Kecemasan Akademik - Aspek, Jenis, dan Faktor yang Mempengaruhi

Daftar Isi

Kecemasan akademik adalah suatu kondisi emosional berupa perasaan tidak menyenangkan, seperti khawatir, takut, atau gugup yang disebabkan terganggu-nya pola pemikiran dan respon fisik karena ketidakyakinan atau ketidakpercayaan akan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas akademik. Kecemasan akademik dapat menimbulkan pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku sebagai hasil tekanan dalam pelaksanaan tugas maupun aktivitas yang beragam dalam situasi akademik.

Kecemasan Akademik

Kecemasan akademik merupakan dorongan pikiran dan perasaan seseorang akan terjadinya bahaya atau ancaman yang dapat menimbulkan ketakutan, kekhawatiran, stres sehingga menyebabkan terganggu-nya aktivitas akademis dan terganggunya penyelesaian tugas-tugas akademik. Kecemasan akademik menimbulkan dampak berupa pola pikir negatif karena ketidakmampuan diri dalam menyelesaikan tugas akademik sehingga memunculkan respon fisik dan perilaku mal-adaptif pada peserta didik.

Kecemasan akademik juga dapat diartikan sebagai dorongan pikiran dan perasaan dalam diri individu yang berisikan ketakutan akan bahaya atau ancaman di masa yang akan datang tanpa sebab khusus, sehingga mengakibatkan terganggu-nya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku sebagai hasil tekanan dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademik. Kecemasan akademik dapat dilihat dan diamati melalui gangguan mood (perasaan), siswa akan merasakan was-was, takut, gelisah, tegang, gugup, dan merasa tidak aman dapat mempengaruhi aktivitas akademik.

Pengertian Kecemasan Akademik 

Berikut definisi dan pengertian kecemasan akademik dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Amalia (2016), kecemasan akademik adalah suatu perasaan resah atau muncul perasaan takut dalam individu terhadap suatu hal yang hendak terjadi, perasaan yang muncul itu akan berakibat dalam mengerjakan tugas dan kegiatan yang bermacam-macam dalam lingkungan akademik. 
  • Menurut Nevid (2005), kecemasan akademik adalah suatu pengalaman emosional yang timbul karena adanya ancaman yang datang tanpa sebab khusus, baik yang berasal dari luar maupun dalam individu, kecemasan tersebut berisikan ketakutan akan bahaya atau ancaman sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku sebagai hasil tekanan dalam pelaksanaan tugas maupun aktivitas yang beragam dalam situasi akademik.
  • Menurut Santrock (2007), kecemasan akademik adalah suatu ketidakmampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas akademik sehingga memunculkan kecemasan. 
  • Menurut Prawitasari (2012), kecemasan akademik adalah sebuah perasaan tidak menyenangkan, khawatir, takut yang diakibatkan karena ketidakyakinan dan ketidak-percayaan akan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. 
  • Menurut Ottens (1991), kecemasan akademik adalah kecemasan yang berhubungan dengan pola pikir yang mengganggu serta respon fisiologis yang muncul seperti ketegangan otot, kekhawatiran, dan ketakutan akan masa yang akan datang sehingga dapat mengganggu peserta didik dalam pelaksanaan tugas akademis.

Aspek-aspek Kecemasan Akademik 

Menurut Holmes (1991), kecemasan akademik terdiri dari empat aspek, yaitu; mood (psikologis), kognitif, somatik, dan motorik. Adapun penjelasan dari empat aspek tersebut adalah sebagai berikut: 

  1. Mood (psikologis). Mood atau merupakan efek psikologis yang terjadi berupa khawatir, ketegangan, panik, dan ketakutan. Mood seseorang ditandai dengan perasaan cemas dapat berupa was-was, khawatir, gelisah, takut, tegang, gugup, dan rasa tidak aman. Individu tidak dapat merasa tenang dan mudah tersinggung, sehingga memungkinkannya untuk terkena depresi. 
  2. Kognitif. Secara kognitif, seseorang yang merasa cemas akan terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi, sehingga ia akan sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung, dan menjadi sulit untuk mengingat kembali. 
  3. Somatik. Secara somatik (dalam reaksi fisik atau biologis), gangguan kecemasan dibagi kedalam dua bagian, yaitu pertama adalah gejala langsung yang terdiri dengan mudah berkeringat, sesak nafas, jantung berdetak cepat, tekanan darah meningkat, pusing, otot yang tegang. Kedua, jika kecemasan dirasakan secara berlarut-larut, maka hal tersebut secara berkesinambungan akan meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, ketegangan otot, dan sering merasa mual. 
  4. Motorik. Secara motorik (gerak tubuh) kecemasan dapat terlihat dari gangguan tubuh pada seseorang, seperti tangan yang selalu gemetar, suara yang terbata-bata, dan sikap yang terburu-buru.

