Kompetensi Interpersonal - Pengertian, Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi

Daftar Isi

Kompetensi interpersonal adalah kemampuan dan kecakapan individu untuk berhubungan dan bertinteraksi dengan orang lain, seperti memulai kontak, dukungan emosional, keterbukaan dan mengatasi konflik. Selain itu kompetensi interpersonal juga ditandai dengan kemampuan dalam memahami, perasaan, sikap atau perilaku dan merespon secara layak keinginan seseorang.

Kompetensi Interpersonal - Pengertian, Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi

Kompetensi interpersonal dikenal juga dengan kemampuan membina hubungan. Kompetensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk bisa berkomunikasi serta menjalin hubungan dengan orang lain secara efektif. Kemampuan ini meliputi kemampuan berempati, berkomunikasi dan memengaruhi orang lain, merundingkan pemecahan masalah, memimpin dan mengorganisasikan kelompok, membina dan menjalin hubungan, dan kemampuan bekerjasama.

Kompetensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan individu lainnya dalam sesuatu area sosial. kompetensi interpersonal juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membina hubungan interpersonal dengan melakukan komunikasi secara efektif yang meliputi kemampuan untuk memulai suatu hubungan interpersonal, kemampuan membuka diri, kemampuan untuk memberikan bersikap asertif, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain.

Pengertian Kompetensi Interpersonal 

Berikut definisi dan pengertian kompetensi interpersonal atau interpersonal skills dari beberapa sumber buku dan referensi: 

  • Menurut Surya (2003), kompetensi interpersonal adalah kemampuan yang memungkinkan orang untuk berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara yang saling memuaskan. Kompetensi interpersonal melengkapi kompetensi intrapersonal dalam bahwa keduanya diperlukan untuk pertumbuhan psikologis dan pemenuhan kebutuhan. 
  • Menurut Dahlan (2011), kompetensi interpersonal adalah metode yang dipelajari seseorang dan digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kompetensi interpersonal memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memahami orang lain dan juga diri sendiri dalam konteks sosial. 
  • Menurut McGaha dan Fitzpatrick (2005), kompetensi interpersonal adalah perilaku-perilaku yang sesuai dalam berhubungan seperti memulai kontak, dukungan emosional, keterbukaan, mengatasi konflik. 
  • Menurut Nashori (2008), kompetensi interpersonal adalah kemampuan untuk membangun relasi antar pribadi secara efektif yang ditandai dengan karakteristik-karakteristik psikologis tertentu, yang mana menunjang keberlangsungan hubungan. 
  • Menurut Lukman (2000), kompetensi interpersonal adalah kemampuan atau kecakapan untuk bisa mempertahankan hubungan secara interpersonal, yakni hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, dan bukan hubungan antara individu dengan banyak orang atau hubungan sosial pada umumnya.

Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal 

Menurut Kisni dan Hudaniah (2009), kompetensi interpersonal terdiri dari beberapa aspek, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Kemampuan berinisiasi (initiation) 

Kemampuan berinisiasi adalah sebuah usaha untuk memulai atau memperluas interaksi dalam melakukan hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiasi merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar, juga tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya. Contohnya: meminta atau mengusulkan kepada orang yang baru dikenal untuk bermain bersama, menemukan sesuatu yang menarik untuk dilakukan bersama dengan orang yang baru dikenal, melanjutkan percakapan, menunjukkan kesan pertama yang menyenangkan pada saat berkenalan, melanjutkan hubungan dengan kenalan baru dengan cara menelepon dan membuat janji untuk melakukan kegiatan bersama, dan memulai hubungan baru dengan sekumpulan orang yang belum dikenal secara lebih jauh.

b. Kemampuan bersikap asertif (negative assertion) 

Kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan menegaskan ketidaksenangan dengan orang lain, asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas. Sikap asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam berperilaku asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat, dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan, atau merugikan pihak lain. Contohnya: memberitahukan kepada lawan bicara bahwa perilaku tersebut tidak menyenangkan, menolak tawaran yang tidak masuk akal dari lawan bicara.

