Sikap atau Attitude - Ciri, Fungsi, Komponen, dan Pembentukan

Daftar Isi

Sikap atau attitude adalah suatu kemampuan individu berupa perasaan, kecenderungan atau reaksi terhadap suatu objek atau kejadian, sehingga memunculkan perilaku tertentu terhadap objek atau kejadian dengan cara-cara tertentu pula. Attitude pada individu relatif konsisten terhadap suatu objek atau kejadian yang terdiri dari aspek keyakinan dan evaluasi atribut.

Sikap atau Attitude - Ciri, Fungsi, Komponen, dan Pembentukan

Sikap merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkoordinasi. Sikap dapat berupa bentuk perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek.

Sikap juga diartikan sebagai suatu tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek tertentu. Sikap juga dapat dikatakan sebagai suatu perwujudan adanya kesadaran terhadap lingkunganya. Objek yang disikapi individu dapat berupa benda, manusia atau informasi.

Pengertian Sikap 

Berikut definisi dan pengertian sikap atau attitude dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Sabri (2010), sikap adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. 
  • Menurut Damiati, dkk (2017), sikap adalah suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaannya atau ketidaksukaan-nya terhadap suatu objek. 
  • Menurut Kotler (2007), sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang yang secara konsisten menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau gagasan. 
  • Menurut Husein (2007), sikap adalah evaluasi, perasaan, dan cenderung seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan yang terdiri dari aspek keyakinan dan evaluasi atribut.
  • Menurut Azwar (2010), sikap adalah suatu reaksi atau respon yang muncul dari seseorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu. 
  • Menurut Slameto (1995), sikap adalah sesuatu yang dipelajari dan menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari oleh individu dalam hidupnya.

Ciri dan Karakteristik Sikap 

Menurut Ahmadi (2007), sikap atau attitude dapat ditandai melalui beberapa ciri, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Sikap itu dipelajari. Sebagian individu mempelajari dengan ketidak kesengajaan dan tanpa kesadaran. Individu tersebut akan mempelajari sikap dengan kesadaran apabila individu tersebut menganggap sikap tersebut akan membawa kebaikan untuk dirinya sendiri. 
  2. Memiliki kestabilan. Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman. 
  3. Personal-societal significance. Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika orang lain menyenangkan, baik, serta terbuka terhadap dirinya, maka ini sangat berarti bagi dia untuk berteman dengan orang tersebut dan dia akan merasa lebih bebas dan nyaman dengan orang tersebut. 
  4. Berisi cognisi dan affeksi. Sikap berisi informasi yang faktual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan. 
  5. Approach - avoidance directionality. Jika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang yang negatif, maka mereka akan menghindarinya.

Adapun menurut Sumarwan (2014), sikap memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut: 

  1. Sikap selalu memiliki objek, yaitu selalu mempunyai sesuatu hal yang dianggap penting, objek sikap dapat berupa konsep abstrak seperti konsumerisme atau berupa sesuatu yang nyata. 
  2. Konsistensi sikap, sikap merupakan gambaran perasaan seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu, sikap memiliki konsistensi dengan perilaku. 3. Sikap Positif, Negatif dan Netral berarti setiap orang memiliki karakteristik valance dari sikap antara individu satu dengan yang lainnya. 
  3. Intensitas sikap, sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan variasi tingkatannya, ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. 
  4. Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah. 
  5. Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu. 
  6. Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya. Sikap seorang terhadap objek sering kali muncul dalam konteks situasi.

Fungsi Sikap 

Menurut Ahmadi (2007), sikap atau attitude memiliki fungsi dan peran yang penting pada diri individu khususnya terhadap lingkungan dimana ia berada. Adapun beberapa fungsi sikap antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri 

Seperti yang sudah dibahas bahwa yang mempengaruhi sikap individu adalah pengamatan terhadap sikap orang lain. Ini menunjukkan bahwa sikap mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Jika seseorang memiliki kesamaan dalam menyukai suatu objek, maka sikap tersebut akan dapat menjadi rantai penghubung antar individu.