Menurut Pekrun (2005), aspek-aspek yang menyebabkan kecemasan akademik adalah sebagai berikut: 

  1. Class-related anxiety. Kekhawatiran yang dirasakan siswa yang berkaitan dengan pelajaran di kelas, seperti; memikirkan mengenai pelajaran-pelajaran tertentu yang akan diikuti oleh siswa tersebut, khawatir apakah siswa tersebut akan mampu memahami suatu materi pelajaran di kelas, khawatir apakah teman se-kelasnya yang lain dapat memahami materi lebih baik dari dirinya sendiri, dan lain-lain. 
  2. Learning-related anxiety. Perasaan cemas yang dialami oleh siswa ketika sedang belajar yang berdampak pada fisiologis siswa, seperti pusing atau sakit kepala, sakit perut, mual detak jantung meningkat, dan lain-lain.
  3. Test anxiety. Kecemasan yang dirasakan siswa ketika sebelum dilaksanakannya ujian, seperti gugup ketika menjelang ujian, mual karena khawatir dan gelisah ketika menjelang ujian dilaksanakan, khawatir mengenai tingkat kesulitan soal dalam test yang akan dilaksanakan, dan lain-lain.

Adapun menurut Rehman (2016), kecemasan akademik pada siswa ditandai dengan beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: 

  1. Academic anxiety sympton. Kecemasan yang termanifestasikan dalam perilaku abnormal siswa yang ditampilkan pada awal tugas akademik yang baru, seperti prokrastinasi; mengkhawatirkan sebagian besar waktu; gagal didalam kelas dan menarik diri dari lingkungan; serta kurang bersosialisasi dengan teman sebaya. 
  2. Anxiety from poor study habits. Kecemasan akademik yang disebabkan oleh strategi atau kebiasaan belajar siswa dalam proses belajar siswa sehari-hari. 
  3. Anxiety from subject. Kecemasan yang dialami siswa yang disebabkan siswa memiliki sikap negatif terhadap topik pelajaran tertentu atau mata pelajaran yang berbeda karena sesuatu atau alasan lain. 
  4. Anxiety from school anvironment. Kecemasan yang dirasakan siswa yang disebabkan oleh lingkungan sekolah seperti persaingan yang ketat diantara siswa, peran administrator sekolah (otorier atau demokrat). 
  5. Anxiety from teacher. Kecemasan yang disebabkan oleh cara mengajar guru yang inkompetensi serta sikap parsial guru ketika mengajar di dalam kelas yang bisa menyebabkan kecemasan akademik siswa 
  6. Anxiety from examination. Kecemasan yang dirasakan siswa yang disebabkan oleh jenis ujian (formatif & sumatif). Evaluasi yang dilakukan secara terus menerus dan komprehensif dapat menyebabkan siswa mengalami kecemasan yang dapat meningkat apabila dibiarkan.

Jenis-Jenis Kecemasan Akademik 

Menurut Rehman (2016), berdasarkan tingkatannya, kecemasan akademik dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut

a. Kecemasan akademik berat 

Kecemasan akademik berat ini menunjukkan ketakutan yang tidak nyata dalam individu seperti perasaan akan gagal dalam sebagian mata pelajaran yang ada di suatu institusi pendidikan. Seperti perasaan tidak nyaman ketika guru ataupun dosen memasuki kelas. Hal ini menunjukkan bahwa emosi yang negatif lebih mengarah pada penderita kecemasan akademik tingkat berat.

b. Kecemasan akademik sedang 

Kecemasan pada tingkat ini menjadi prasyarat untuk berjalannya lingkungan pembelajaran secara sukses. Hal ini bekerja sebagai pendukung adanya motivasi. Seperti munculnya pikiran jika individu tidak belajar saat akan melaksanakan ujian maka akan mengakibatkan kegagalan. Meskipun tidak pandai tapi saya akan mencoba yang terbaik.

c. Kecemasan akademik ringan 

Kecemasan pada tingkat ini berguna sebagai kekuatan demotivasi pada siswa. Seperti munculnya pikiran bahwa ketika guru memasuki kelas guru tidak akan memarahi muridnya yang kurang disiplin di depan teman se-kelasnya. Atau munculnya usaha berlebih untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Menurut Alwisol (2014), berdasarkan sumbernya, kecemasan akademik dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Kecemasan realistik (relistic anxiety) 

Kecemasan ini menumbuhkan ketakutan akan bahaya kenyataan yang terdapat dalam dunia luar, kecemasan ini menjadi penyebab timbulnya kecemasan neurotic dan moral.