c. Kemampuan untuk bersikap terbuka (self-disclosure) 

Self-disclosure adalah upaya seseorang untuk memberikan informasi yang bersifat pribadi tentang dirinya kepada orang lain yang bertujuan untuk memperkenalkan dirinya dan mendapatkan pendapat dari orang lain sehingga terjadinya sharing. Self disclosure merupakan karakteristik dalam intimasi. Dua orang tidak akan dikatakan intim satu sama lain jika mereka tidak berbagi sesuatu yang sifatnya personal. Self disclosure diantara dua pasangan adalah faktor yang sangat penting dalam kualitas komunikasi kedua pasangan. Makin intim suatu hubungan, makin besar terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Contohnya: mengungkapkan sesuatu hal yang intim dari diri kita, memberitahukan lawan bicara siapa diri kita sebenarnya.

d. Kemampuan untuk memberi dukungan kepada orang lain (emotional Support) 

Dukungan emosional merupakan sikap dimana seseorang mampu menenangkan dan memberikan rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan atau bermasalah. Kemampuan ini timbul berkat adanya rasa empati dalam diri seseorang. Empati merupakan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk memberikan dukungan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk menyikapi dan menghargai perasaan seseorang dengan mengekspresikan perhatian, kesabaran dan simpati seseorang kepada orang lain. Contohnya: membantu lawan bicara memberi masukan ketika sedang mengalami kesulitan, menjadi pendengar yang baik.

e. Kemampuan untuk mengelola konflik (conflict management) 

Konflik merupakan situasi yang ditandai oleh adanya tindakan salah satu pihak yang menghalangi, menghambat atau mengganggu pihak lain. Kemampuan untuk mengelola konflik merupakan sikap-sikap untuk menyusun strategi penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atau suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Menyusun strategi penyelesaian masalah adalah bagaimana individu yang bersangkutan merumuskan cara untuk menyelesaikan konflik dengan sebaik- baiknya. Contohnya: mampu menempatkan diri bila lawan bicara sedang marah atau kesal, menahan diri untuk tidak melakukan hal yang dapat memicu kembali timbulnya konflik.

Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Interpersonal 

Menurut Gerungan (2004), terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kompetensi interpersonal pada diri seseorang, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Imitasi 

Imitasi adalah dorongan untuk meniru sesuatu yang ada pada orang lain. Imitasi muncul karena adanya minat, perhatian atas sikap mengagumi terhadap orang lain yang dianggap sesuai. Dapat diartikan bahwa imitasi merupakan sikap mengidolakan seseorang terhadap orang lain yang dianggapnya patut dan pantas untuk dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Faktor Sugesti 

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan individu kepada individu lain. Sehingga orang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional dari individu yang bersangkutan. Proses sugesti dapat terjadi apabila individu yang memberikan pandangan tersebut adalah orang yang berwibawa atau karena sifatnya yang otoriter. Dapat disimpulkan bahwa sugesti merupakan sikap atau perilaku yang diberikan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut bersedia melakukan apa yang disarankan atau diperintahkan.

c. Faktor Identifikasi 

Identifikasi merupakan cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Hal tersebut dimulai sejak umur 5 tahun. Dalam garis besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi dan ia pun mempelajarinya dengan dua cara utama. Pertama, ia mempelajarinya karena didikan orang tuanya yang menghargai tingkah laku wajar yang memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum tingkah laku yang melanggar norma-normanya. Kedua,identifikasi dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang dianggapnya ideal dan yang masih merupakan kekurangan pada dirinya. Dengan demikian, identifikasi merupakan keinginan seseorang untuk sama dengan orang lain, baik dari segi perilaku, sikap maupun penampilan.

d. Faktor Simpati 

Simpati dapat diartikan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar akal sehat, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Rasa Simpati ini dapat timbul secara tiba-tiba karena seseorang merasa tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik baginya.