b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku 

Bagi anak kecil, sikap mereka terhadap suatu rangsangan merupakan hal yang spontan. Namun bagi mereka yang sudah dewasa, sikap terhadap suatu rangsangan merupakan hal yang sudah dipikirkan sebelumnya ketika orang tersebut mendapatkan pengalaman yang serupa pada kejadian sebelumnya. Sehingga bagi mereka yang sudah dewasa bisa memberikan reaksi yang sudah mereka pikirkan sebelumnya.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman 

Pengalaman yang pernah terjadi pada diri individu tidak serta merta dapat dilayani oleh individu tersebut, tetapi akan dipilih mana yang perlu dan yang tidak perlu dilayani. Maksudnya adalah jika pengalaman tersebut tidak mempunyai arti baginya maka tidak akan dipikirkan, karena pasti akan timbul kekacauan didalam dirinya (stress).

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian 

Sikap menggambarkan kepribadian seseorang. Jika seseorang melihat seseorang bersikap negatif terhadap suatu rangsangan yang terjadi pada dirinya, maka kita bisa menyebutkan kepribadian orang tersebut negatif, namun jika kita melihat sikap seseorang tersebut positif, maka orang akan melihat kepribadian orang tersebut adalah positif.

Komponen Sikap 

Menurut Azwar (2012), sikap terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a. Komponen Kognitif 

Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotip seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Seringkali komponen ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Misalnya: orang tahu bahwa uang itu bernilai, karena mereka melihat harganya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap kita terhadap uang itu mengandung pengertian bahwa kita tahu tentang nilai uang.

b. Komponen Afektif 

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Masalah emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap perubahan-perubahan yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Misalnya jika orang mengatakan bahwa mereka senang uang, ini melukiskan perasaan mereka terhadap uang.

c. Komponen Konatif 

Komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Misalnya karena uang adalah sesuatu yang bernilai, orang menyukainya, dan mereka berusaha (bertindak) untuk mendapatkan gaji yang besar.

Jenis dan Tingkatan Sikap 

Menurut Azwar (2013), berdasarkan orientasi pemikirannya, sikap dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 

  1. Berorientasi pada respon. Menurut pandangan ini, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut. 
  2. Berorientasi pada kesiapan respon. Menurut teori orientasi ini, sikap ternyata lebih kompleks, dimana sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu. 
  3. Beroreintasi pada skema triadic. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saing berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu. Sikap didefinisikan sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya.

Adapun menurut Notoadmodjo (2012), sikap seseorang memiliki tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut: 

  1. Menerima (receiving), pada tingkat ini individu mau memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau informasi tertentu.
  2. Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh individu tersebut. 
  3. Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah mampu untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu.
  4. Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap tertinggi dalam tingkatan sikap se-sorang untuk menerima suatu objek atau ide baru.

Pembentukan dan Pengukuran Sikap 

Sikap dapat dipengaruhi dan dibentuk oleh beberapa faktor, seperti pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. Menurut Sarlito dan Eko (2009), beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi pembentukan sikap atau attitude adalah sebagai berikut: 

  1. Pengondisian klasik. Proses pembentukan ini terjadi ketika suatu stimulus atau rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga rangsangan yang pertama akan menjadi isyarat bagi rangsangan yang kedua.
  2. Pengondisian instrumental. Yaitu apabila proses belajar yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka perilaku tersebut akan diulang kembali, namun sebaliknya apabila perilaku mendatangkan hasil yang buruk maka perilaku tersebut akan dihindari. 
  3. Belajar melalui pengamatan atau observasi. Proses belajar ini berlangsung dengan cara mengamati orang lain, kemudian dilakukan kegiatan serupa.
  4. Perbandingan sosial. Yaitu membandingkan orang lain untuk mengecek pandangan kita terhadap suatu hal tersebut benar atau salah.

Menurut Azwar (2013), terdapat beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur sikap atau attitude pada seseorang, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Observasi perilaku. Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu. 
  2. Penanyaan langsung. Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, ia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakan-nya. 
  3. Pengungkapan langsung. Pengungkapan secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal yaitu memberi tanda setuju atau tidak setuju, maupun menggunakan item ganda yang dirancang untuk mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan suatu objek sikap. 
  4. Skala sikap. Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pernyataan kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. 
  5. Pengukuran terselubung. Metode pengukuran terselubung objek pengamatannya bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau disengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi diluar kendali orang bersangkutan.