b. Kecemasan neurotik 

Kecemasan ini menumbuhkan rasa takut akan hukuman yang hendak diberikan oleh orang tuanya atau sosok yang ditakuti jika dirinya melakukan sesuatu sesuai naluri dengan caranya sendiri, dan berkeyakinan akan menerima hukuman. Hukuman ataupun sosok yang memberikan hukuman ini sifatnya adalah khayalan semata.

c. Kecemasan moral 

Kecemasan ini tumbuh akibat individu melakukan pelanggaran terhadap standar nilai yang telah diberikan oleh orang tuanya. Kecemasan ini sekilas terlihat mirip namun keduanya memiliki perbedaan dalam hal prinsip, yang terdapat pada tingkat berfikir rasional dan cara memikirkan permasalahan karena adanya energy superego, dalam kecemasan neurotic individu sedang berada pada keadaan distress yang kadangkala panik, sehingga tidak mampu berfikir secara jelas dan energinya akan menyebabkan terhambat-nya antara hal yang bersifat khayal dan hal yang bersifat nyata.hal yang bersifat nyata.

Karakteristik Kecemasan Akademik 

Menurut Ottens (1991), kecemasan akademik memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut: 

  1. Model kecemasan yang mengakibatkan aktivitas mental (pattern of anxiety engendering mental anxiety). Hal ini memberikan dampak yang salah pada siswa mengenai isu yang ada tentang cara menetapkan nilai yang terdapat dalam diri, cara yang baik untuk dapat memberikan motivasi dalam diri dan cara menangani kecemasan yang merupakan pola pikir yang salah, sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan akademik. 
  2. Perhatian yang menandakan tujuan yang salah (misdirected attention). Individu yang mengalami cemas dalam hal akademik akan membiarkan perhatian yang ada menjadi turun. Perhatian ini ditandai dengan gangguan eksternal, seperti: terganggu oleh individu lainnya, suara yang terdengar bising, jam. Sedangkan, gangguan secara internal, seperti: munculnya perasaan khawatir, lebih suka melamun ataupun merenung, adanya reaksi pada fisik. 
  3. Distress dalam fisik (psysiological distress). Adanya reaksi dalam tubuh yang ditandai dengan adanya ketegangan otot, detak jantung menjadi cepat, gemetar pada tangan. Kondisi pada fisik serta emosi dari bentuk kecemasan menjadi tidak terkendalikan. 
  4. Adanya perilaku yang kurang baik (inappropriate behaviors). Individu yang mengalami kecemasan akademik lebih condong menyatukan sebuah kesulitan. Perilaku ini lebih mengarah pada situasi akademik yang kurang tepat. Individu yang merasakan dirinya cemas juga mengusahakan agar dirinya mampu mengerjakan sebuah ujian ataupun berusaha secepat mungkin mengerjakan soal ujian yang bertujuan untuk terhindar dari kesalahan selama ujian.

Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Akademik 

Menurut Cahyaningtyas (2020), terdapat beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi kecemasan akademik, yaitu sebagai berikut: 

  1. Fear of evaluation. Fear of evaluation mengacu pada kekhawatiran yang dirasakan oleh siswa yang berhubungan dengan evaluasi yang akan dilakukan oleh guru, orang tua, teman sebaya, dan lain-lain. Contohnya adalah siswa merasa takut membuat kesalahan saat membaca materi pelajaran di kelas, takut dimarahi oleh guru, takut dipermalukan didepan kelas saat mempresentasikan materi pelajaran, takut dihukum oleh guru karena melakukan kesalahan, dan lain-lain. 
  2. Behavioral manifestation. Kecemasan ini dimanifestasikan dalam berbagai cara, yaitu: (1) Secara fisiologis termanifestasikan dengan tangan berkeringat, nafas terasa cepat, muka memerah, gugup, detak jantung meningkat, nada suara rendah, gelisah, gagap, gemetar, sakit perut, dan sebagainya (2) perilaku, seperti kecenderungan menghindar dari tugas yang diberikan, tidak masuk sekolah atau membolos, hasil belajar yang rendah, dan lain-lain (3) emosi dan kognitif, seperti: merasa gugup sebelum dan selama pelajaran di kelas, panik dan cemas selama menghadapi ujian, kekhawatiran yang berlebihan gelisah, berfikir negatif, merasa tidak mampu mengerjakan tugas, dan lain-lain.
  3. Memory interference atau gangguan memori. Faktor memory interference atau gangguan memori merupakan kondisi yang menyebabkan rintangan dalam proses pembelajaran siswa, seperti: kehilangan konsentrasi, tingkat kepercayaan diri siswa yang rendah, kemampuan penalaran yang rendah, dan lain-lain.