, serta memberikan argumentasi dari hasil diskusi dalam memahami materi yang disampaikan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap elaborasi adalah: 

  1. Berikanlah tanya jawab terbuka tentang kegiatan sebelumnya. 
  2. Tontonlah video, slide atau peralatan lainnya. 
  3. Stimulasikan diskusi kelompok kecil, bagikan kembali laporan kelompok kepada seluruh kelas.
  4. Ciptakanlah pemetaan pikiran individual dan/atau kelompok untuk merenungkan materi baru.
  5. Buatlah agar para siswa melakukan pengajaran dalam diskusi kelompok kecil. 
  6. Adakanlah periode tanya jawab.

e. Inkubasi dan memasukkan memori 

Fase ini menekankan pentingnya waktu istirahat dan waktu untuk mengulang kembali.Otak belajar paling efektif dari waktu ke waktu, bukan langsung pada suatu tempat.Fase ini memberikan latihan sebagai bentuk pengingatan atas materi yang diajarkan sehingga memberikan pemahaman konsep yang lebih meluas dalam menyelesaikan soal. Hal-hal yang diberikan pada fase inkubasi adalah: 

  1. Sediankanlah waktu untuk perenungan tanpa bimbingan. Waktu istirahat.
  2. Buatlah agar para pembelajar mencatat materi. 
  3. Lakukanlah peregangan dan relaksasi. 
  4. Sediakanlah area untuk mendengarkan musik.

f. Verifikasi dan pengecekan keyakinan 

Pada fase ini merupakan kegiatan untuk melihat pemahaman siswa terhadap konsep dari materi pelajaran. Mengecek hasil latihan yang dikerjakan siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk menuliskan jawabannya di papan tulis untuk dikoreksi secara bersama sebagai bentuk evaluasi atas konsep yang dipelajarinya. Pembelajaran paling baik diingat ketika siswa memiliki model atau metafora-metafora berkenaan dengan konsep-konsep atau materi-materi baru. Adapun hal-hal yang dilakukan pada fase ini adalah: 

  1. Buatlah agar para pembelajar menyampaikan apa yang mereka pelajari kepada orang lain. 
  2. Para siswa menulis tentang apa yang telah mereka pelajari. Misalnya laporan, makalah, esai.
  3. Adakanlah kuis.

g. Perayaan dan integrasi 

Dalam fase perayaan sangat penting untuk melibatkan emosi. Fase ini memberikan stimulus tentang konsep yang dipelajari agar siswa lebih memahami untuk apa konsep dipelajari. Tahap ini menanamkan semua arti penting dari kecintaan terhadap belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan pada fase ini adalah: 

  1. Sediakanlah waktu untuk berbagi. 
  2. Sertakan pembelajaran baru untuk materi berikutnya.
  3. Berikanlah pujian kepada para siswa.

Kelebihan dan Kekurangan Brain Based Learning 

Setiap model atau strategi pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan pembelajaran brain based learning. Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran brain based learning adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

  1. Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak bekerja. 
  2. Memerhatikan kerja alamiah otak dalam proses pembelajaran. 
  3. Menciptakan iklim pembelajaran di mana pembelajar dihormati dan didukung.
  4. Menghindari pemforsiran terhadap kerja otak. 
  5. Dapat menggunakan berbagai model dalam proses pembelajaran.

b. Kekurangan 

  1. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang teori pembelajaran berbasis otak. 
  2. Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk memahami/ mempelajari bagaimana otak bekerja. 
  3. Memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menciptakan pembelajaran yang baik bagi otak.
  4. Memerlukan fasilitas yang memadai.